JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Aktualisasi menjadi pilihan kata yang tepat bagi sebuah organisasi atau gerakan untuk memaksimalkan potensinya dalam menjawab segala tantangan yang ada di depan mata. Kata aktual dapat menjadikan segala nilai dasar bergerak dinamis. Sebelum menjadi aktual, nilai-nilai tersebut hanya bersifat potensial. Muhammadiyah memiliki sejumlah nilai-nilai dasar yang bersifat potensial dan sebagian telah teraktualisasikan.
Din Syamsuddin, Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjelaskan bahwa aktualisasi ini telah dilakukan dalam berbagai gatra gerakan Muhammadiyah seperti pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, penyantunan, pemberdayaan masyarakat dan lain sebagainya. Namun masalah muncul pada tingkat kedua, yaitu pada kualitas aktualisasi itu sendiri. Apakah aktualisasi tersebut sudah sesuai dengan yang diharapkan atau sebaliknya. “Saya berkeyakinan belum paripurna, belum maksimal karena beberapa faktor baik internal atau eksternal. Terutama pada situasi lingkungan strategis yang kita hadapi saat ini,” paparnya.
Oleh karena itu diksi aktualisasi ini merupakan sebuah konsep yang mengandung keharusan secara taktis dan strategis. Ketika dikaitkan dengan Islam Berkemajuan khususnya dalam bidang pendidikan, maka perlu ada kesamaan pemahaman atau persepsi di antara kita semua tentang Islam Berkemajuan yang telah digagas 15 tahun terakhir.
Konsep Islam berkemajuan sejatinya telah ada sejak Muhammadiyah berdiri. Inti dari konsep Islam berkemajuan yang disampaikan oleh KH. Ahmad Dahlan adalah, bahwa Islam harus sesuai dengan ruang dan waktu. Dengan kata lain, Islam harus sesuai dengan segala zaman. “Dugaan saya KH. Ahmad Dahlan telah mengangkat alam pemikiran Islam yang berkemajuan untuk menterjemahkan apa yang sudah ada dalam bahasa Arab. Kemudian konsep Islam berkemajuan kita tarik kepada watak Islam sebagai Dinn al-Khazarah. Itu hanyalah upaya kita untuk mencoba mencari terminologi Arab yang tepat,” ungkapnya.
Ketua Ranting Muhammadiyah Pondok Labu tersebut menambahkan bahwa konsep Islam berkemajuan memiliki makna yang lebih dekat, yaitu sebagai agama yang berada di depan (Dinn at-Taqaddum). Dimana konsep ini masuk pada teologi al-Ma’un dan al-Asry. Namun sayangnya teologi al-Asry kurang populer di kalangan warga Muhammadiyah. Jika keduanya disejajarkan maka akan timbul orientasi praksis pada pelayanan di bidang pendidikan dan lain sebagainya. “Saya kira di dalam al-Asry terdapat kerangka filosofis dimana kemajuan ada padanya yaitu penghargaan akan waktu, melahirkan produktivitas, melahirkan kerja dan kinerja, kemudian menghadirkan prestasi dan keunggulan,” ujar Din.
Maka aktualisasi dalam bidang pendidikan dan Islam berkemajuan harus berjalan secara dinamis dan berkelanjutan. Dalam pemahamannya, berkemajuan tidaklah linier, datar, atau bahkan landai. Makna berkemajuan harus berpola mendaki, naik, sehingga akan lahir kemajuan-kemajuan baru. Berkemajuan bukan suatu paham yang statis, namun ia mengikuti dinamika waktu bahkan bisa mendahului waktu. Konsep berkemajuan telah diaktualisasikan oleh KH. Ahmad Dahlan melalui karya-karyanya dalam bidang pendidikan yang hingga saat ini masih kita rasakan dampaknya.
Terkait dengan era baru new normal, kaum Muslim perlu melihat bahwa wabah Covid-19 ini sebagai musibah yang harus dihadapi dengan muhasabah. Melakukan muhasabah yang tidak hanya ke belakang (intropeksi, retropeksi), namun juga ke depan yaitu memproyeksi dan mengantisipasi. Yang terpenting adalah tentang perencanaan masa depan. “Siapkanlah segala strategi, daya, dan upaya untuk menghadapi masa depan. Maka new normal ini harus diletakkan sebagai pengganti sistem dunia yang rusak tanpa harus melepaskan diri dari Tuhan,” tegasnya.
Alpha Amirrachman,PhD selaku Sekretaris Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dalam sambutannya menyampaikan, Islam sejatinya adalah agama berkemajuan yang membawa misi kemajuan untuk membangun peradaban manusia semesta. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah melalui amal usaha pendidikannya telah merealisasika serta mewujudkan misi mulia ini. “Sekarang dengan adanya Covid-19 ini telah merubah seluruh tatanan yang ada, tidak terkecuali dunia pendidikan kita. Maka dunia pendidikan Muhammadiyah harus mampu menyesuaikan diri di era new normal ini dengan cepat,” ujarnya. (diko)