Oleh: Deni Asy’ari
Dalam suatu sesi pembagian doorprize pada kegiatan rapat bulanan karyawan PT Syarikat Cahaya Media/ Suara Muhammadiyah, saya melemparkan pertanyaan kepada rekan-rekan PT SCM/Suara Muhammadiyah. Sebagaimana ketentuannya, bagi mereka yang benar jawabannya, maka berhak memperoleh hadiah yang sudah tersedia.
Berbagai macam pertanyaan baik wacana Kemuhammadiyahan maupun Keislaman, menjadi ciri khas pertanyaan dalam sesi doorprize ini.
Namun karena pada malam itu, ada pemandangan yang berbeda dari biasanya. Saya mencoba melemparkan pertanyaan di luar kontek Kemuhammadiyahan dan Keislaman. Pertanyaan itu terkait dengan salah seorang peserta rapat bulanan yang dihadiri oleh sosok paling sepuh di Suara Muhammadiyah, beliau adalah Mbah Diman.
“Coba sebutkan berapakah usia mbah Diman saat ini, jelaskan dengan menyampaikan tahun lahirnya..? ,” begitulah pertanyaan yang terlontar kepada rekan-rekan secara spontan pada malam itu.
Namun, setelah ditunggu beberapa menit, tidak ada satu pun karyawan yang mengangkat tangan, mungkin karena memang tidak ada yang tahu berapa usianya, bahkan saya sendiri pun, sebenarnya juga tidak tahu pasti jawabannya. Akan tetapi kami lebih heran lagi, ketika kami bertanya langsung dengan mbah Diman, ” maaf mbah Diman, berapa usia mbah Diman sekarang ini”? “tidak tahu”, tuturnya dengan santai. Kemudian kami tanyakan ulang, terkait tahun kelahirannya…”tahun berapa mbah Diman lahir…”,? Jawaban mbah Diman tetap sama, ” tidak tahu”.
Akhirnya, sesi doorprize kali ini, ditutup dengan ketawa bahagia semua karyawan, setelah mendengar jawaban mbah Diman.
Mbah Diman, walaupun sebagai orang biasa, namun beliau sosok yang sangat istimewa bagi kami keluarga besar Suara Muhammadiyah. Bahkan seorang Prof. Ahmad Syafii Maarif atau yang sering dipanggil dengan sebutan Buya Syafii, setiap datang ke kantor Suara Muhammadiyah, selalu bertanya, tentang kondisi Mbah Diman. ” bagaimana keadaan mbah Diman? Apakah masih bekerja? Apakah sehat? Berapa gajinya..? Dan lain sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini selalu berulang kali setiap Buya Syafii datang ke Kantor Suara Muhammadiyah. Dan bahkan, Buya Syafii selalu menutup pertanyaan-pertanyaan itu, dengan mengingatkan kami, agar memperhatikan kehidupan mbah Diman.
Perhatian Buya Syafii terhadap sosok mbah Diman, bukan tanpa alasan. Sesuai penuturan Buya Syafii, mbah Diman adalah rekan kerjanya di Suara Muhammadiyah pada saat-saat SM masih ” merangkak’. Buya Syafii berprofesi sebagai juru ketik, sementara mbah Diman sebagai juru Packing.
Melalui hubungan pertemanan Buya Syafii dengan mbah Diman ini, kami baru bisa memperkirakan usianya mbah Diman. Karena menurut Buya Syafii, mbah Diman lebih tua beberapa tahun dari pada beliau. Maka jika saat ini, Buya Syafii berusia 84 tahun, kemungkinan besar Mbah Diman berusia 90 tahun atau 6 tahun lebih tua dibandingkan Buya Syafii.
Walaupun usianya sudah mendekati 1 abad. Namun mbah Diman tidak seperti kebanyakan sesepuh kita yang sudah pensiun dari aktivitas pekerjaan rutin. Mbah diman, hingga usia 90 tahun, masih berkerja aktif dalam kondisi sehat bekerja di Suara Muhammadiyah, sebagai tenaga Packing khusus untuk pelanggan personal.
Jadi jika para pembaca Majalah Suara Muhammadiyah yang berlangganan majalah melalui pelanggan personal. Maka sosok Mbah Diman lah yang bertugas menyiapkan dan memastikan majalah tersebut sampai ke tangan bapak ibu pembaca Suara Muhammadiyah.
Oleh karena itu, kehadiran mbah Diman di usia 90 tahun, yang masih aktif bekerja di Suara Muhammadiyah, menjadi kebanggaan kami sendiri.
Dan hari ini, Senin, 06 Januari 2020, Allah memanggil Mbah Diman, The Legend Of SM itu, untuk menghadap Sang Khaliq selama-lamanya. Selamat jalan mbah Diman, semoga husnul khatimah.
Deni Asyari, Direktur PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah