Oleh: dr Sri Rejeki, SKp, MKep, SpMat
Anak adalah karunia Allah yang tiada terkira bagi semua keluarga. Keberadaannya sangat dinantikan karena akan menjadi penerus generasi, dan menjadi salah satu penguat ikatan berumah tangga. Islam telah memberikan perhatian yang sangat detail tentang anak, sejak proses konsepsi, kehamilan, kelahiran, sampai pendidikan ketika anak lahir, dan masa tumbuh kembang hingga dewasa. Semua mendapatkan perhatian dan tuntunan yang teliti. Ini menunjukkan demikian penting menjaga, merawat, serta mendidik anak sejak awal.
Sudah selazimnya setiap pasangan suami isteri menginginkan bayinya lahir sehat dan cerdas. Keberhasilan dalam meningkatkan kecerdasan anak dapat dimulai dari sejak di dalam kandungan. Tidak saja mengenai makanan yang sehat yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi janin, tetapi kecerdasan anak yang akan dilahirkan dapat dilatih dengan cara memberikan stimulasi sejak di dalam kandungan. Selama kehamilan janin di dalam kandungan dapat menyerap latihan yang diberikan melalui intervensi oleh tenaga kesehatan, ibu ataupun pasangan yang bertujuan menstimulasi kecerdasannya di kemudian hari.
Karakter Perkembangan Otak Janin
Ukuran otak kira-kira seperlima puluh bagian tubuh manusia merupakan bagian paling penting. Otak relatif membutuhkan banyak energi yang diperoleh dari nutrisi- dibanding bagian tubuh yang lain. Fungsi otak tergantung pada banyaknya sel otak dan percabangannya. Banyaknya neurotransmitter atau zat yang mengaktifkan synaps (hubungan antar sel syaraf), dan kualitas mielin atau selubung sel syaraf.
Kesehatan otak merupakan modal dasar utama untuk beraktivitas secara produktif dan berkualitas sesuai kemampuan. Upaya kesehatan otak adalah upaya pelayanan kesehatan secara individu ataupun kelompok, yang bertujuan meningkatkan dan memelihara potensi kecerdasan yang ada serta menanggulangi gangguan kesehatan otak yang dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hidup manusia (Rosita R. 2012).
Peran kesehatan dalam mengembangkan sumber daya insani berbasis otak dilakukan dengan mengoptimalkan upaya kesehatan otak dimulai sejak janin hingga lanjut usia. Brain Development adalah salah satu model pendekatan pengembangan pemberdayaan manusia berbasis otak untuk meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas sumber daya insani.
Stimulasi Perkembangan Otak Janin
Stimulasi pada janin sejak dalam kandungan dapat memberikan efek perkembangan positif pada bayi. Sebagai contoh bayi yang mendapat stimulasi sejak masa kehamilan terlahir lebih tinggi (panjang tinggi badan) dengan lingkar kepala yang lebih besar, memiliki kemampuan motorik kasar dan halus, serta kemampuan berbahasa yang lebih baik. Bayi yang mendapat stimulasi sejak masa kehamilan bahkan terlihat mulai tersenyum dan tertawa sejak masih berusia 1 minggu. Oleh karena itu stimulasi yang diberikan kepada janin sejak dalam kandungan amat bermanfaat untuk mengoptimalkan perkembangan otak anak yang dilahirkan.
Beberapa kegiatan untuk stimulasi perkembangan otak janin, antara lain:
- Berbicara pada janin dalam kandungan;
- Memperdengarkan Musik atau bacaan Al-Qur’an;
- Memberikan sentuhan dan mendo’akan;
- Rajin berolahraga;
- Membaca;
- Brain booster (pengungkit otak).
Mencegah stres bayi sejak dalam kandungan
Ibu yang sering mengkonsumsi makanan tinggi lemak saat kehamilan berisiko melahirkan bayi terkena stres. Saat kehamilan kebutuhan nutrisi ibu akan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. Istilah “makan untuk dua orang” selama kehamilan memiliki arti lebih luas daripada sekadar kesehatan fisik. Seorang ibu yang makan menu tinggi lemak selama kehamilan cenderung menjadikan bayinya lebih agresif atau memiliki kecemasan berlebih.
Hasilnya, dari seluruh bayi, 78 % bayi yang ibunya makan diet tinggi lemak bereaksi dengan cemas atau lebih agresif. Sementara hanya 11% di antara bayi kera dengan ibu diet rendah lemak yang memperlihatkan reaksi negatif.
Dari hasil penelitian, kegemukan ibu tidak mempengaruhi bayi melainkan kadar menu diet selama kehamilan. Ibu dengan berat rata-rata tetapi memiliki diet buruk, menurunkan stres dan kecemasan kepada bayi mereka setelah lahir. Gejala kecemasan pada bayi dapat dikurangi jika seorang ibu beralih ke diet yang lebih baik selama kehamilan.
dr Sri Rejeki, SKp, MKep, SpMat, Dosen Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Unimus, Sekretaris Majelis Kesehatan PWA Jateng, Ketua Ikatan Perawat Maternitas Indonesia Prov Jateng
Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 23 Tahun 2015