Oleh: Miftachul W. Abdullah
“… kemudian apabila kalian tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah). Karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS.An-Nisa’ : 19)
Tanpa pernah kita sadari, setiap hari, setiap waktu, bahkan setiap detik Allah pilihkan yang terbaik untuk kita. Hanya saja terkadang kita merasa pilihan kita lah yang paling benar. Jika tidak sesuai dengan kehendak kita, sering kali kita menyalahkan keadaan, atau bahkan kita berburuk sangka kepada Allah. Na’udzubillah.
Ada sebuah kisah menarik yang mampu kita ambil ibrah darinya. Kisah tentang seorang raja dan perdana menteri di istananya.
Suatu ketika raja edang memotong buah, lalu secara tak sengaja terpotonglah jarinya. Darah mengukur deras dari jarinya yang terpotong. Kemudian seorang perdana menteri yang melihatnya mengucapkan, “Segala puji bagi Allah. Pilihan-Nya adalah pilihan yang terbaik.”
Mendengar hal itu, sang raja kesal dan marah kepada perdana menterinya. Ia perintahkan pengawalnya untuk memenjarakan si perdana menteri kedalam sel. Hari bergulir, suatu ketika sang raja mepunyai hajat untuk berburu kijang. Berangkatlah ia dengan sekawanan pengawalnya untuk berburu ke hutan.
Qadarullah, satu rombongan itu terseseat di dalam hutan. Ia tersesat di suatu daerah atau pemukiman yang penduduknya adalah penganut paham paganisme ekstrim yang biasa menjadikan manusia sebagai tumbal untuk sesembahannya. Tetapi syarat manusia yang dijadikan tumbal itu adalah sempurna tanpa cacat.
Satu persatu pengawal raja itu diperiksa dan dijadikan tumbal karena tidak didapati kecacatan padanya. Tetapi pada giliran sang raja, ia di periksa dengan seksama dan di jumpai sebuah kecacatan karena jarinya terpotong. Maka penduduk di daerah itu melepaskan sang raja.
Riang nian sang raja bisa terbebas dari sekapan penduduk paganisme itu. Ia baru tersadar, ternyata inilah hikmah dari ucapan si perdana menteri kala itu. Ia segera kembali ke istana dan mengabarkan hal ini kepada perdana menterinya.
Dengan segera ia menyuruh pengawalnya untuk membebaskan si perdana menteri. Kemudian ia ceritakan seluruh kejadian itu kepadanya. Lalu ia tanyakan, apa hikmah yang di dapat selama di dalam sel penjara.
“Segala puji bagi Allah. Pilihan Allah adalah sebaik-baiknya pilihan. Tuan, andai saja saya tidak dipenjara. Tentu saya akan bernasib sama dengan pengawal-pengawal tuan itu.” Jawab si perdana menteri.
***
Hari ini adalah hari yang dipilih oleh Allah untuk kita. Nikmatilah, syukuri dan jalani sekuat hati. Apapun yang sedang terjadi, inilah pilihan yang terbaik. Hari ini bukanlah hari yang bisa dinikmati oleh mereka yang kemarin mati. Hari ini benar-benar milik kita. Gunakan sebaik dan sebagaimana mestinya.
Menyalahkan keadaan dan mengutuk segala kesalahan adalah sebuah kesalahan. Berlalunya kejadian yang terlewati berarti telah menutup satu lembar hidup. Tetapi masih banyak lembar yang bisa kita tulis dengan lebih baik. Menghapus kesalahan tulis dan mengurangi kecacatan kata.
Pandemi yang kita rasakan saat ini, boleh jadi adalah pilihan Allah untuk kita. Jika tidak kita temukan hikmahnya hari ini, maka yakinilah dengan sepenuh hati. Bahwa akan ada hikmah dibalik semua peristiwa ini. Tak ada sakit yang tak menggugur dosa, tak ada sabar yang tak diganjar pahala.
Kesabaran itu semanis sifatnya. Ikhlas itu seindah diamnya. Syukur itu seelok namanya. Jalanilah hidup anda dengan suka cita diatas semua peristiwa, baik suka maupun duka. Pandemi pasti berlalu. Memang tak tahu, sampai kapan vaksinya ketemu. Setidaknya kita masih memiliki ghirah hidup dan saling membantu.
Miftachul W. Abdullah, Sekretaris Cabang Pemuda Muhammadiyah Karangploso, Malang