Satu dekade setelah kartun kontroversial tentang Nabi Muhammad saw, sebuah jajak pendapat baru menemukan bahwa Muslim Denmark menjadi lebih religius, lebih percaya bahwa Al-Qur’an dan hijab harus diikuti. “Muslim selalu mampu mendamaikan ajaran Islam dengan berbagai tradisi dan adat istiadat di berbagai negara,” ujar Fatih Alev, yang mengepalai Danish Islamic Centre kepada Jyllands-Posten, local.dk, pada Selasa 13 Oktober, sebagaimana ditulis onislam. net. “Ini adalah proses yang berkelanjutan di mana kami juga telah menemukan cara kami mempraktikkan Islam dalam konteks Denmark,” tambahnya.
Jajak pendapat baru yang dilakukan oleh Wikle untuk Jyllands-Posten, menemukan bahwa Muslim Denmark, sekarang, lebih sering berdoa daripada yang mereka lakukan pada tahun 2006. Selain itu, survei menemukan, 77,2% Muslim Denmark setuju bahwa “petunjuk Al-Qur’an harus diikuti sepenuhnya.”
Itu adalah peningkatan dari 2006, ketika hanya 62,4% setuju. Jumlah orang yang berpikir bahwa gadisgadis Muslim harus mengenakan jilbab pun juga meningkat secara signifikan, dari 28,6% pada 2006 menjadi 42,7%.
Jajak pendapat yang dilakukan oleh Wilke untuk Jyllands-Posten didasarkan pada wawancara dengan 702 responden Muslim Denmark yang berusia di atas 17. Mereka termasuk imigran dan keturunan imigran dari Turki, Pakistan, Irak, Lebanon, Bosnia dan Herzegovina, Somalia, Suriah, dan Afghanistan.
Denmark adalah rumah bagi sekitar 260.000 minoritas Muslim dari 5,4 juta penduduk negara itu.
Muslim Minnesota Membangun Hubungan
Memobilisasi untuk mendapatkan sebuah sekolah Islam dan masjid di pinggiran kota Twin Cities, selama beberapa tahun terakhir Muslim Minnesota berjuang untuk membangun hubungan dengan masyarakat yang lebih luas, menggambar kekuatan dari hukum ilahi dan nilai-nilai Amerika. “Ini upaya yang benar-benar sadar,” kata Amber Michel, yang mengorganisasi komunitas Muslim di situ.
“Pengalaman memaksa kita untuk mengatur lebih baik dan memobilisasi orang lebih efektif. Setelah beberapa pengalaman sebelumnya, kita hanya melakukan pendekatan berbeda. Selalu ada sebuah bangunan dukungan komunitas pertama.” Michel mengungkapkan bagaimana komunitas Muslim di Twin Cities telah bergabung dalam upaya menjangkau hubungan masyarakat yang lebih luas.
Pada 2013, anggota Dewan Kota Blaine melakukan voting mendukung untuk membangun sekolah AlQur’an, Darul Arqam Pusat. Meskipun menghadapi oposisi dari puluhan tetangga pada saat itu, ratusan Muslim mengulurkan tangan ke Dewan Kota Blaine untuk memberikan dukungan berdirinya sekolah Islam.
“Kami ingin mengambil kesempatan untuk memperkenalkan diri dan menjernihkan kesalahpahaman,” kata Samad Syed, wakil presiden Darul Arqam Pusat sekolah Al-Qur’an di Blaine.
Dalam upaya untuk menghubungkan anggota komunitas Muslim, Sayed bersama dengan istrinya, menciptakan aplikasi mobile yang disebut “Direktori Muslim” untuk berbagi peristiwa dan mempromosikan bisnis yang melayani klien Muslim.
Upaya dan ketekunan komunitas Muslim itu menuai buah selama dua tahun terakhir, ketika masjid baru disetujui di St. Anthony dan Rosemount, selain sekolah Al-Qur’an dibuka di Blaine.
Meskipun tidak ada angka resmi, Amerika Serikat diyakini menjadi rumah bagi antara 6-8 juta Muslim.
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 21 Tahun 2015