Prof Dr H Haedar Nashir, MSi
Para penggerak perubahan pada umumnya kaum muda. Mereka berusia di bawah 30 tahun. Para aktivis pergerakan nasional awal abad ke-20 adalah sosok-sosok muda. Soekarno belum genap 20 tahun ketika awal berhimpun di rumah Tjokroaminoto di Gang Peneleh Surabaya untuk berguru kepada tokoh sentral kebangkitan nasional itu. Tjokroaminoto sendiri waktu memulai pergerakan masih berusia muda, tatkala berhenti menjadi pegawai dan memilih jalan perjuangan yang sarat ombak tantangan.
Kiai Haji Ahmad Dahlan memulai gerakan pembaruannya tahun 1889 sepulang dari Makkah juga berusia muda, 20 tahun. Meski di foto yang sangat populer tampak tua, sesungguhnya pendiri Muhammadiyah itu muda usia. Wafatnya pun 54 tahun, tergolong usia masih produktif. Beliau di ujung hayatnya sering sakit karena memforsir diri melebihi kemestian, sehingga beban tanggungjawabnya sangatlah berat melampaui usianya. Pendiri Muhammadiyah itu menyadari betul betapa harus meletakkan fondasi pergerakan yang kokoh sehingga memudahkan jalan bagi para penerusnya di kemudian hari.
Di era modern faktor usia tentu lebih relatif, karena banyak kemudahan dan lingkungan yang mendukung siapapun untuk mengaktualisasikan diri tanpa batasan usia. Tidak sedikit mereka yang berusia lanjut masih tetap produktif dan progresif. Namun tetaplah usia muda merupakan kekuatan sekaligus peluang yang sangat terbuka bagi siapapun untuk produktif dan bergerak maju dalam membangun kehidupan.
Lebih-lebih dalam pergerakan dakwah dan tajdid yang memerlukan jiwa dinamis, yang antara lain tumbuh dari kaum muda
Karenanya bagi kaum muda Muhammadiyah yang tersebar di Organisasi Otonom maupun institusi lain dalam Persyarikatan, termasuk yang berdiaspora di tempat-tempat lain di luar organisasi Muhammadiyah, sungguh dapat beraktualisasi sebagai penggerak kemajuan Persyarikatan. Lebih khusus ketika Muhammadiyah memasuki abad kedua di tengah dinamika umat, bangsa, dan kemanusiaan universal yang sarat tantangan saat ini maka sangat diperlukan kehadiran kaum muda yang berperan sebagai kekuatan penggerak dakwah.
Prinsip dan Militansi
Kaum muda Muslim, lebih-lebih yang bergerak di organisasi dakwah, semestinya memiliki idealisme hidup yang harus diperjuangkan dengan militansi yang kokoh. Militansi ialah kegigihan yang tertanam dalam jiwa dan pikiran serta teraktualisasi dalam tindakan yang pantang menyerah dalam menunaikan misi perjuangan. Perjuangan mengemban amanat dakwah itu sungguh berat dan tidak mudah, bahkan perjuangan hidup mengejar cita-cita pribadi pun tidaklah gampang yang menuntut kesungguhan dan kerja keras. Tidak ada perjuangan dalam bidang apapun tanpa pengorbanan, kesulitan, masalah, dan rintangan yang harus dihadapi dengan tegar.
Bagi setiap Muslim perjuangan hidup di dunia tidak sekadar menuruti hukum kehidupan yang oleh Charles Darwin disebut the struggle for life, yang berlaku hukum siapa yang kuat dia yang menang. Pergumulan hidup Muslim siapapun dia mesti berpatokan pada fundamental value atau nilai-nilai mendasar, yang tentu saja berpijak atau berlandaskan pada nilai-nilai ajaran Islam. Bahwa hidup Muslim itu ibadah (Qs Adz-Dzariat: 56) dan menjalankan kekhalifahan (Qs Al-Baqarah: 30) untuk meraih ridla dan karunia Allah (Qs Al-Fath: 29). Pilihan dan perjuangan hidup itu harus berpijak pada patokan benar, baik, dan pantas serta mwnjauhi hal yang salah, buruk, dan tidak pantas sebagaimana diatur dalam Islam.
