LANGKAT, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Pondok Pesantren Muhammadiyah Kwala Madu, Ustadz Ramdani Lc mengungkapkan tentang proses belajar daring. Menurutnya Ruh pesanren itu ya adanya di pondok.
Tahun ajaran 2020-2021 sudah dimulai. Sebanyak 380 santri baru (Aliyah dan Tsanawiyah) seyogiyanya sudah berada di pondok di desa Sidomulyo, Langkat, Sumatera Utara. Namun SE Gubenur Sumatera Utara menegaskan bahwa belajar tatap muka belum dibenarkan. Penyebaran Covid-19 yang belum terkendali tentu saja menjadi sebab pelarangan belajar tatap muka itu.
Kawasan Langkat dan Binjai menjadi salah satu kawasan zona merah di Sumatera Utara. Kasus suspect Covid-19 di dua daerah ini masih cukup tinggi apalagi dua kawasan ini berbatasan dengan Deli Serdang dan Kota Medan yang menjadi episentrum Covid-19 di Sumut.
Wali Santri Minta Memahami
Ustadz Ramdani meminta agar para walisantri dapat memahami keputusan yang sangat berat itu. Pimpinan Pondok memahami keinginan santri dan walisantri untuk proses tatapmuka dapat dilangsungkan. Tapi wabah menjadi kendala.
Kata Ramadani, yang didamping Kepala Madrasah Aliyah Waliadi Tarigan dan Kepala Madrasan Tsanawiyah Pujiono, ruh seorang santri ada di pondok, Jum’at (17/7). Di pondoklah mereka mendapatkan nilai tarbiyah Islamiyah. Kalau mereka tidak ada di pondok dikuatirkan nilai-nilai akan memudar. Namun demikian, kondisi yang ada tidak dapat dinafikan, belajar masih harus dari jarak-jauh.
Dalam kondisi yang demikian, Ramadani minta kepada semua pihak mulai PWM Sumut, Pimpinan Pondok dan walisantri untuk saling menguatkan dan saling membantu agar dalam kondisi darurat ini, semua proses belajar dapat dilaksanakan dengan baik.
Mengawali tahun ajaran 2020-2021 Pondok Pesantren Muhammadiyah Kwala Madu telah melakukan kegiatan Orientasi dan Sapa Santri dari Pondok dengan 380 santri dan walisantri dengan aplikasi zoom meeting. Suasa duka terasa saat pimpinan pondok dan guru menyapa dari jauh. Terasa kerinduan mereka untuk segera masuk ke pondok yang mereka rindukan. (syaifulh/rizq)