Benarkah Wanita Banyak Menghuni Neraka?

Benarkah Wanita Banyak Menghuni Neraka?

Ilustrasi World Atlas

 

Pertanyaan:

Perempuan itu sangat istimewa. Ketika masih kecil, dia membuka pintu surga untuk ayahnya.  Bila sudah  dewasa dia menyempurnakan agama suaminya, lalu saat menjadi ibu, surga ada di telapak kakinya. Tetapi mengapa wanita lebih banyak menjadi penghuni neraka?

Azizah Adelia Aini. A, (Disidangkan pada Jumat, 7 Zulkaidah 1439 H / 20 Juli 2018 M)

Jawaban:

Pertama-tama kami ucapkan terima kasih atas pertanyaan saudari. Memang benar bahwa dalam pandangan Islam, perempuan memiliki keistimewaan tersendiri. Terbukti dari banyaknya dalil al-Qur’an dan as-Sunnah yang menerangkannya. Penekanan tersebut ada untuk mengoreksi budaya masyarakat Arab pra-Islam yang sangat merendahkan perempuan sehingga mereka merasa malu bila melahirkan seorang anak perempuan. Allah swt. berfirman;

لِلهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُورَ [الشورى، 42: 49].

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki [QS. asy-Syura (42): 49].

Pada ayat ini, seorang anak perempuan dengan tegas disebut sebagai karunia dari Allah swt. Syaikh Thahir bin ‘Asyur menjelaskan bahwa kata inatsan (perempuan) disebutkan lebih dahulu di ayat tersebut untuk menunjukkan kemuliaan perempuan dan sebagai tantangan bagi keyakinan batil orang Jahiliyah bahwa perempuan itu pembawa sial (At-Tahrir wa at-Tanwir, 25/138). Jadi, Islam sangat memuliakan perempuan bahkan sejak ia lahir. Salah satu bentuk karunia memiliki anak perempuan dijelaskan di dalam hadis Nabi saw.;

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- مَنْ عَالَ جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ. وَضَمَّ أَصَابِعَهُ [رواه مسلم].

Dari Anas bin Malik (diriwayatkan), Rasulullah saw bersabda, barangsiapa yang merawat dua anak perempuan hingga mereka memasuki usia balig, maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku. Rasulullah berkata demikian seraya merapatkan jemarinya (sebagai gambaran kedekatan beliau dengan orang yang merawat anak perempuan tersebut) [HR. Muslim].

Keistimewaan perempuan seperti yang anda sebutkan pun memang terdapat di dalam hadis-hadis Nabi saw. Hanya saja, hadis tentang surga di bawah telapak kaki ibu status derajatnya masih diperselisihkan oleh ulama. Al-Iraqi, seorang imam ahli takhrij hadis, menyatakan bahwa sanadnya daif sebab di dalamnya ada dua rawi tak dikenal (majhul) (Takhrij Ahadits Ihya Ulumiddin, 3/1252). Namun demikian, kemuliaan wanita sebagai ibu telah disebutkan di dalam al-Qur’an dan hadis-hadis yang sahih.

Adapun pernyataan bahwa wanita lebih banyak menjadi penghuni neraka adalah kesimpulan yang biasanya didasarkan pada hadis-hadis berikut,

اطَّلَعْتُ فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء [رواه البخاري ومسلم].

… Aku diperlihatkan di surga. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita [HR. al-Bukhari dan Muslim].

وَرَأَيْتُ النَّارَ فَلَمْ أَرَ كَالْيَوْمِ مَنْظَرًا قَطُّ وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ. قَالُوا بِمَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ بِكُفْرِهِنَّ. قِيلَ أَيَكْفُرْنَ بِاللهِ قَالَ بِكُفْرِ الْعَشِيرِ وَبِكُفْرِ الإِحْسَانِ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ [رواه البخاري ومسلم].

