Dialog 3 Sahabat tentang Berqurban

Dialog 3 Sahabat tentang Berqurban

Ilustrasi Dok Axios

Suatu waktu, 3 orang sahabat sebut saja namanya, Si corona, Si karantina, dan Si sanitizer, sedang diskusi di pojok masjid. Mereka sama-sama sedang mendiskusikan seputar ibadah qurban. Berikut petikan dialognya:

Si Karantina: Assalamu’alaikum San…ada apa, kok menyendiri dan ngelamun…?

Si Sanitizer: Nah ini dia orangnya, ada teman diskusi dan ngobrol, yuk sini duduk, ungkap Si Sanitizer sambil mengarahkan tangan ke tempat duduk sebelahnya.

Si Karantina: Emangnya ada apa San? Kok kayak serius sekali.

Si Sanitizer: Begini Kar, Antum sudah baca keputusan PP Muhammadiyah tentang ketentuan ibadah Qurban di tengah pandemi..?

Si Karanitina: oooh itu, iya sudah, emangnya kenapa?

Si Sanitizer: Jadi, di dalam surat edaran PP Muhammadiyah itu kan ada dua keputusan, pertama tentang shalat id nya, kedua tentang pelaksanaan ibadah kurbannya.
Dan mengenai shalat id, kita sudah bisa pahami dan ikut dengan kondisi yang ada, serta ketentuan himbauan tersebut. Nah sementara, terkait pelaksanaan ibadah kurbannya ini, di kampung saya, ada beberapa tetangga pada bingung, karena sepengetahuan mereka dari edaran tersebut, Muhammadiyah himbau masyarakat mengganti ibadah kurban dengan sedekah. Lha…bagaimana mungkin bisa seperti itu..? Bukannya ibadah kurban punya sejarah dan ketentuan nilai tersendiri.

Makanya saya bingung Kar, sebaiknya seperti apa, dan apakah begitu edaran Muhammadiyah.

Si Karantina :….Oalah San…saya kira lagi mikir mau nambah anak lagi..wkwkwk…(sambil mereka nyengir ketawan kecil)

Begini San, terkait himbauan Muhammadiyah untuk pelaksanaan qurban, bukan himbauan untuk mengganti ibadah qurban dengan sedeqah. Di dalam edaran itu, dijelaskan, dalam masa pandemi ini, bagi umat Islam yang mampu melaksana ibadah qurban sekaligus bersedeqah uang dengan masyarakat yang sangat membutuhkan, maka itu lebih baik. Karena, di tengah kondisi pandemi ini, banyak masyarakat yang membutuhkan dana, bahan makanan dan sembako yang bisa untuk menyambung hidup mereka. Namun jika mereka tidak sanggup untuk melaksanakan keduanya, Muhammadiyah setelah melakukan proses ijtihad, menganjurkan agar mendahulukan sedekah. Bukan menggantikan kurban dengan sedekah, tapi mendahulukan bersedekah. Kenapa? Karena bantuan sedekah baik dalam bentuk uang maupun sembako atau bahan pangan, sangat dibutuhkan masyarakat yang sangat terdampak dari pandemi ini. Dan kedua perbuatan itu, nilainya sama, yaitu sunnah, namun manfaatnya untuk kondisi saat sekarang, tentu berbeda.

Jadi begitu San, antum kalau sanggup, lebih baik menjalankan keduanya, jika tidak sanggup bisa mendahulukan sedekahnya.

Si Sanitizer: oooh begitu, hehehe…berarti keliru donk saya dan tetangga saya memahami selama ini. Kalau begitu sudah cocok dan benar sekali Kar.

Si Karantina: Trus, rencana antum ikut yang mana?

Si Sanitizer : Jika tidak ada halangan saya ikut salahsatu saja Kar, bersedekah saja, tapi mungkin akan saya wujudkan dalam bentuk sembako. Kalau antum gimana recananya?

Si Karantina : Alhamdulillah kalau bisa ikut salah satu, namun untuk saya, jika tidak ada halangan, insyaAllah saya akan ikut keduanya. Baik Qurban maupun sedekahnya. Namun bagus juga ide antum San, jika sedekahnya, diwujudkan dalam bentuk sembako. Tapi ngomong-ngomong dimana yang ada menyiapkan paket sembako untuk qurban ya?

Si Sanitizer : Kan sekarang sudah ada BulogMU Kar. BulogMu ini lini bisnis baru di sektor pangan dan sembako di bawah Suara Muhammadiyah. Selain menyediakan paket sembako, produk-produk di BulogMU ini lengkap dan harganya murah-murah.

Si Karantina: Wah ide dan terobosan yang menarik ini. Setuju..!!. Saya sekalian nanti ke BulogMu saja, untuk membeli paket sembako sebagai wujud sedekah.

Si Sanitizer: cocok, nanti biar saya bantu komunikasi dengan BulogMU. Karena mereka ada macam-macam paketnya, mulai harga 50 ribuan sampai 150 ribuan per paket.

“Di tengah seriusnya antara si Sanitizer dan si Karantina diskusi, tiba-tiba datang sahabatnya yang lain, bernama si corona. Dengan jalan agak terburu-buru, dia memanggil Si Sanitizer.”

Si Corona: San…San…wah saya cari sejak tadi, kemana aja, ini ada kabar baik.

Si Sanitizer: Mari duduk dulu sini Corona, emang ada apa?

Si Corona: itu sepeda yang kita indent beberapa minggu yang lalu, produknya sudah ready, orang pada rebutan semua ordernya, maka, dari pada tidak kebagian, yuk kita kesana ambil sepedanya.

Si Sanitizer: ooh sepeda, hehehe. Jadi Begini Corona, ini kan kita mau masuk idul adha, dan tadi saya habis diskusi dengan sahabat saya si Karantina, insyaAllah dana saya bulan ini mau saya alihkan untuk sedekah untuk membantu warga yang sangat membutuhkan. Jadi kemungkinan saya tunda dulu untuk beli sepedanya.
Trus antum, bagaimana rencana qurban tahun ini? Ikut nyembelih kambing atau bersedeqah?

Si Corona: alhamdulillah, saya tahun ini mengikuti 2 anjuran San.., pertama himbauan Muhammadiyah, untuk ikut kurban dan sedeqah, alhamdulillah ada rezeki yang bisa untuk berbagi. Kedua ajakan teman-teman untuk berolahraga dengan sepeda…hehe..Jadi saya sudah terlanjur bayar DP pembelian sepeda San. Namun, kalau dana saya terbatas, prioritas saya memang untuk kurban atau sedeqah saja.

Si Sanitizer: Wah hebat…..Akhirnya antum bisa berkurban, bisa sedeqah dan dapat sepeda baru.

Si Corona : iya. Tapi yang lebih utama tentu berkurban dan bersedeqah san.

Akhirnya masing-masing sahabat ini tuntas mendiskusikan tentang qurban, dan memilih sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Alhamdulillah.

Catatan Ba’da Jumat

Deni Asyari, Direktur Utama PT SCM/Suara Muhammadiyah

Exit mobile version