YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bagi sebuah lembaga besar baik organisasi maupun instansi, pandemi jelas memberikan dampak buruk terhadap keberadaan sebuah lembaga. Segala aspek kehidupan yang berkaitan dengan masyarakat terganggu sehingga perjalanan tatanan kehidupannya tentu sedikit bergeser.
Maka situasi ini menjadi penting bagi seluruh humas di sebuah lembaga untuk tetap mampu mempertahankan eksistensi lembaganya meski tengah dilanda pandemi. Humas atau public relation menjadi kunci sebuah lembaga di masa pandemi untuk dapat menunjukkan kapabilitasnya.
“Dalam situasi pandemi, jika berbicara tentang branding kita tidak bisa stop sampai disini. Apapun kegiatan kehumasan harus terus berjalan bahkan harus lebih kreatif lagi” ujar Aswad Ishak, M.Si. selaku Ketua Perhumas BPC Yogyakarta yang juga seorang Dosen Ilmu Komunikasi UMY dalam Covid-19 Talk, Kamis (25/6).
Dalam hal ini seorang humas menjadi tombak utama bagi lembaga untuk tetap mempertahankan eksistensinya di hadapan masyarakat, tentunya dalam aspek “apa yang bisa diberikan oleh lembaga kepada masyarakat di masa pandemi” sehingga masyarakat tetap memiliki kepercayaan kepada lembaga tersebut.
Berbagai polemik terjadi antara lembaga dengan masyarakat akibat adanya pandemi. Seperti dalam perguruan tinggi, beberapa waktu lalu terjadi isu permohonan penurunan biaya kuliah yang dianggap cukup mahal padahal kuliah dilakukan secara daring. Hal ini dikeluhkan berdasarkan perspektif mahasiswa dan perspektif perguruan itu sendiri.
Pasalnya baik mahasiswa maupun perguruan tinggi mempertanyakan kesanggupan kampus, apakah kampus dapat bertahan dimasa pandemi dan apakah ekonomi serta budaya mahasiswa mampu bersanding menjalani perkuliahan di masa krisis. Maka humas berkewajiban untuk memberikan penjelasan kepada khalayak secara jelas.
Dr. Rudianto, M.Si selaku Rektor sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) menyampaikan bahwa di masa pandemi ini akan banyak tantangan yang harus dihadapi oleh humas, seperti informasi yang melimpah yang menyulitkan masyarakat dalam mendapatkan informasi valid.
Kemudian perubahan yang datang secara tiba – tiba dan mempengaruhi kondisi sosial budaya masyarakat, sehingga ini dapat menghabiskan energi humas untuk melakukan upaya – upaya strategis “Paling tidak humas harus bisa menyampaikan kepada publik baik internal atau pun eksternal untuk menjelaskan kemampuan instansi menghadapi pandemi,” ungkapnya.
Dalam hal ini reputasi sebuah lembaga harus dijunjung tinggi dimana perencanaan komunikasi yang baik merupakan sebuah kunci. Perencanaan pola komunikasi di masa kritis yang sesuai dengan kondisi khalayak sehingga lembaga dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat saat ini. Selain itu, mengoptimalkan engagement media sosial di berbagai platform juga menjadi sebuah pintasan terkini bagi humas agar dapat menggandeng masyarakat ke dalam jangkauannya.( riz)