METRO, Suara Muhammadiyah – Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat cenderung banyak mengkonsumsi masakan hasil olahan sendiri termasuk pula bahan olahannya yang dipetik dari kebun sendiri.
Kondisi ini nampaknya memberi nilai positif, dengan munculnya kebiasaan masyarakat untuk berkebun di lahan pekarangan rumah. Hal inilah yang membuat sejumlah dosen Universitas Muhammadiyah Metro terjun langsung ke Fahri Agro, salah satu unit usaha di Desa Siraman, Kecamatan Pekalongan, Lampung Timur.
Fahri Agro yang menjual berbagai macam jenis bibit sayuran, menjadi fokus Program Pengabdian Kepada Masyarakat SKIM OPR Pengabdian LPPM UM Metro. Dipimpin oleh Dr. Dwi Rahmawati, M.Pd. dengan anggota tim Dr. Rahmad Bustanul Anwar, M.Pd. dan Riswanto, M.Pd.Si.
Program pengabdian ini berupa sosialisasi tentang Peningkatan Kualitas Bibit Sayur pada Petani Bibit Sayur Desa Siraman tersebut.
“Maka sebagai stimulus untuk meningkatkan kualitas bibit yang dihasilkan para petani bibit ini perlu diberikan kegiatan pelatihan ataupun penyuluhan. Tentu kegiatan ini kami lakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan untuk meminimalisir dampak Covid-19,” ujar Riswanto, Senin (29/6).
Penyuluhan tersebut, menurut Riswanto menggandeng Tim pemateri dari Program Pengembangan Usaha Produk Intelektual Kampus (PPUPIK) UM Metro, yaitu Dr. Agus Sutanto, M.Si, Dr. Achyani, M.Si., dan Dr. Hening Widowati, M.Si.
Pertanian Berkelanjutan
“Kegiatan tersebut dihadiri oleh praktisi pertanian mulai dari petani bibit sayuran, tanaman pohon, dan tanaman bunga serta dihadiri juga dari Dinas Pengairan Kecamatan Pekalongan,” tuturnya.
Sementara, Ketua Tim Dwi Rahmawati menuturkan, Tujuan dari kegiatan ini sebagai bentuk pengabdian akademisi UM Metro kepada masyarakat Desa Siraman tentang teknik pembibitan sayur/tanaman yang berkualitas.
“Selain itu, kita memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya pertanian organik yang tidak hanya mementingkan keuntungan dari segi finansial saja. Melainkan lebih memperhatikan aspek-aspek kesehatan baik itu kesehatan diri manusia itu sendiri maupun kesehatan lingkungan,” jelasnya.
Menurutnya, dampak berkelanjutan dari pertanian yang tidak sehat akan merusak berbagai hal, dimulai dari kerusakan lahan pertanian karena bahan pencemar yang melebihi ambang batas maksimum. Berlanjut kepada akumulasi zat pencemar pada tanaman/sayuran, dan akibatnya akan berdampak kepada manusia.
“Aplikasi pertanian organik harus dimulai dari pembenihan bibit-bibit sayuran, sehingga kualitas hasil pertanian dari petani organik lebih terjamin,” ujarnya.
Kemudian, Tim pengabdian dan Tim PPUPIK juga menyempatkan diri untuk melakukan pendampingan tentang aplikasi Pupuk Cair Organik Limbah Cair Nanas (PCO-LCN) PUMAKKAL pada penyemaian bibit sayuran di lahan pertanian Desa Siraman.
Kegiatan diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya dengan menggunakan pupuk organik. Untuk menjaga kesehatan tubuh konsumen sayuran, bukan hanya sekedar untuk meningkatkan kualitas bibit.(Riz)