Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum w. w.
Saya bertanya kepada pengasuh rubrik tanya jawab agama tentang ayat al-Quran di surah Maryam yang terjemahannya begini: Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.
- Dari ayat di atas bisakah dikatakan Maryam melahirkan Nabi Isa as di bawah pohon kurma yang tumbuh di tepi sungai? Kalau benar, di manakah persisnya tempat itu sekarang?
- Apakah Maryam melahirkan sebelum ia menggoyangkan pangkal pohon kurma, atau Maryam melahirkan saat menggoyangkan pangkal pohon kurma hingga ia melahirkan sendiri akibat getaran tubuh saat menggoyangkannya?
Rita Jl Sukamarja Amuntai Kalimantan Selatan
(disidangkan pada Jum’at, 30 Rabiul Awal 1438 H / 30 Desember 2016 M)
Jawaban:
Terima kasih atas pertanyaan yang saudara ajukan kepada kami. Penafsiran surah Maryam (19) ayat 23-26 dalam Tafsir Ibn Katsir adalah sebagai berikut:
فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَىٰ جِذْعِ النَّخْلَةِ
(Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma).
Ibn Katsir dalam penafsirannya menjelaskan bahwa ketika Maryam merasa kesakitan akan melahirkan ia terpaksa menyandarkan diri pada pangkal pohon kurma di tempat pengasingannya. Dalam riwayat an-Nasa’i disebutkan,
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُتِيتُ بِدَابَّةٍ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ خَطْوُهَا عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهَا فَرَكِبْتُ وَمَعِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَسِرْتُ فَقَالَ انْزِلْ فَصَلِّ فَفَعَلْتُ فَقَالَ أَتَدْرِي أَيْنَ صَلَّيْتَ صَلَّيْتَ بِطَيْبَةَ وَإِلَيْهَا الْمُهَاجَرُ ثُمَّ قَالَ انْزِلْ فَصَلِّ فَصَلَّيْتُ فَقَالَ أَتَدْرِي أَيْنَ صَلَّيْتَ صَلَّيْتَ بِطُورِ سَيْنَاءَ حَيْثُ كَلَّمَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مُوسَى عَلَيْهِ السَّلَام ثُمَّ قَالَ انْزِلْ فَصَلِّ فَنَزَلْتُ فَصَلَّيْتُ فَقَالَ أَتَدْرِي أَيْنَ صَلَّيْتَ صَلَّيْتَ بِبَيْتِ لَحْمٍ حَيْثُ وُلِدَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلَام ثُمَّ دَخَلْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ …
“Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: Aku diberi seekor hewan tunggangan yang lebih kecil dari baghal (hewan hasil perkawinan silang antara kuda dan keledai) dan lebih besar dari keledai yang langkahnya secepat mata memandang. Aku dan Jibril as naik ke atasnya, dan kamipun berjalan. Kemudian Jibril as berkata; Turun dan shalatlah! Lalu akupun shalat. Dia (Jibril as) bertanya; Tahukah kamu di mana kamu shalat? Kamu shalat di Thaibah, yang ke sanalah orang-orang hendaknya pergi berhijrah. Kemudian Jibril as berkata lagi; Turun dan shalatlah! Lalu akupun shalat. Jibril as bertanya, Tahukah kamu di mana kamu shalat? Sesungguhnya kamu shalat di Tursina, yang di situlah Allah berbicara kepada Musa as. Kemudian Jibril as berkata; Turun dan Shalatlah! Lalu aku turun dan shalat. Dia bertanya lagi tahukah kamu di mana kamu shalat? Kamu shalat di Baitul Lahm, yang di situlah Isa as dilahirkan. Kemudian aku masuk ke Baitul Maqdis … [HR. an-Nasai no 446].
قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنتُ نَسْيًا مَّنسِيًّا
(Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan)
maksudnya adalah ketika Maryam bersandar sambil melihat kehamilannya, ia mengetahui bahwa setelah putranya lahir, cobaan yang Allah berikan akan semakin berat lagi, karena orang-orang tidak akan mempercayai ceritanya yang melahirkan seorang anak tanpa ayah, sehingga ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan” maksud dari perkataan Maryam adalah sebelum peristiwa kehamilannya yang tanpa ayah, Maryam adalah seorang wanita yang rajin ibadah dan disegani oleh banyak orang. Namun ketika ia mulai mengandung orang-orang mulai mengejek dan meninggalkannya sampai seolah-olah Maryam tidak pernah hidup bersama mereka.
فَنَادَاهَا مِن تَحْتِهَا
(Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah)
yaitu Jibril memanggil Maryam dari bawah lembah, namun ulama lain yaitu Mujahid berpendapat bahwa yang memanggil dari tempat yang rendah itu adalah Isa bin Maryam.
أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا
(Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu)
yaitu Jibril menyampaikan pesan dari Allah kepada Maryam supaya ia tidak bersedih hati menerima cobaan dari Allah berupa kelahiran putranya, karena sesungguhnya Allah telah membuatkan sungai untuk minum.
وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا
(Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu)
yaitu Jibril memerintahkan Maryam untuk meraih pangkal pohon kurma itu kearahnya lalu mengambil buahnya yang telah matang untuk dimakan. Mujahid berpendapat bahwa pohon kurma itu adalah kurma ajwah.
Berdasarkan uraian penafsiran ayat-ayat tersebut maka jawaban kami adalah:
- Maryam melahirkan putranya di bawah pohon kurma yaitu tempat pengasingannya di daerah Baitul Lahm atau Betlehem. Dalam tafsir al-Azhar dan Adhwaul Bayan juga menjelaskan hal yang sama.
- Maryam melahirkan putranya sebelum menggoyangkan pangkal pohon kurma karena pada penafsiran ayat tersebut Jibril memerintahkan Maryam menggoyangkan pohon kurma dengan tujuan supaya Maryam dapat memakan yang telah masak dan menenangkan hatinya setelah melahirkan putranya. Dalam Tafsir al-Azhar dijelaskan, setelah Maryam melahirkan dia membutuhkan air untuk membersihkan diri dan putranya. Di samping itu juga, Maryam merasa kelaparan dan kehausan maka untuk menenangkan hatinya, Allah mengutus Jibril untuk menyampaikan pesan kepada Maryam bahwa Allah telah membuatkan sungai kecil di dekatnya dan menyediakan buah kurma di atasnya.
Wallahu a‘lam bish-shawab
Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 12 Tahun 2018