Sejarah Hari Gizi Nasional Indonesia diperingati pada tanggal 28 Februari. Bagi Indonesia, gizi menjadi hal penting sampai detik ini. Hal pokoknya ialah perbaikan gizi. Siapa yang tak kenal dengan slogan, ‘Empat Sehat Lima Sempurna’. Setiap instansi pendidikan formal pasti mengetahui slogan tersebut apabila pembahasan terkait makanan dan kesehatan.
Tahukah kamu, siapa yang mencentuskan ‘Empat Sehat Lima Sempurna’ ini? Tentunya dari kalangan ahli gizi, yaitu Pro. Poorwo Soedarmo. Awalnya, Poorwo sangat prihatin melihat kondisi masyarakat Indonesia yang berada dalam area kemiskinan dan kurangnya kesadaran akan makanan sehat. Sehingga kondisi kesehatan masyarakat Indonesia menjadi kegelisahan yang mendalam.
Melihat kondisi tersebut, Poorwo merancang beberapa program untuk mengatasinya. Hal pertama yang beliau lakukan ialah menumbuhkan kesadaran serta pendidikan tentang pentingnya gizi yang sehat pada masyarakat. Maka dari itu, Poerwo mendirikan Sekolah Djuru Penerang Makanan (SDPM) pada tahun 25 Januari 1951. Bagi kader-kader yang sekolah disini akan memberikan pendidikan langsung bagi masyarakat mengenai pentingnya gizi bagi tubuh dan kesehatan.
Disisi lain, kader-kader juga melakukan penelitian terhadap pola makan dan penyakit yang berhubungan dengan makanan pada masyarakat. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1956, Poorwo mengubah nama SDPM menjadi APN (Akademi Pendidikan Nutrisionis). Dan sekarang, sekolah tersebut telah berganti nama menjadi Akademi Gizi.
Sebagai masyarakat Indonesia yang cerdas, harus saling mengingatkan akan betapa pentingnya kebutuhan gizi untuk kesehatan serta kecerdasan dalam menunjang pertumbuhan tubuh dan jiwa masyarakat dan bangsa.
Pada umumnya, gizi juga disebut sebagai nutrisi. Yakni substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Subtansi organik yang terkandung dalam zatnya berupa mineral, protein, vitamin, lemak, karbohidrat dan juga air. Di mana zat-zat tersebut sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, terutama oleh balita dan anak-anak yang akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Hal ini senada dengan gerakan Aisyiyah yang telah mendidikan rumah gizi. Tri Hastuti Nur Rochimah, Sekretaris Pimpinan Pusat Aisyiyah menyatakan salah satu problem gizi bagi bangsa ialah stunting. Saat ini, stunting telah menjadi perhatian Aisyiyah sebab diberbagai kabupaten/kota telah ditetapkan Pemerintah memiliki angka stunting yang tinggi.
Maka dari itu, Aisyiyah telah mendirikan Rumah Gizi untuk mencegah tingginya angka stunting. Hal lain, konsep Aisyiyah untuk menggalakkan rumah gizi untuk menurunkan dan mencegah adanya stunting yang menjadi problem serius bagi bangsa yang telah merdeka selama 74 tahun.
Rumah Gizi ini sendiri, ada beberapa hal dilakukan oleh kader-kader Aisyiyah, salah satunya dengan sosialisasi gizi bagi ibu dengan anak stunting, gizi buruk, dan gizi kurang, ibu dengan balita, ibu hamil serta remaja putri. Begitu juga dengan dukungan keluarga sangat penting perannya dalam pemenuhan gizi.
Selain sosialisasi gizi, ada juga konseling menyusui dan praktik pengolahan makanan bergizi. Karena pengetahuan dan mengolah makanan bergizi dibutuhkan agar bayi terpenuhi standar gizinya. Tidak hanya bayi, pun bagi anak-anak dan orang dewasa juga harus tetap menjaga keseimbangan gizi.
Maka dari itu, di Hari Peringatan Hari Gizi Nasional ini, kita senantiasa berupaya memperbarui dan lebih memperbaiki gizi serta berbagi edukasi kepada saudara-saudara akan pentingnya makanan dan minuman yang mengandung gizi yang tinggi.(rahel)