Oleh: M Muchlas Abror
MUHAMMADIYAH adalah sebuah organisasi. Keberadaannya untuk mengemban tugas suci menegakkan amanah Allah, berdakwah, beramar ma’ruf nahi munkar, memberi pencerahan, serta membawa pembaruan dan kemajuan. Semua yang dilakukan itu hakikatnya untuk mewujudkan pesan global Islam ialah rahmatan lil ‘alamin. Karena itu, siapa pun yang berada di Muhammadiyah dalam berbuat, bertindak, dan berpikir hendaklah selalu menuju ke arah positif. Tidak mengambil langkah yang bertentangan dengan amanah Allah SwT.
Muhammadiyah adalah organisasi besar dan telah teruji dalam perjalanan sejarahnya yang panjang melintasi beberapa zaman. Muhammadiyah selain mempunyai anggota dan kader, juga pasti mempunyai pimpinan. Pimpinan Muhammadiyah pada tiap tingkat terdiri atas sejumlah orang yang mendapat kepercayaan untuk mengemban amanah Persyarikatan. Para pemimpin itu tentu memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan fungsi dan peran kepemimpinan. Jadi, kepemimpinan berperan dalam kehidupan berorganisasi.
Muhammadiyah kini telah berusia satu abad lebih. Selama itu secara berketeraturan datang silih berganti dalam Muhammadiyah ada anggotanya yang dipilih untuk memimpin Persyarikatan. Mereka menyadari bahwa kepemimpinan adalah amanah dan bukan hak. Karena itu, mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan amanah sebaik-baiknya. Sebab, mereka ingat bahwa setiap yang dilakukan akan dimintai pertanggungjawaban.
Muhammadiyah menyadari perlunya kaderisasi kepemimpinan. Apalagi bidang garap Muhammadiyah sangat luas. Di antaranya bidang tarjih, tabligh, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, pustaka dan informasi, seni budaya dan olahraga, dll. Maka kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah di sini tentu dalam arti luas. Selain kader yang dipersiapkan untuk Pimpinan Persyarikatan. Juga kader yang disiapkan untuk tiap Majelis, Organisasi Otonom (Ortom), dan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dll. Dibentuknya berbagai Ortom seperti Pemuda Muhammadiyah, Nasyiatul Aisyiyah, IMM, IPM, Tapak Suci, dan Hizbul Wathan sebenarnya dalam rangka pengkaderan. Pengkaderan di tiap Ortom itu selain untuk internal, juga untuk mempersiapkan kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah.
Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah diperlukan. Sebab, siapa pun yang menjadi Pimpinan Muhammadiyah dibatasi oleh periode kepemimpinan. Tidak bisa selamanya. Proses alamiah, siapa pun yang bertambah umur akan menjadi tua tentu berkurang kemampuannya memimpin. Apalagi ajal kematian akan datang menjemput setiap orang sewaktu-waktu. Apabila sudah datang tidak dapat ditolak, ditangguhkan, dan diundurkan meski sesaat. Bahkan dimajukan pun tidak bisa terjadi. Belum lagi bila dikaitkan dengan perjuangan untuk mencapai tujuan. Tujuan perjuangan Muhammadiyah “terwujudnya masyarakat Islam yang sebenarbenarnya” jelas tidak dapat dicapai dalam satu, dua, dan tiga periode kepemimpinan. Untuk tercapainya pasti memerlukan perjalanan jauh dan nafas panjang. Selain itu, kesiapan kader dalam jumlah banyak, berlapis, berkesinambungan, dan berkualitas.
Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah adalah baik sekali bila dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis, terarah, dan disengaja. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam rangka itu. Di antaranya memberi motivasi dan kesempatan kepada generasi muda untuk memangku jabatan pimpinan. Mengikutsertakan angkatan muda yang berbakat untuk mengikuti latihan di dalam dan di luar organisasi. Bisa pula dengan memberikan kepada anggotanya yang potensial untuk tugas belajar pada lembaga pendidikan yang jenjangnya lebih tinggi. Memberikan beasiswa atau tunjangan belajar kepada anak-anak yatim piatu yang berprestasi dan orangtuanya tidak mampu. Mereka diarahkan untuk bersekolah di Sekolah atau kuliah di Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Kaderisasi kepemimpinan Muhammadiyah yang berarti proses mempersiapkan seseorang atau sejumlah orang untuk menjadi pemimpin penerus Muhammadiyah di masa depan jelas mutlak perlu. Karena itu, harus diprioritaskan.
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 9 Tahun 2015