Oleh : Heryan Ardhi Kusuma
Satu kutipan dari Tan Malaka ini tentu bukan semata sebuah ungkapan kosong belaka, melainkan realita yang banyak ditemukan di tengah masyarakat. Satu ungkapan yang menjadi pecut tentunya, untuk kaum muda, kaum milenial yang akan menjadi penerus bangsa di masa depan. Satu ungkapan yang menggambarkan betapa pentingnya kolaborasi antara karakter dan Pendidikan. Dan tentu, satu ungkapan yang menggambarkan betapa pentingnya sebuah karakter dibangun seiring sejalan bersama dengan proses Pendidikan.
Bangsa yang maju, adalah bangsa yang mau untuk bergotong royong, bahu membahu, dan saling menopang untuk kemajuan Bersama, dimulai dari tingkatan paling bawah RT, RW, desa, sampai ke tingkat paling atas yaitu negara. Bangsa yang maju, adalah bangsa yang mau belajar dari sejarah. Sejenak mari kita ingat bahwa bangsa ini merdeka atas asas perjuangan, gotong royong, dan bahu membahu berjuang dari seluruh elemen masyarakat demi menyatakan diri bahwa bangsa ini merdeka. Semangat yang perlu kita jaga dan lestarikan di tengah zaman yang rentan sekali tertular budaya “asing”, budaya yang merusak karakter bangsa.
Pendidikan, merupakan satu pilar membentuk karakter bangsa, selain utamanya sebagai pilar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tertulis dalam alinea ke-IV UUD 1945. Pada masa ini, Pendidikan diharapkan mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompetensi tinggi, yang siap berkompetisi di era globalisasi saat ini. Apalagi, persaingan di dunia kerja saat ini semakin ketat. Selain tidak seimbangnya jumlah antara lapangan kerja baru dengan jumlah pencari kerja setiap tahunnya, persaingan di dunia kerja saat ini semakin ketat dengan masuknya para pekerja asing yang juga bekerja di Indonesia. Maka, mau tidak mau, melaksanakan Pendidikan yang menghasilkan output yang berkualitas, handal dan unggul menjadi tantangan yang wajib dihadapi di masa kini.
Belum lagi, ditambah tugas menanamkan Kembali karakter bangsa yang sedikit demi sedikit mulai keropos dihantam arus zaman globalisasi. Tugas yang cukup berat, yang mesti dihadapi oleh kita Bersama dalam hal pendidikan, baik itu pendidikan di keluarga sebagai Pendidikan yang pertama, maupun Pendidikan di masyarakat dan Pendidikan di sekolah, megingat pada dasarnya ketiga lingkungan ini pun turut andil dalam proses pendidikan dalam suatu bangsa. Sama halnya seperti yang disampaikan Ki Hajar Dewantara “Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, dan setiap orang menjadi guru”, yang maknanya kurang lebih dimanapun dan dengan siapapun kita berada, hakikatnya bisa kita jadikan sebagai tempat belajar dan sumber belajar. Artinya, semua aspek lingkungan tersebut perlu untuk bersinergi, demi menciptakan penerus bangsa yang unggul, handal, siap menghadapi tantangan global dan tentu saja berbudi pekerti dan berkarakter.
Jika menilik pada kurikulum Pendidikan, kurikulum yang saat ini diterapkan sudah memberikan ruang yang cukup luas untuk tujuan terciptanya sumber daya manusia yang unggul, handal dan berkarakter. Pertama, penilaian proses pelaksanaan pendidikan menjadi bagian utama dalam penilaian, yang dibuktikan dengan penilaian-penilaian yang berbasis proses seperti penilaian antar sejawat, penilaian sikap, dan observasi yang dilaksanakan di setiap pertemuan dalam kelas. Kedua, penanaman karakter yang wajib dimasukkan di setiap materi atau kegiatan yang akan diajarkan. Ketiga adalah pada proses pembelajaran yang berbasis scientific, yang artinya Pendidikan diharapkan mampu melatih peserta didik untuk bisa berpikir kritis, berpikir ilmiah, terampil serta siap dan mampu menyelesaikan masalah. Setidaknya ketiga hal tersebutlah yang mendukung terciptanya sumber daya manusia yang unggul handal dan berkarakter. Yang menjadi terpenting dalam menjalankan ketiga hal tersebut adalah guru mesti bertindak sebagai teladan yang baik untuk peserta didik, sehingga terdapat koneksi yang baik antara proses belajar, peserta didik dan guru.
“Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” adalah satu ungkapan Ki Hajar Dewantara yang sangat fenomenal, dan bahkan menjadi satu pedoman yang masih berlaku sampai saat ini. Sebuah ungkapan yang bermakna siapapun “yang di depan harus memberi contoh, yang berada di tengah memberikan gagasan, dan di belakang memberikan dukungan” ini perlu untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan proses Pendidikan. Seorang guru, perlu menjalankan ketiga peran tersebut. Guru wajib menjadi seoarang teladan, pemberi gagasan dan pendorong motivasi untuk anak didiknya. Orang tua, sebagai Pendidikan pertama bagi anak-anaknya juga perlu menerapkan pedoman tersebut. Masyarakat, sebagai lingkungan dimana seseorang tinggal, lagi-lagi juga perlu memahami pedoman tersebut. Sehingga lagi-lagi, sumber daya manusia yang unggul, handal, dan berkarakter diharapkan terbentuk melalui sinergi diantaranya ketiganya.
Dan yang terakhir, sebuah ungkapan dari Tan Malaka yang mengatakan “sedangkan sebetulnya, cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting daripada hasil sendiri”, menjadi titik penting betapa karakter menjadi utama dalam Pendidikan. Korelasi antara kurikulum Pendidikan yang kita jalankan saat ini, dengan ungkapan dari seorang Tan Malaka ini terlihat berbanding lurus. Keduanya sama-sama ingin menanamkan karakter kepada peserta didik, menanamkan karakter kepada kita Bersama bahwa sebuah Pendidikan tidak bisa lepas dari penanaman karakter, untuk tujuan terciptanya sumber daya manusia yang unggul, handal dan berkarakter, demi mempersiapkan bangsa ini agar mampu menjadi bangsa yang maju.
Selamat Hari Pendidikan Nasional. Terima Kasih untuk seluruh pejuang Pendidikan dimanapun anda berada.
Heryan Ardhi Kusuma, Guru di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta