Prof Dr Tobroni, MSi
Sebagai amal usaha Muhammadiyah, PTM bukan sekadar melayani atau “menjual” jasa pendidikan tinggi kepada masyarakat. “Amal usaha” tidak sama artinya dengan “amal yang komersilkan” atau “anak perusahaan” Muhammadiyah di bidang pendidikan tinggi. “Amal usaha” lebih tepat diartikan sebagai kebajikan dan kemuliaan yang dikelola secara professional sehingga melahirkan kebajikan dan kemuliaan yang berlipat ganda, dan menggelinding-membesar. “Amal usaha” yaitu perbuatan atau amal dengan misi sosial, kemanusiaan, keagamaan atau kelestarian eko sistem dan bersifat non profit oriented tetapi dikelola secara profesional sehingga menghasilkan keuntungan atau nilai tambah. Keuntungan yang diperoleh dikembalikan untuk meningkatkan kualitas organisasi dan kejayaan misi orgamisasi yang bersangkutan (Tobroni, 2012).
PTM sebagai sebuah industry (industri) adalah organisasi yang canggih dan kompleks karena memerlukan sumberdaya yang canggih: good human resources, high professionalism and multi discipline, big capital, high technology, complete facilities, high knowledge, high culture, good management, large area, good environment/climate. Semua itu memerlukan tata kelola yang baik (good governance) sehingga diharapkan bisa menghasilkan nilai tambah (values added) dan perkembangan berkelanjutan (continuous improvement).
PTM dikatakan sebagai noble (mulia) industry karena memiliki misi yang sangat mulia yang meliputi: knowledge mission, humanistic mission, civic mission, spiritualistic mission, civilized mission.
Misi yang sangat mulia itu memerlukan orang-orang yang mulia, visi-misi yang mulia, sistem dan budaya atau perilaku organisasi yang mulia. Misi yang sangat mulia dan tentunya juga tidak mudah dalam perwujudannya itu sepertinya tidak mungkin tanpa dilandasi oleh nilai-nilai spiritual (baca: nilai-nilai kemuliaan) yaitu: iman, ilmu dan ihsan.
Sebagai sebuah noble industry, PTM dikembangkan dengan tiga pendekatan: high tech, high touch, dan spiritual god spot. Pendekatan high tech dengan memanfaatkan kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang manajemen pendidikan tinggi. Pendekatan high touch dengan memanfaatkan temuan-temuan mutakhir tentang kemanusiaan (humanities) termasuk dalam manajemen pengembangan sumberdaya manusia, pendekatan multiple intelligence, dan model-model layanan yang sangat manusiawi. Sedangkan pendekatan spiritual god spot menjadikan nilai-nilai spiritual sebagai kekuatan utama.
Dengan menempatkan PTM sebagai noble industry, diharapkan dapat menginspirasi, mengilhami dan memberikan penguatan program-program menuju PTM yang modern di satu sisi dan PTM yang mampu mengemban misi dakwah Muhammadiyah untuk Islam berkemajuan di sisi lain. Sebagai noble industry, PTM harus menjadi institusi mulia, mengemban misi mulia, dikembangkan oleh orang-orang mulia, dan menciptakan kemuliaan secara berkelanjutan dan berlipat ganda.
Bagaimana blue print PTM masa depan atau PTM yang memiliki masa depan? Pertanyaan besar ini tentunya sangat tidak mudah untuk diberikan jawaban karena menggambarkan kondisi masa depan selalu dibayangi kegelapan, probabilistik, tidak selalu linear dan bahkan cenderung turbulent. Berikut dikemukakan rambu-rambu pengembangan PTM masa depan.
Pertama, bukan kuantitas tetapi kualitas. Secara kuantitas, perkembangan PTM cukup menggembirakan dan patut disyukuri, akan tetapi secara kualitas masih harus bekerja lebih keras lagi. Di samping itu keberadaan PTM juga belum merata. Ada sebelas ibukota provinsi yang belum memiliki PTM yaitu: Serang Banten, Denpasar Bali, Samarinda Kalimantan Timur, Pangkalpinang Bangkabelitung, Tanjungpinang Kepulauan Riau, Jambi, Ambon Maluku, Mamuju Sulawesi Barat, Manokwari Papua Barat dan Tanjungselor Kalimantan Utara.
Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengharapkan pendirian PTM baru dengan memperhatikan fisibilitasnya. Agar PTM mampu eksis dan bahkan mampu memenangkan kompetisi antar PT yang semakin ketat dan kualitatif di masa depan. Ke depan akan bermunculan pemain baru di bidang pendidikan tinggi, terutama dari para konglomerat, perguruan tinggi asing maupun perguruan tinggi terkemuka yang membuka cabang di daerah, dan penambahan atau pendirian baru perguruan tinggi negeri. Pendirian PTM baru sebaiknya diprioritaskan di sebelas ibu kota propinsi yang belum ada PTM-nya.
Sementara PTM yang sudah ada dengan jarak berdekatan dapat merjer menjadi universitas dan fokus pada pengembangan kualitas atau mengembangkan pusat-pusat keunggulan tertentu.
PTM dikatakan bermutu dapat dilihat dari empat hal: (a) dapat mencapai tujuan terutama untuk pemenuhan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) , (b) standar proses pendidikannya terpenuhi dan proses pembelajarannya berlangsung secara efisien dan produktif (efficiency and productivity), (c) internal manajemennya mampu melakukan pengembangan secara berkelanjutan (continuous improvement), dan (d) diakui dan diterima oleh masyarakat luas atau wilayah setempat dan bahkan dibanggakannya (community acknowledgment).
Kedua, relevan. PTM harus selalu relevan dan mampu menjawab tantangan zaman. Tantangan zaman itu dapat dikategorikan dalam tiga level: lokal, nasional dan global. Wilayah Republik Indonesia sangat luas dan masing-masing daerah/wilayah memiliki kekayaan sumber daya manusia, sumber daya alam, budaya, tantangan dan kebutuhan yang berbeda yang harus dijawab oleh PTM setempat. Sementara secara nasional PTM dituntut memenuhi standar nasional dan bahkan global. Intinya lulusan PTM dituntut relevan dan memenui harapan pasar kerja (job market) lokal, nasional dan internasional. Tantangan dan sekaligus tuntutan ini harus dijawab oleh PTM dengan cara mengembangkan model pembelajaran berbasis riset dan berkolaborasi dengan dunia usaha dalam rangka memenuhi Kerangka Kualifikasi Nasional (KKNI).
Ke depan, akreditasi sebuah perguruan tinggi tidak hanya dilakukan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) maupun Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) yang berbasis organisasi profesi, tetapi juga oleh kalangan dunia usaha. Dunia usaha memiliki hak untuk menolak atau menerima lulusan perguruan tinggi tertentu secara terbuka. Atas dasar itulah PTM perlu melakukan kerjasama dan net working dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) agar lulusan PTM relevan dengan tuntutan masyarakat dan job market. Lulusan PTM harus mendapatkan bekal yang baik untuk memiliki better competitiveness, better employability, better professional & technological skill. Dengan kata lain alumni PTM harus bisa bersanding, berbanding, dan bertanding dengan alumni perguruan tinggi manapun.
Ketiga, PTM besar hebat dan PTM kecil tapi kuat. Ditinjau dari institusinya, ada 4 kategori PTM yaitu universitas, institut, sekolah tinggi dan akademi. Tetapi dilihat dari eksistensinya dapat dikelompokkan menjadi dua saja yaitu PTM besar dan PTM kecil. PTM kategori sedang didorong menjadi PTM besar. Besar kecilnya sebuah PTM tidak menjadi masalah, yang penting hebat dan kuat. PTM besar perlu didorong menjadi PTM yang hebat antara lain diukur dari tujuh standar dalam pengelolaan perguruan tinggi, memiliki kredibilitas yang tinggi sehingga sebagian besar nilai akreditasi prodi A dan akreditasi institusi juga A. Menjadi pusat keunggulan dalam berbagai bidang ilmu, memiliki kerjasama dan networking yang baik dengan stake holder eksternal yang luas, dan mendapatkan pengakuan masyarakat.
Keberadaan PTM besar dapat diibaratkan seperti “mall” atau “mega mall” yang besar, kaya, lengkap, modern, dan canggih serta mampu melayani masyarakat luas.
PTM besar sangat ditekankan untuk memperhatikan alumni dan mengembangkan jaringan atau aliansi strategis antaralumni semacam “PTM gate” atau “mafia PTM”. Ke depan, persaingan sengit antar perguruan tinggi bukan saja dalam memperebutkan mahasiswa baru yang berkualitas atau dalam menduduki ranking perguruan tinggi terbaik, melainkan persaingan antarjaringan alumni. Alumni yang telah menduduki posisi penting di masyarakat atau di berbagai instansi perlu didata dan dijadikan ujung tombak kepentingan PTM dengan masyarakat, instansi pemerintah dan dunia usaha.
Sementara PTM kecil dengan lingkup yang lebih terbatas perlu memperkokoh kualitas pendidikannya, memberikan layanan pendidikan sebaik-baiknya kepada mahasiswa dan menjadi ikon daerah atau wilayah domisili PTM yang bersangkutan dengan melibatkan tokoh dan potensi daerah. Sehingga walaupun kecil tetapi kuat dan mendapat pengakuan dan sangat dibutuhkan oleh daerah. PTM kecil dapat meniru cara kerja minimarket yang walaupun kecil tetapi kuat dan dapat menjawab kebutuhan masyarakat setempat.
Keempat, PTM sebagai pusat keunggulan. Sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi sekarang ini terlihat masih subyektif dan tidak jarang yang malah bernuansa ideologis. Masih ada dikhotomi PTN-PTS tanpa melihat secara obyektif kualitas proses pendidikan dan lulusannya. Ke depan, lambat tapi pasti sikap seperti ini akan berubah. Masyarakat pernah menganggap sekolah dasar (SD) swasta atau madrasah sebagai the second class bahkan third class dibandingkan dengan Sekolah Dasar Negeri (SDN), tetapi anggapan seperti itu sekarang sudah berubah, bahkan di berbagai tempat sudah terbalik.
Sepuluh perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat adalah perguruan tinggi swasta
Yaitu: Universitas Harvard, Universitas Princeton, Universitas Yale, Universitas Columbia, Universitas Chicago, Universitas Massachussetts, Universitas Stanford, Universitas Duke, Universitas Pensilvania, dan Institut Teknologi California (Anzac Education Group).
Atas dasar itulah PTM harus memantapkan dirinya kepada mutu, menjadi perguruan tinggi unggul yang memiliki standar proses dan standar lulusan yang tinggi. Sekiranya persepsi masyarakat yang kurang proporsional terhadap PTS itu masih terjadi, sebagai umat beriman harus yakin bahwa apabila proses pendidikan dan lulusan PTM itu terbukti lebih baik, maka yakinlah bahwa Allah yang Maha Adil dan tidak dzalim tetap akan menempatkan hamba-Nya sesuai dengan kadar keimanan dan keilmuannya (Al-Mujadalah 11). PTM harus menjadi pusat keunggulan (centre of excellence) baik dosen, mahasiswa, alumninya maupun sistem pendidikannya. Allah adalah Zat Yang Maha Baik dan menghendaki amal yang terbaik dari hambaNya, dan bukankah semboyan Muhammadiyah itu adalah fastabiqul khairat, yang berarti berpacu dalam mutu?
Universitas-universitas terbaik di Amerika maupun di Inggris adalah universitas swasta dan berbasis keagamaan. PTM memiliki masa depan yang menjanjikan apabila dikelola sebagai noble industry. Allahu a’lam bisshawab.
Prof Dr Tobroni, MSi.,Guru Besar Universitas Muhammadiyah Malang dan Anggota Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 15 Tahun 2015