MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Persyarikatan Muhammadiyah kini berada di persimpangan jalan. Saat ini bangsa Indonesia diperhadapkan dengan tantangan budaya global Barat termasuk berasal dari Amerika Serikat, Eropa, China, Korea, Jepang dan Arab. Selain itu juga datang budaya lokal, daerah dan nasional. Belum lagi budaya liberal, puritan dan tradisional.
Demikian ditegaskan, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Agung Danarto, MAg, saat memberikan pidato kunci pada acara Seminar Pra-Muktamar Muhammadiyah 2020, di Unismuh Makassar, Sabtu (7/3). Menurut Agung, kebudayaan yang ingin dicapai Muhammadiyah adalah masyarakat utama, adil makmur yang diridhai oleh Allah SWT, Islam berkemajuan, Islam wasthaniyah, pemurnian di bidang akidah dan ibadah serta pembaharuan di bidang muamalah.
Seminar Pra-Muktamar ke-48 di Unismuh Makassar ini mengusung tema Strategi Kebudayaan Muhammadiyah dari Purifikasi menuju Islam Berkemajuan. Seminar ini dilaksakan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di 22 kota se-Indonesia dengan.
Agung mengungkapkan strategi dakwah ditempuh Muhammadiyah agar tetap berjalan yakni melakukan dakwah amal maruf nahi mungkar, dakwah kultural, dakwah komunitas. Dakwah amar ma’ruf nahi munkar melakukan gerakan mengajak orang lain kepada hal-hal kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dakwah kultural diputuskan dalam Tanwir Muhammadiyah di Denpasar yaitu budaya sebagai sarana dakwah, dan menggerakkan Dakwah Komunitas pada komunitas-komunitas di masyarakat.
Narasumber Seminar Pra-Muktamar di Unismuh yaitu Prof Dr Siti Chamamah Soeratno dengan tema Strategi Kebudayaan Muhammadiyah di Tengah Tantangan Global. Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah periode 2000-2010 tersebut mengungkapkan bahwa Muhammadiyah harus membangun interaksi budaya dan agama, agar pola dalam melakukan upaya kemajuan dari hal purifikasi agama bisa berhasil. Prof Dr Achmad Jainuri membahas Ideologi Muhammadiyah: Antara Purifikasi dan Dinamisasi; Dr Azhar Ibrahim berbicara tentang Revolusi dan Strategi Kebudayaan di Asia Tenggara: Bagaimanakah Muhammadiyah Mengambil Pelajaran.
Prof Dr Abdul Muir Mulkhan, SU memaparkan materi tentang Mensinkronkan Hubungan Islam dengan Budaya Lokal. Menurutnya kekuatan Muhammadiyah pada kemampuan berkolaborasi dan berdialog dengan lingkungan sosial dan budaya. “Dalam dakwah sosial dan budaya agar kita dapat membahami sosial budaya sekitar kita bisa dengan mengumpulkan pengguna jasa AUM dalam misi kemanusiaan persyarikatan,” ungkapnya. Prof Dr Biyanto, MAg membahas tentang Muhammadiyah dan Kebudayaan Lokal. Dr KH Abdullah Rene, MAg menjelaskan materi Makassar dan Islam di Indonesia: Mencari Keterpaduan Budaya.
Peserta seminar Pra-Muktamar di Unismuh berasal dari berbagai kalangan. Termasuk akademisi, aktifis NGO, tokoh lintas agama, tokoh ormas, jurnalis/media, civitas perguruan tinggi baik internal Muhammadiyah maupun dari kalangan luar Muhammadiyah beserta publik secara luas. (yahya/riz)