Hidup dan perjuangan hidup Muslim tidak boleh menerabas demi meraih tujuan, yang disebut dengan pragmatisme. Ingin sukses di politik, ekonomi, dan bidang apapun tidak boleh sembarangan asalkan meraih keberhasilan mengikuti orang atau pihak lain yang kelihatan sukses tetapi dengan menghalalkan segala cara dalam patokan pragmatisme. Pagar yang membedakan perilaku atau tindakan Muslim sejati dengan mereka yang nifaq atau bahkan kafir justru pada patokan nilai-nilai yang fundamental itu. Jika sama-sama menerabas dan yang penting sukses maka itulah yang disebut pragmatisme, bahkan boleh jadi masuk dalam kategori sekular dan liberal karena memutus perjuangan dari nilai dasar serta melangkah semaunya. Jangan sampai demi mengejar pihak lain yang dianggap sukses kemudian menggunakan segala cara tak halal, sehingga tidak ada bedanya orang Islam atau orang Muhammadiyah dengan yang lain.
Belajarlah pada Ashab al-Kahfi. Demi mempertahankan keyakinan melawan penguasa yang dzalim mereka istiqamah sampai harus bersembunyi di gua selama 309 tahun sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi. Allah tidak mengangkat peristiwa Al-Kahfi itu kecuali untuk menjadi ibrah dan rujukan agar generasi muda Muslim menjadi sosok yang kuat memegang prinsip dan militan sebagaimana Ashab al-Kahfi. Demikian pula kisahkisah serupa lainnya yang dicontohkan Nabi Muhammad dan para sahabat dalam berjuang menyebarluaskan dan mewujudkan risalah Islam selama di Makkah dan Madinah.
Perjuangan mewujudkan cita-cita dakwah itu tidak dapat instan, sekali jadi secara simsalabim seolah serba gampang. Semuanya memerlukan proses pergumulan yang sarat suka duka. Kadang ada yang cepat berhasil, tidak sedikit yang tertunda atau bahkan gagal. Masalah, rintangan, dan tantangan pun silih berganti yang harus dihadapi dengan gigih. Nabi dan para sahabat memberi contoh utama bagaimana perjuangan menyebarkan risalah dakwah dengan pengorbanan harta, jiwa, dan penderitaan. Dalam kaitan ini Allah mengingatkan bagi mereka yang tengah berjuang di jalan-Nya untuk selalu tahan uji sebagaimana firman-Nya, yang artinya: “Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Qs At-Taubah: 41).
Gerak Komunitas
Kaum muda Muhammadiyah yang bergerak di Organisasi Otonom dan institusi Persyarikatan lainnya memiliki misi mulia menyebarluaskan dan memajukan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat luas untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sehingga kehadiran Islam dan umatnya menjadi rahmatan lil-’alamin di muka bumi. Dalam berdakwah tentu uswah hasanah itu Nabi Muhammad, figur utama yang namanya melekat dengan Muhammadiyah sebagai pengikutnya. Nabi bersama para sahabat dan kaum Muslimin berjuang di Makkah dan Madinah dengan gigih sehingga di puncak risalahnya tercapai Fathul Makkah serta terwujudnya peradabam al-Madinah al-Munawwarah. Setelah itu diteruskan para sahabat dan generasi berikutnya sehingga lahir era kejayaan peradabaan Islam berabad-abad lamanya yang menyinari seluruh dunia.
Misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah pun sama yakni membangun peradaban Islami yang berkemajuan. Khusus bagi kaum muda yang bergerak di Organisasi Otonom Muhammadiyah tentu menjadi tugas dan tanggungjawab yang tidak mudah dalam mengemban misi dakwah dan tajdid di tengah zaman sekarang yang sarat masalah, rintangan, dan tantangan kompleks. Lebih-lebih bagi kaum muda yang harus berjuang meraih cita-cita pribadi agar menjadi orang-orang yamg berhasil sesuai kadar masing-masing. Dengan kesuksesan diri tentu akan lebih mudah menjalankan peran dakwah sesuai bidang dan perhatian masing-masing.
