Ketika membaca Al Qur’an dari depan, doa yang pertama kali dijumpai adalah:
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (Al Fatihah ayat 6).
Kata shiratal mustaqim (jalan yang lurus) ini, paling tidak tersebar dalam 50 ayat di dalam Al Qur’an. Sesuatu yang perlu diperhatikan, apalagi setiap melaksanakan shalat kata shiratal mustaqim ini selalu dibaca . Bahkan sering didengar tentang cerita shiratal mustaqim ini sebuah jembatan menuju surga yang melewati neraka. Tetapi bukan jembatan itu yang akan dibahas dalam tulisan ini, melainkan shiratal mustaqim yang terkait dengan agama.
Ini penting diketahui mengingat banyaknya agama yang berlalu lalang tiap hari yang didaku sebagai agama langit atau berasal dari Tuhan dan bukan budaya manusia. Lalu dari berbagai agama tersebut, manakah yang termasuk agama yang lurus sebagai jawaban dari doa yang diajarkan lewat Al Qur’an itu.
Beberapa ayat-ayat yang terkait dengan shiratal mustaqim ini menunjukkan bahwa agama yang lurus adalah agama Ibrahim. Salah satu ayat yang menunjukkan hal ini adalah surat Al An’am ayat 161. Kemudian pada ayat berikutnya diterangkan sejumlah ciri-ciri agama Ibrahim yang lurus itu (QS Al An’am ayat 162-163)
Katakanlah: “Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar; agama Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik”.(161). Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (162). tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama (muslimin) menyerahkan diri (kepada Allah)” (163). (QS Al An’am 161-163)
Dari ayat di atas jelas bahwa agama yang benar, agama yang lurus adalah agama Ibrahim. Pemeluk agama Ibrahim ini bercirikan, menjalankan shalat dan beribadah hanya untuk Allah. Demikian juga dengan hidup dan matinya hanya untuk Allah. Pemeluk agama Ibrahim juga tiada menyekutukan Allah. Lalu siapa nama pemeluk agama Ibrahim ini, disebutkan dalam Al An’am ayat 163 sebagai al-muslimin.
Karenanya jelas bahwa pemeluk agama Ibrahim adalah muslim, dan agamanya disebut Islam. Itulah Islam jalan lurus. Jadi sebetulnya, Islam ini bukan hanya agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW tetapi juga dibawa nabi-nabi sebelumnya. Ini dapat dilihat dalam Al Qur’an surat Al Hajj ayat 78:
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong. (Al Hajj 78)
Tetapi mengapa timbul nama-nama agama yang mengaku dari Allah, ini karena mereka berbuat berlebihan. Mereka lebih mementingkan hawa nafsu ketimbang agama yang dibawa nabinya, sehingga mereka tersesat jalan. Lihat QS Al Maidah ayat 77 yang artinya:
Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus.” (Al Maidah 77).
Karenanya, untuk tetap di jalan lurus. Pemeluk agama Islam harus berpegang teguh kepadanya, agar tidak tersesat jalan.
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus. (Az Zukhruf 43). (Lutfi Effendi)
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 13 Tahun 2015