Oleh: Heryan Ardhi Kusuma, M. Pd
Sampai saat ini, Masa darurat Covid-19 masih terus diperpanjang oleh tim gugus tugas penanganan Covid-19. Beberapa daerah pun sudah mengeluarkan maklumat berisi edaran informasi terkait dengan perpanjangan masa darurat yang dimaksud. Tidak dipungkiri, kasus pasien positif virus corona sampai saat ini masih terus melaju. Bahkan, pertambahan kasus perharinya bukan semakin mengecil, melainkan justru semakin bertambah.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh juru bicara pemerintah dalam penanganan Covid-19, Achmad, Yurianto, kasus positif Covid-19 mencapai 703 kasus, Jumat, 05 Juni 2020. Sebuah angka yang tidak kecil jika melihat masa pandemi yang sudah cukup lama menjangkit. Tentu, kasus penambahan pasien positif yang masih terus melaju ini patut menjadi kewaspadaan bagi kita semua, masyarakat Indonesia.
Terlebih, akhir-akhir ini di tengah masyarakat mulai muncul sebuah mindset tatanan kehidupan baru, yaitu New Normal Life atau sebagian menyebut dengan New Normal Era. Tidak salah memang, mengingat konsep tersebut sudah sempat digaungkan oleh pemerintah di tengah pandemi yang masih terasa sampai saat ini. Sebuah tatanan kehidupan baru, yang sebenarnya masih menjadi konsep, namun seperti menjadi angin segar bagi masyarakat yang selama ini sudah bertahan untuk tetap mengikuti anjuran #stay at home.
Tingkat kejenuhan masyarakat untuk tetap berada di rumah memang sudah mulai terlihat. Hal ini bisa dilihat dari aktivitas masyarakat yang sudah mulai terlihat normal, meskipun status darurat Covid-19 masih diberlakukan. Masyarakat mulai kembali beraktifitas seperti bekerja, belanja, berkegiatan di luar rumah dan melakukan aktifitas layaknya sebuah kehidupan normal. Dari sini, istilah New Normal Life nampaknya sudah mulai diimplementasikan oleh masyarakat, meskipun sosialisasi terhadap pelaksanaan tatanan kehidupan baru tersebut belum sepenuhnya dilakukan dan dipahami oleh Sebagian masyarakat.
Yang perlu menjadi kekhawatiran adalah bagaimana masyarakat mendefinisikan ungkapan New Normal Life. Definisi ungkapan New Normal Life bagi akademisi dan orang-orang yang melek informasi, bisa jadi berbeda dengan definisi yang didapat dari masyarakat kalangan bawah. Sebagai contoh, di beberapa daerah, Sebagian masyarakat merespon konsep tatanan hidup baru ini sebagai sebuah kondisi dimana lingkungan sudah aman. Dengan kata lain, Sebagian masyarakat menganggap lingkungan sekitarnya sudah bebas dari pandemi. Inilah yang kemudian menjadi alasan mengapa Sebagian masyarakat mulai berani melakukan aktifitas di luar rumah tanpa memerhatikan protokol Kesehatan. Di Yogyakarta, misalnya, jalanan sudah mulai ramai, kendaraan sudah mulai memadati bahu jalan, beberapa tempat umum yang beberapa bulan ini sepi, kini mulai banyak dikunjungi masyarakat. Pertokoan pun demikian, sudah mulai banyak dikunjungi.
Masih jauh memang, berbicara tentang pasca pandemi. Namun, dari beberapa pola kasus New Normal Life, setidaknya kita bisa menerka 3 (tiga) tipe seseorang pasca pandemi. Pertama, saya menyebut sebagai orang tersebut sebagai seseorang dengan tipe Keeper. Orang dengan tipe ini adalah seseorang yang terus mengikuti protokol Kesehatan yang selama ini diterapkan selama masa pandemi, karena khawatir akan munculnya pandemi gelombang ke-2. Orang dengan tipe ini sangat berhati-hati, dan sangat menjaga kondisi Kesehatan diri dan keluarganya dengan tetap mengikuti protokol Kesehatan, meski wilayahnya sudah dinyatakan bebas pandemi.
Kedua, adalah orang dengan tipe Walker. Orang dengan tipe ini adalah seseorang yang tetap tenang, terus melihat perkembangan kondisi, dan terus berhati-hati terhadap munculnya pandemi gelombang 2. Orang tipe ini tidak gegabah dalam memaknai kondisi bebas pandemi. Pola yang sudah dilakukan selama masa pandemi masih terus dilakukan, sambil pelan-pelan melihat perkembangan kondisi di wilayahnya dan berangsur hidup normal.
Ketiga, adalah tipe Attacker. Tipe ini adalah seseorang yang meluapkan keinginannya untuk segera hidup normal kembali, bahkan saat pandemi masih melanda. Orang dengan tipe ini, adalah seseorang yang tingkat keinginannya melampaui rasa kekhawatirannya. Tipe ini berani mengambil resiko, juga cepat jenuh. Tipe ini tidak bisa untuk berlama-lama melakukan hal yang tidak biasa dilakukan. Dengan adanya bebas pandemi, tipe ini akan merespon dengan cepat. Responnya adalah dengan beraktifitas seperti biasanya, bahkan saat pandemi belum dinyatakan berakhir. Tipe inilah yang pada saat New Normal Life diterapkan, menjadi tipe pertama yang mengekspresikan kejenuhannya dengan beraktifitas layaknya hidup bebas pandemi.
Tentu, masing-masing tipe tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak ada yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Allah. Apalagi, masyarakat juga terus dituntut untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-harinya. Namun, sebagai masyarakat yang bijak, apapun tipenya, kita tetap harus cerdas dalam merespon segala sesuatu. Jangan terburu-terburu menyimpulkan informasi terkait pandemi.
Mari selalu berpedoman pada berita atau informasi yang jelas sumbernya. Terutama dalam masalah Pandemi Covid-19 ini. Hindari informasi Hoax yang tidak jelas arahnya.
Sebagai warga Muhammadiyah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah selalu responsive terhadap perkembangan berita Covid-19, pun terhadap kebijakan Pemerintah. PP Muhammadiyah selalu update mengeluarkan edaran yang berisi pedoman-pedoman kehidupan selama pandemi. Maka, mari kita selaraskan niat untuk kehidupan yang lebih baik, bukan asal senang, asal puas. Karena akhirnya, apapun tipenya, tujuannya adalah kebahagiaan dan kesejahteraan untuk semua.
Heryan Ardhi Kusuma, M. Pd, Guru di Madrasah Mu’allimin Muhamamdiyah Yogyakarta