Dan aku diperlihatkan neraka. Saya tidak pernah melihat pemandangan seperti yang kusaksikan hari ini. Dan saya melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita. Mereka bertanya, mengapa wahai Rasulallah? Beliau bersabda, dikarenakan kekufuran mereka. Lalu ada yang berkata, apakah mereka kufur kepada Allah? Beliau menjawab, kufur terhadap pasangannya dan kebaikan-kebaikan pasangannya itu. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang wanita sepanjang tahun, kemudian dia melihatmu melakukan (sedikit) kejelekan, maka dia akan mengatakan, saya tidak melihat sedikit pun kebaikan darimu [HR. al-Bukhari dan Muslim].

Kedua hadis di atas adalah potongan dari hadis yang cukup panjang, ketika Allah menampakkan keadaan surga dan neraka kepada Rasulullah saw. Beliau mengalami hal itu di dua kesempatan, pertama ketika Isra’ Mi’raj dan saat memimpin shalat sunnah khusuf, atau shalat gerhana.

Pertama-tama yang perlu diperhatikan ketika memahami hadis-hadis tersebut adalah bahwa masuknya mereka ke dalam neraka tidak ada kaitannya dengan keperempuanan mereka, melainkan karena perbuatan buruk mereka. Hal ini perlu dicamkan untuk menghindari kesan salah bahwa Rasulullah saw. dan ajaran Islam secara umum merendahkan perempuan. Balasan surga maupun neraka di akhirat kelak tidak terkait dengan jenis kelamin. Amal perbuatan manusialah yang menentukannya. Di dalam al-Qur’an dengan jelas disebutkan;

وَمَن يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَٰئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا [النساء، 4: ١٢٤].

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun [QS. an-Nisa (4): 124].

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [النحل، 16: ٩٧].

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan [QS. an-Nahl (16): 97].

وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ [الزلزلة، 99: ٨].

Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula [QS. al-Zalzalah (99): 8].

Hadis-hadis tentang siapa saja yang masuk surga maupun neraka haruslah dipahami dalam konteks ayat-ayat di atas. Dengan demikian, jelaslah bahwa penyebab banyaknya perempuan masuk ke dalam neraka adalah akibat perbuatan buruknya. Hadis kedua dengan gamblang menjelaskan keburukan tersebut. Di dalam hadis itu dikatakan bahwa penyebab banyak perempuan masuk neraka adalah karena mereka kufur terhadap kebaikan suami. Maksud kufur pun sudah dijelaskan, yakni perempuan-perempuan yang dimaksud pada ayat itu cenderung selalu mengingat dan melaknat suami atas sedikit keburukan yang pernah dilakukannya dan tidak menghargai kebaikannya.

Istri yang tidak menghargai kebaikan suaminya adalah manusia yang tidak mensyukuri nikmat Allah swt.. Dalam penjelasannya terhadap hadis ini, Ibnu Battal menegaskan bahwa nikmat dari suami sejatinya adalah nikmat Allah, maka istri yang tidak menghargainya dianggap kufur pada nikmat Allah. Perbuatan tersebut merupakan pelanggaran terhadap perintah Allah untuk selalu bersyukur. Jadi, kufur nikmat inilah yang membuat ia terperosok ke dalam neraka (Syarh Sahih al-Bukhari Li Ibni Battal, 1/89). Penjelasan senada disampaikan oleh Badruddin al-‘Aini, bahwa salah satu pelajaran penting dari hadis tersebut adalah haramnya mengingkari hak-hak orang lain serta nikmat kebaikan darinya (‘Umdah al-Qari’, 2/45).

Dari pemahaman di atas, kita bisa pula menarik kesimpulan bahwa ancaman dosa karena tidak menghargai pasangan bukan hanya berlaku bagi istri, tapi pada suami pun demikian. Hal ini dikuatkan oleh keumuman hadis Rasulullah saw berikut,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ [رواه احمد, تعليق شعيب الأرنؤوط: إسناده صحيح على شرط مسلم].

