Oleh: Sucipto Jumantara & Unik Rasyidah
Karena Wabah Korona, anak-anak harus belajar di rumah. Anak kami, Hilya, sekolah di TK ABA Suronatan mendapat tugas, setor hafalan surat pendek, hafalan doa sehar-hari, belajar iqra dan menyanyi. Semua proses belajar direkam dan dikirim ke Guru melalui grup WA wali murid. Anak kami pemalu, sehingga tugas-tugas ini tentunya bukan tipikal kegiatan yang dia minati. Kami harus tahu benar momen yang tepat untuk mengajaknya belajar dan mengerjakannya.
Awalnya ditemani Ayah, suasana santai siang hari. Sambil tiduran langsung direkam dengan setor hafalan Al Fatihah dan Al Ikhlas. Dua surat yang sudah lama dia hafalkan. Masalahnya bukan hafal atau tidak melainkan bagi kami, bagaimana menumbuhkan semangat Hilya dan mau direkam saat melakukan aktivitas belajar .
Tugas berikutnya belajar membaca Iqra. Disyuting video. Ini lebih tidak mudah lagi. Berbagai cara ditempuh, Umi mencoba tapi karena anaknya tahu akan direkam video ia lapor ke Ayah, kemudian Ayah memangkunya untuk membaca Iqra. Diam-diam Umi mau merekam, ketahuan Hilya, maka setoran video proses balajar Iqra belum berhasil. Umi pura-pura buka HP lagi tapi si anak tak percaya. Gagal usaha. Akhirnya kami berhenti. Tidak memaksa. Mencari waktu yang tepat lagi
Lantas Umi menunjukkan beberapa video teman kelas Hilya. Pelan-pelan muncul keinginan. Meski kami harus hati-hati karena ia paling tidak suka dibandingkan dengan anak-anak yang lain. Bahkan saat melihat video temannya ketahuan Ayah pun tak suka. Ia lari ke kamar menonton video teman-temannya. Tak lama kemudian Hilya mau pakai kerudung dan direkam. Alhamdulillah berhasil. Membaca Iqra dan membaca Doa. Oleh Umi langsung dikirim ke gurunya. Bu Irien namanya. Apa yang terjadi? Gurunya mengirim respon..emoji tepuk tangan dan kata-kata apresiasi.
Umi menunjukkan ke Hilya
“Kata Bu Irien gimana Mi?” tanya Hilya penasaran.
“Ini dapat banyak tepuk tangan Dik” Umi membacakan balasan dari Bu Irien.
Dengan semangat dan bangga Hilya menunjukkan balasan Bu Irien ke Ayah.
Umi bersiap merekam tugas berikutnya. Kali ini dibantu Zelda, Kakaknya Hilya. Menyanyikan lagu Lihat Kebunku. Dan horreee. Berhasil. Sampai Hilya minta dua kali rekaman dan yang terbaik yang dikirim.
“Udah dikirim belum Mi?” kali ini Hilya begitu antusias.
Umi mengirim hasil kerja Hilya ke gurunya. Diam-diam mengirim pesan ke Bu Guru minta diberi tepuk tangan lebih. Karena Hilya suka.
“Bu Irien, minta tolong kasih tepuk tangan yang banyak ya Bu.” Pinta Umi menyusun tak tik.
Dan benar. Gurunya yang sudah mengenal karakter Hilya langsung klik dengan Umi.
Dikirimlah sejumlah emoji dan kata-kata peyemangat..
Kami sebagai orang tua melihat ini bisa jadi strategi untuk mengingatkan motivasi belajar dan membangun kepercayaan diri Hilya. Kami bersepakat membuat skenario seolah ada tugas dari Gurunya. Belajar membaca. Ia cari-cari video temannya.
“Kok gak ada video temen-temen Mi?” Hilya bertanya-tanya.
“Karena Adik yang pertama, nanti kalau sudah rekaman kita kirim ke Bu Irien.” Tukas Umi
“Ok Mi” jawab Hilya penuh semangat.
Belajar membaca direkam dengan lancar. Langsung dikirim Umi ke Bu guru. Waktu itu pas menjelang Isya. Hilya gelisah menunggu balasan dari Gurunya. Setelah menungu setengah jam. Lega rasanya. Alhamdulillah Hilya ceria dan malam itu menuju tempat tidur dengan gembira.
Penulis adalah orang tua murid TK ABA Suronatan