Oleh: dr. Nurcholid Umam K, M.Sc., Sp.A.
Perkenalkan nama saya Nurcholid Umam. Saya seorang dokter sekaligus Direktur Pelayanan Medik RS PKU Muhammadiyah Bantul, Yogyakarta. Sebagai direktur pelayanan medis tentu sudah menjadi tanggung jawab saya untuk menyiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan penanganan covid19 ini. Tidak sedikit cerita di balik kesibukan tim covid19 RS PKU Muhammadiyah Bantul yang mungkin tidak dirasakan langsung oleh orang lain yag tidak menangani di garda depan.
Awal Februari kami telah membentuk panitia kecil gugus penanganan covid ini dan berlanjut dengan latihan atau gladi penanganan covid 19 di RS kami. Persiapan demi persiapan kami lakukan mulai dari mencari Standard Operating Procedure (SOP) yang benar, mencari APD yang standar, mencari literatur virus baru ini yang masih sangat terbatas informasinya dan melatih personil di semua unit. Harapan kami saat itu semoga Corona tidak sampai ke Indonesia.
Ternyata, Allah berkehendak lain, dan virus itu kini menjadi momok di kalangan masyarakat, menyebar tak terkendali. Dengan bekal ilmu dan pelatihan yang kami dapat, kami berusaha sekuat tenaga menjadi salah satu lini terdepan dalam mencegah penyebaran Covid 19 dan menangani pasien yang menderita sakit, baik yang ODP, PDP maupun yang confirm positif covid 19 — semua kami rawat dengan baik sesuai prosedur. RS kami pun ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu rujukan Covid 19 di Yogyakarta.
Yang paling sulit pada masa-masa awal adalah tidak adanya APD, tapi Alhamdulillah berkat kreatifitas anggota tim kami mampu mendesain APD sendiri yang sesuai dengan standar internasional. Berkat bantuan Lazismu RS PKU Muhammadiyah Bantul dan Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, kami mampu memproduksi secara mandiri 800 unit APD utk penanganan corona ini. Tentunya ini menjadi catatan tersendiri bagi kami karena telah berhasil mengatasi kesulitan pertama dengan baik tanpa harus bergantung pada pemerintah, bahkan kami mampu membantu RS lain yang tidak memiliki APD.
Sumbangan masyarakat kepada kami lewat Lazismu juga mengalir deras. Ini yang membuat kami selalu bersemangat. Dana ratusan juta berhasil dikumpulkan baik dari per orangan, institusi maupun puluhan Hamba Allah yang dengan ikhlas menyumbangkan hartanya untuk Jihad Kemanusiaan ini. Tidak hanya donasi uang, donasi barangpun tiap hari kami terima. Bahkan ada seorang penjual nasi yang menyampaikan ke kami, “Pak, mohon maaf saya tidak bisa menyumbang APD. Saya hanya bisa masak nasi dan lauk sederhana, mohon bisa diterima sumbangan nasi kami untuk para pegawai garda terdepan ya, semoga barokah..hanya ini yang bisa kami berikan.” katanya.
Kalaulah boleh saya peluk bapak itu pasti sudah saya peluk erat dan mengucapkan ribuan terima kasih, sayangnya kami harus Physical distancing. Tapi saya yakin senyuman terima kasih kami telah cukup menjadi saksi di akhirat nanti. Masih banyak cerita haru lain yang membuat kami semakin bersemangat menghadapi virus ini.
Takut? Pasti. Itu perasaan yang umum kami rasakan sebagai tim penanganan Covid-19 di garda depan. Tapi ketaatan dan ketakutan kami kepada Allah telah mengalahkan ketakutan kami kepada virus ini. Kami takut jika kami tidak terjun menolong bangsa yang sedang sakit ini maka nanti di akhirat kelak kami akan diminta pertanggungjawabannya.
Lelah? Pasti. Setiap hari kami menghadapi ketidak pastian ketika bertugas. Bisa saja tiba-tiba di depan kami hadir pasien yang ternyata menderita batuk, demam, nyeri tenggorokan dan ternyata punya riwayat dari daerah transmisi penyakit…wow..kalo sudah begini pastilah heboh. Kode Kuning sebagai penanda adanya penyakit infeksi/wabah segera diaktifkan dan semua unit langsung bergerak untuk pengamanan sesuai prosedur yang telah kami latihkan.
Setiap hari selalu saja ada OTG, ODP dan PDP yang dirujuk ke RS Kami atau datang sendiri minta pemeriksaan. Semua harus kami layani dan semua harus kami selesaikan saat itu juga. Memutuskan PDP yang harus segera dirawat atau dipulangkan, memastikan ODP dapat terpantau oleh Puskesmas dan berkoordinasi dengan semua stake holder di Kabupaten dan Propinsi harus kami lakukan setiap hari. Belum lagi laporan-laporan yang harus kami buat tiap hari ke dinas kesehatan kabupaten, propinsi dan ke PP Muhammadiyah sebagai ‘ayah’ kami.
Konflik? Pasti. Bayangkan jika setiap hari Anda harus berhadapan dan bertempur dengan musuh tanpa istirahat, setiap hari selama 24 jam, 7 hari dan berminggu-minggu. Semua emosi akan terkuras habis. Setiap orang punya batasan stress yang berbeda-beda. Menangis? Itu yang kadang saya lihat ketika teman-teman perawat lelah berjam-jam memakai APD yang sumpek, gerah, keringat bercucuran dan untuk bernapas saja susah, tapi itu tetap mereka lakukan dengan ikhlas.
Beberapa personil kami bahkan jatuh sakit karena kelelahan, tapi begitu lelah hilang mereka bangkit lagi, bekerja lagi dan maju berperang lagi. Kadang ketika hasil perawatan pasien tidak memuaskan misalnya pasien yang kami tangani meninggal dunia atau memburuk, pasti akan muncul konflik antar anggota tim. Saling menyalahkan dan mencari kesalahan kadang muncul, tapi setelah semua saling memahami perannya, maka saling menguatkan adalah kunci utama keberhasilan tim.
Ada dokter, perawat, satpam, petugas sanitasi, petugas teknik, petugas perekam medis, petugas surveillance, cleaning service, direksi, dan seluruh karyawan PKU tak terkecuali, merupakan satu kesatuan yang saling dukung mendukung bersama seluruh lapisan masyarakat.
Yang terakhir kami sampaikan jutaan terimakasih kepada keluarga kami, yang dengan ikhlas dan rela melepas kami ‘berperang’ walaupun mereka tahu, risiko ada di hadapan kami setiap hari. Merekalah generator utama kami yang setiap hari memberi semangat dan memberi dorongan moral dan doa dalam setiap detik langkah kami, membersamai kami dengan lantunan doa keselamatan dan harapan..semoga lelah kami menjadi Lillah. Aamiin.
dr. Nurcholid Umam K, M.Sc., Sp.A, Direktur Pelayanan Medik RS PKU Bantul