Dari Abu Hurairah ra. (diriwayatkan), ia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda, seseorang dianggap tidak bersyukur kepada Allah bila ia tidak mensyukuri (kebaikan) manusia [HR. Ahmad. Syaikh al-Arnauth menyatakan sanadnya sahih sesuai syarat Muslim].

Hanya saja di dalam hadis-hadis tersebut, Rasulullah saw sengaja menyebutkannya kepada para perempuan sebab ada kebiasaan wanita Jahiliyyah yang hendak dihilangkan oleh Nabi saw. Kebiasaan tersebut adalah kebiasaan mencela dan melaknat suami-suami mereka. Mereka bahkan sangat terbiasa melaknat siapa saja sampai-sampai dalam menyampaikan pujian pun mereka kerap berkata “semoga Allah melaknatnya!” (Al-Mafhum Li maa Asykala Min Talkhis Kitabi Muslim, 2/33). Oleh karenanya lewat hadis-hadis ini, Rasulullah saw sejatinya tengah membebaskan wanita secara total dari budaya Jahiliyyah. Islam tidak hanya membebaskan bayi perempuan dari budaya penguburan hidup-hidup, tapi juga menyelamatkan perempuan dewasa dari kebiasaan yang akan menceburkan ke neraka.

Perihal apakah memang sudah pasti mayoritas penghuni neraka adalah perempuan (sehingga mereka minoritas di surga), ada dua hal yang perlu diperhatikan,

Pertama, kufur pada kebaikan suami termasuk kufrun duuna kufrin. Pelaku kufur jenis ini tidak kekal di neraka (Faidh al-Bari, 1/189). Perempuan-perempuan yang diinformasikan oleh Nabi Muhammad saw. sebagai penghuni neraka itu juga nanti akan keluar darinya. Al-Munawi dan Ibnu Hajar menjelaskan bahwa perempuan minoritas di surga hanya pada awalnya saja, ketika perempuan yang banyak berdosa belum dikeluarkan dari neraka dengan syafaat dari Allah swt (Faidh al-Qadir, 2/428 dan Fath al-Bari, 6/325). Lebih lanjut, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa perempuan akan mayoritas baik di surga maupun di neraka berdasarkan hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim (Fath al-Bari, 6/325).

Kedua, dalam menjelaskan hadis pertama, Anwar Syah al-Kasymiri berkesimpulan bahwa keadaan banyaknya perempuan itu adalah apa yang dilihat oleh Nabi Muhammad saw. ketika itu. Di dalam hadis tersebut, menurut al-Kasymiri, tidak ada keterangan bahwa keadaan ini akan berlaku selamanya. Sifat sementara dan partikular itu dikuatkan oleh fakta bahwa Rasulullah saw membandingkan orang fakir sebagai mayoritas penghuni surga dan perempuan sebagai mayoritas penghuni neraka. Menurut al-Kasymiri, jika saja apa yang disaksikan Rasulullah saw. ketika itu bersifat tetap dan abadi serta didasarkan pada pengamatan yang jeli, tentu beliau akan membandingkan perempuan dan lelaki (Faidh al-Bari, 5/247 – 7/32). Lagi pula, kata “fakir” juga mencakup perempuan.

Pada dasarnya, siapa yang mayoritas di surga atau neraka tidak perlu terlalu dirisaukan. Seorang perempuan (dan juga lelaki) hendaknya memperhatikan penyebab banyak orang masuk neraka dan berusaha menghindarinya. Penyebab banyak perempuan masuk ke dalam neraka yang disebutkan di dalam beberapa hadis di antaranya; kufur pada suami, gemar mengadu domba, suka melaknat, tidak amanah, ingkar janji, serta kikir. Kesemua keburukan ini tentu juga ada pada lelaki, tapi Rasulullah saw. melihat perempuan lebih cenderung banyak melakukannya. Untuk menutupi keburukan-keburukan inilah, maka Rasulullah saw. mendorong para perempuan untuk gemar bersedekah.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ خَرَجَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي أَضْحًى أَوْ فِطْرٍ إِلَى الْمُصَلَّى ثُمَّ انْصَرَفَ فَوَعَظَ النَّاسَ وَأَمَرَهُمْ بِالصَّدَقَةِ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ تَصَدَّقُوا فَمَرَّ عَلَى النِّسَاءِ فَقَالَ يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ وَبِمَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ [رواه البخاري].

Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, (diriwayatkan ia berkata), Rasulullah saw. berangkat ke masjid pada hari Idul Adha atau Idul Fitri, beliau lalu menasihati orang-orang agar giat bersedekah seraya berkata, wahai manusia bersedekahkah! Ketika beliau melewati para wanita, Rasulullah saw. bersabda, wahai para perempuan, bersedekahlah, karena sesungguhnya aku diperlihatkan bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kalian (kaum perempuan)! Kemudian para perempuan itu bertanya, Mengapa ya Rasulullah? Rasul pun menjawab, kalian sering melaknat dan berbuat kufur kepada suami [HR. al-Bukhari].

Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, dari hadis ini bisa disimpulkan bahwa sedekah bisa menyelamatkan dari azab (Fath al-Bari, 1/406). Oleh karena itu, setelah mendengarkan penjelasan di atas, para sahabiyah langsung dengan antusias bersedekah, sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah,

فَجَعَلْنَ يَتَصَدَّقْنَ مِنْ حُلِيِّهِنَّ يُلْقِينَ فِي ثَوْبِ بِلالٍ مِنْ أَقْرِطَتِهِنَّ وَخَوَاتِمِهِنَّ [رواه مسلم].

Maka para wanita mulai bersedekah dan melemparkan gelang, giwang dan cincin mereka ke dalam pakaian Bilal [HR. Muslim].

Imam al-Bukhari meriwayatkan bahwa setelah mendengarkan hadis di atas, Zainab istri Ibnu Mas’ud mendatangi Rasulullah saw. untuk bertanya perihal tata cara sedekah bagi para istri. Ia bertanya demikian sebab menurut Ibnu Mas’ud, dia serta anak merekalah yang berhak mendapatkan sedekah Zainab. Rasulullah saw. membenarkan pendapat Ibnu Mas’ud itu. Selain tentang tata cara sedekah, hadis ini juga menunjukkan bahwa ketaatan kepada suami yang dituntut di dalam hadis-hadis di atas haruslah berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah. Bisa juga dipahami bahwa kritis pada suami bukanlah bentuk ketidaktaatan.

Setiap Muslimah hendaknya meneladani para sahabiyah tersebut. Begitu mengetahui sebab celakanya banyak perempuan, mereka bersegera beramal agar tidak menjadi seperti penghuni neraka itu. Ibnu Hajar menegaskan bahwa inilah tujuan Rasulullah saw. memberi tahu tentang banyaknya perempuan menghuni neraka, yakni sebagai pelajaran dan peringatan bagi umatnya (Fath al-Bari, 2/543). Hal ini semakin jelas bila memperhatikan konteks hadis riwayat Abu Sa’id di atas, Rasulullah saw. memang tengah menyuruh semua orang, lelaki dan perempuan, untuk bersedekah. Ketika sampai di jamaah perempuan, Rasulullah saw menyebut-nyebut jumlah perempuan di neraka sebagai tarhib (peringatan) sekaligus targhib (motivasi) bagi mereka.

Terakhir, kami kutipkan sebuah kabar gembira dari Rasulullah saw. untuk para wanita,

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا: ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ [رواه احمد].

Dari Abdurrahman bin ‘Auf (diriwayatkan), ia berkata, Rasulullah saw bersabda, jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa pada bulan Ramadan, serta betul-betul menjaga kemaluannya, dan taat pada suaminya, maka kelak akan dikatakan padanya, masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka [HR. Ahmad].

Wallahu alam bish-shawab

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 6 Tahun 2019

Exit mobile version