YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 63.749 kasus terkonfirmasi positif, bertambah 1.607 kasus dari hari sebelumnya dengan jumlah total yang meninggal mencapai 3.171 orang, Ahad 5 Juli 2020.
Melalui pertambahan jumlah kasus ini, Indonesia menempati peringkat ke-26 dunia jumlah penderita Covid-19. Sementara di Asia Tenggara, Indonesia menempati peringkat pertama baik dari jumlah total kasus Covid-19 dan jumlah total kasus kematian secara umum, menyalip Singapura yang mempunyai 44.800 kasus terkonfirmasi positif dengan kematian yang “hanya” 26 orang.
Data kematian akibat Covid-19 ini diperparah dengan angka kematian tenaga medis yang cukup tinggi, yaitu mencapai 68 orang yang terdiri dari 38 dokter dan 30 perawat berdasarkan data dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Ini berarti pada tiap 100 kematian ada sekitar enam hingga tujuh tenaga kesehatan yang meninggal dunia.
Kondisi tersebut terjadi salah satunya karena kini masyarakat makin banyak yang apatis dengan penanganan Covid-19 dan cenderung mengabaikan protokol kesehatan ditambah pengawasan yang lemah dari pemerintah. Realitas tersebut bisa dilihat dengan mudah seperti di pasar-pasar tradisional di mana banyak orang bertransaksi jual beli dan tidak mengindahkan protokol kesehatan, banyak warga ke pasar tidak memakai masker apalagi untuk mencuci tangan serta menjaga jarak. Contoh lain adalah maraknya fenomena warga bersepeda, banyak yang tidak memakai masker.
Dengan melihat data statistik Covid-19 di atas, jelas terlihat bahwa wabah ini belum berakhir, oleh karena itu Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Agus Samsudin, mengajak kepada warga masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, termasuk saat pelaksanaan Idul Adha nanti.
“Kami tidak lelah menghimbau masyarakat untuk tetap menerapkan 3 M memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Terkait dengan Idul Adha 1441 H, selain penerapan protokol kesehatan sesuai edaran PP Muhammadiyah kami mengharapkan lebih baik dana kurban tahun ini disalurkan untuk membantu mereka yang terdampak Covid-19,” tutur Agus.
Karena situasi itu pula, PP Muhammadiyah melalui Sekretaris Umum Abdul Mu’ti mengumumkan penundaan kembali Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta. Rencana awal Muktamar akan diselenggarakan tanggal 1-5 Juli 2020, kemudian diundur tanggal 24-27 Desember 2020, kini diundur kembali untuk waktu yang belum ditentukan. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan berbagai masukan dan saran para ahli terkait Covid-19.
Sementara itu MCCC hingga kini tetap konsisten dengan penanganan Covid-19 di tanah air dengan berbagai kegiatan diantaranya edukasi kepada masyarakat yang terus menerus dilakukan melalui sosialisasi lewat pemasangan spanduk, webinar, diskusi maupun penerbitan panduan-panduan.(riz)