Oleh: Nurazizah dan Ariati Dina
Hari ini Kamis 13 Februari 2020 sekitar pukul 14.30-16.30 kami yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Ketua Majelis Dikdasmen Ketua Majelis Tabligh PDA Purworejo dan Ketua PDNA Purworejo bersilaturahmi ke tempat kediaman gadis cantik ini di Butuh Purworejo. Keluarga menerima dengan sangat baik, Sang gadis pun walaupun tampak lelah tetap bisa tersenyum kecil. Berparas cantik, berkulit bersih berbalut jilbab putih.
Mengalirlah cerita dari Ibu, budhe dan keluarga gadis cantik ini. Bahwa sang gadis adalah kelas 8, di kelasnya siswa sejumlah 6 orang, dia perempuan sendiri. Sementara sang pelaku adalah kakak kelasnya, kelas 9 sebanyak 3 orang. Mereka awalnya dikeluarkan dari SMPN terdekat, kemudian oleh SMPM Butuh ini diterima di sekolah tersebut.
Sebelum ada anak pindahan itu, gadis cantik tidak menemui masalah apa-apa. Tetapi sejak kedatangan murid pindahan itu, semuanya berubah. Hampir tiap hari ketika gadis cantik ini kelas 8, dia ditendang, dipukul, dimintai uang sampai ibunya menjahit rok anak ini tiap hari. Keluhan sakit di badan, tidak ditanggapi serius karena dikira hanya kecapean biasa.
Gadis cantik ini tidak pernah cerita kalau diperlukan dengan kekerasan, karena dia juga diancam akan dilaporkan ke polisi kalau melapor. Gadis cantik ini memang tertutup, kecerdasan IQ nya sebetulnya tidak bisa dibilang berkebutuhan khusus, karena indexnya 109, gadis cantik ini pintar membaca Al-Qur’an sudah khatam juga dan sudah mengaji kitab. Komunikasi sehari-hari juga lancar.
Kejadian yang viral terjadi hari Selasa, saat jam pelajaran sedang kosong, gadis cantik ini seperti (dalam video) di pukul dll oleh kakak kelas, kemudian sang pelaku minta divideo oleh temannya. Video itu juga diunggah sendiri oleh sang pelaku. Keluarga baru tahu, setelah viral. Gadis cantik ini tidak melaporkan ke orang tua, karena ada ancaman tadi dari sang pelaku. Bagian-bagian tubuhnya lebam-lebam.
Setelah diviralkan, baru kelurga gadis cantik ini tahu kejadian tersebut hari kemarin, sekitar jam 10 pagi. Kemudian dilanjutkan prosedur berikutnya.
Sang pelaku ketika divisum juga positif mengkonsumsi alkohol, usianya sekitar 16 tahun. Latar belakang keluarganya adalah PKH, broken home.
Gadis cantik ini ketika berusia 6 bulan pernah sakit berkali-kali, sehingga perkembangan berikutnya mengalami gangguan dari kemampuan berjalan dan Index Massa Tubuh (IMT)-nya. Tetapi untuk komunikasi lancar. Kemampuan akademik SD ya pas-pasan.
Rasa takut yang dialami gadis cantik tadi, pelan pelan perlu dikuatkan kembali, dia bilang tidak ingin sekolah, takut dinakali. “Aku saja yang keluar dari sekolah, aku tak jualan es,” katanya. Mereka tidak usah ditangkap, kasihan mereka. Ini yang keluar dari mulutnya, ketika perjalanan untuk visum.
Keluarga ini tidak menyalahkan sekolah Muhammadiyah, keluarga ini malah mengatakan dimana-mana Muhammadiyah itu baik, ini anak dikeluarkan dari sekolah lain, diopeni di Muhammadiyah malah mencemarkan Muhammadiyah. Mereka pun menceritakan bahwa betapa susah payahnya kepala sekolah mengatasi anak-anak dengan perilaku seperti itu.
Sampai sore tadi tamu terus berdatangan, kami dari Aisyiyah dan NA menyampaikan bahwa kami minta maaf atas kejadian ini, kemudian ke depan kami akan terus mendampingi membangun kepercayaan diri dan juga memulihkan kembali keceriaan gadis cantik ini. Insyaallah silaturahim ini terus berlanjut dan mengambil ibrah dari setiap kejadian.
Untuk Muhammadiyah juga sudah intensif melakukan koordinasi dan komunikasi antara PDM, PWM, IPM, dari Majelis terkait. Semoga semua membuahkan hasil dengan baik.
Melihat kasus tersebut, kami Nasyiatul Aisyiyah melihat bagaimana pentingnya program keluarga sakinah, program pra nikah, parenting, untuk lebih dimassifkan lagi. Saat ini, Program tsb lebih dikawal oleh ‘Aisyiyah dan Nasyiatul ‘Aisyiyah. Alangkah lebih baik apabila Muhammadiyah barangkali juga Pemuda Muhammadiyah memiliki program serupa, dalam rangka membangun kesadaran laki-untuk turut serta mendidik anak di keluarga, menjadi uswah dan imam yang baik. Karena kami melihat bahwa akar masalah kenakalan remaja ini ada di keluarga, dengan berbagai kompleksitas permasalahan baik dari sisi materil maupun non materil.
Nurazizah, PDNA Purworejo
Ariati Dina, PPNA