Namun demikian kesuksesan pribadi itu pun tidaklah mudah, semua harus diperjuangkan dengan gigih, sehingga tahap demi tahap dapat meraih apa yang dicita-citakan. Selain itu, sembari memperjuangkan karir atau cita-cita individual, pada saat yang sama tuntutan berdakwah melalui organisasi juga tidak dapat diabaikan dan ditunda menanti keberhasilan diri, semuanya diperlukan pembelajaran dan ikhtiar untuk berperan di jalan dakwah. Dalam banyak hal malah dapat saling memperkuat antara perjuangan pribadi dan organisasi sejauh hal itu dapat dikelola dengan baik, yang disertai dinamika suka duka. Baik perjuangan pribadi maupun dalam mengemban misi organisasi tentu spiritnya sama, yakni dilandasi niat beribadah dan menjalankan kekhalifahan untuk meraih ridla dan karunia Allah SwT.
Berdakwah dan bertajdid melalui Muhammadiyah itu merupakan wujud ibadah dan kekhalifahan setiap insan Muslim
Karenanya dalam mengemban misi organisasi diperlukan fokus atau konsentrasi sesuai dengan fungsi pergerakan yang semula digariskan Persyarikatan agar bersinergi secara efektif dan mengarah pada pencapaian tujuan Muhammadiyah. Pemuda Muhammadiyah bergerak di segmen kepemudaan, Nasyiatul Aisyiyah di dunia kepemudaan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di bidang kemahasiswaan, Ikatan Pelajar Muhammadiyah di dunia kepelajaran, Tapak Suci dalam seni bela diri, dan Hizbul Wathan dalam kepanduan. Masing-masing telah memiliki fungi geraknya sesuai dengan garis yang ditentukan Persyarikatan, yang diimplementasikan dalam usaha-usaha setiap Organisasi Otonom. Sedangkan kaum muda yang tersebar di lembaga lain, termasuk di amal usaha, tentu sesuai dengan tugas dan bidang yang digelutinya. Semua bermuara mewujudkan tujuan Muhammadiyah.
Di sinilah pentingnya idealisme, kegigihan atau militansi, sekaligus kecerdasan dan kebersamaan dalam mewujudkan usaha meraih tujuan Muhammadiyah khususnya oleh kaum muda Muhammadiyah. Kaum muda sungguh penting dan strategis dalam membawa Muhammadiyah menjadi gerakan Islam berkemajuan, sehingga dengan demikian dapat membawa umat dan bangsa menjadi berkemajuan, bahkan lebih luas lagi dapat mewujudkan peradaban umat manusia yang berkemajuan sebagaimana idealisasi gerak Muhammadiyah di abad kedua. Kaum muda itulah sebagai kekuatan perubahan yang penting dan strategis.
Muhammadiyah dan angkatan muda serta seluruh komponen gerakannya dituntut untuk kembali ke basis gerakan, yakni membina umat dan warga masyarakat agar menjadi embrio bagi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dakwah komunitas harus dikeroyok bersama agar umat dan warga masyarakat terbina keagamaan dan kehidupannya sepanjang kemauan ajaran Islam yang berkemajuan. Melalui dakwah komunitas di lingkungan pemuda, pemudi, mahasiswa, pelajar, dan jamaah atau kelompok masyarakat lainya akan semakin terarah dan terfokus sasaran gerak Muhammadiyah. Pengembangan amal usaha serta usaha-usaha pemberdayaan di bidang ekonomi dan lain-lain sangatlah penting dan strategis sehingga dapat membawa kemajuan hidup umat dan masyarakat yang menjadi sasaran dakwah Muhammadiyah.
Dalam posisi, tuntutan, dan konteks kehidupan yang sarat tantangan saat ini sungguh kehadiran kaum muda Muhammadiyah sangatlah penting dan strategis. Bergerak dengan fokus dan fungsi tugasnya yang telah digariskan agar langkah perjuangan tidak sporadis dan sekadar mengikuti arus, yang membuat kehilangan peran strategis dalam membina umat dan warga bangsa. Bagaimana seluruh kader dan eksponen kaum muda Muhammadiyah yang berdiaspora di berbagai institusi di dalam maupun luar Persyarikatan menjadi kekuatan penggerak dakwah yang mencerahkan di tengah kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal yang berkembang kompleks saat ini menuju cita-cita gerakan. Secara khusus kaum muda Muhammadiyah dituntut peran praksis dan strategis untuk menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang unggul sehingga mampu mewujudkan kehidupan umat, bangsa, dan peradaban manusia yang berkemajuan!
Sumber: Majalah SM Edisi 16 Tahun 2016