MADINAH, Suara Muhammadiyah – Baitul Arqam adalah salah satu pelatihan kader Muhammadiyah yang diadakan oleh PCIM Arab Saudi. Ini adalah kali pertama diadakan di Arab Saudi. Sebanyak tiga puluh lima peserta diberikan materi tentang kemuhammadiyahan, keislaman, serta dakwah dan tabligh dalam persyarikatan Muhammadiyah.
Baitul Arqam sebagai salah satu cara untuk menanamkan prinsip prinsip dasar dan pengenalan gerakan Muhammadiyah bagi kader yang bertujuan menguatkan nilai kepemimpinan dengan semangat islam yang berkemajuan.
Diadakan pada 6-7 Februari 2020 bertempat di Istirohah Takoma Madinah Al Munawarah, Baitul Arqam berlangsung hangat dan penuh kekeluargaaan. Acara berlangsung tertib dan peserta mengikuti semua agenda kegiatan beserta materi secara antusias dari semua pembicara.
Acara ini juga dihadiri Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr Agung Danarto, MAg dan mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Prof Dr Siti Chamamah Suratno.
“Secara tekstual Muhammadiyah memang mengikuti salafusholeh dalam akidah dan ibadah namun, untuk hal muamalah lebih terpengaruh pada Muhammad Abduh. Pengajian di Muhammadiyah adalah kajian tentang pergerakan bukan hanya sekedar kajian penenang hati. Sains murni tidak akan membangun peradaban tapi agamalah yang akan membangkitkan suatu peradaban itu,” kata Agung.
Siti Chamamah juga menambahakan bahwa untuk bisa diterima dimana saja harus bisa menyesuaikan dengan konteks era saat ini tanpa meninggalkan konsep keimanan itu sendiri. Dengan kepekaan dan kepedulian, akan melahirkan suatu aksi yang pada akhirnya terciptalah sebuah produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pembicara dari Majelis Tarjih PCIM Saudi Ust Nur fajri Lc mengatakan sekulerisme yang mengaku berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah bagaikan menggabungkan dua benda yang saling bertentangan.
“Kita boleh dalam kajian ekonomi mengambil dari golongan kiri atau barat namun dalam konteks aqidah haruslah bersumber dari pusatnya di Timur Tengah,” tambahnya.
Dr Hakimudin Salim selaku Mantan Ketua PCIM Saudi juga memberi materi tantang kelebihan menuntut ilmu, berdakwah apalagi berjuang untuk kemaslahatan ummat. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk mengabaikan seruan dakwah ini.
Turut hadir pula KJRI Jeddah dan PENSOSBUD di hari berikutnya menjelaskan tentang dasar dasar hukum arab saudi dan polemik yang sering dialami oleh TKI maupun mahasiswa.
Acara berakhir dengan penyerahan kenang kenangan dan sertifikat bagi pembicara dan tamu tamu undangan.(Fajar/Riz)