YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP turut menshalatkan dan melepas jenazah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Buya Yunahar Ilyas menuju Pemakaman Karangkajen, Yogyakarta.
Menko Muhadjir ketika ditemui di Masjid Gedhe Kauman, Jum’at (3/1) mengungkapkan mempunyai kesan tersendiri terhadap mendiang Buya Yunahar. Menurutnya Buya Yunahar adalah sosok yang sangat dominan di dalam jajaran pimpinan Muhammadiyah karena kapakarannya di bidang ilmu-ilmu keislaman.
“Sehingga dengan meninggalnya beliau ada ruang yang kosong setelah ditinggal,” katanya. Menko Muhadjir mengungkapkan bahwa Prof Yunahar merupakan sosok yang tak tergantikan.
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Pendidikan itu teringat setiap ada masalah yang terkait keagamaan selalu berdiskusi dengan Buya Yunahar. Termasuk tentang bahasa Arab. Misalnya terkait dengan nahwu, sharaf, masdar, dan ilmu-ilmu bahasa Arab, Muhadjir meminta dikuatkan oleh Buya Yunahar.
Menurut Muhadjir untuk yang dekat dengan Buya Yunahar tidak berbeda dengan kesan di luar, baik di mimbar dan di kehidupan sehari-hari. Dalam prakteknya Buya Yunahar sangat akomodatif dan jika ada perbedaan pendapat tidak cenderung untuk mempertahankan kebenarannya sendiri. Tetapi mencari titik temu dari setiap perbedaan.
“Alhamdulillah bersama-sama beliau saya belum pernah merasakan perbedaan pendapat yang kemudian tidak ada titik temu,” tutur mantan Rektor UMM itu.
Perbedaan pendapat dan saling adu argumentasi dalam mengemban tugas merupakan hal biasa. “Semoga khusnul khatimah,” pungkas Muhadjir. (Riz)