Khitan

Khitan

Khitanan Muhammadiyah Padang

Oleh: Mushlihin

Malam Jumat Kliwon pukul 17:00, kami berboncengan dengan istri dan anak. Sekitar jam 18:00 kami tiba di rumah mbak. Untuk menjenguk sekalian menggembirakan putra ragilnya yang telah dikhitan. Keduanya masih kelas dua Madrasah Ibtidaiyah. Sebenarnya mbak berencana bulan Besar atau Zulhijah. Tetapi putranya bersikeras atau mengotot di bulan Zulkaidah. Bulan mulia. Arbaatun hurum. Walaupun kadang disalahartikan leluhur sebagai wulan Selo. Kependekan keseselan barang olo.

Kedatangan kami sangat diperlukan. Mereka menyambut kami dengan sukacita. Anak langsung menemani sepupunya yang dikhitan. Semua tertawa mendengar guyonan yang lucu. Sedangkan istri membantu menyediakan hidangan. Ada tahu, tempe, soto, ayam goreng, telur dan ikan gabus. Ikan air tawar tidak berpatil. Semua bilang masakannya mantap.

Setelah jamaah isya kami bercengkerama. Bercakap-cakap untuk menggembirakan hati. Senda gurau hingga mimpi indah di atas kasur. Pagi hari kami berjalan-jalan untuk bersenang-senang. Bermain-main, bertamasya, ke taman bunga. Beriringan menyusuri sungai, pematang sawah dan tanggul waduk keramat. Senyampang menyaksikan matahari terbit dan memperoleh vitamin. Sehingga bisa memulihkan tenaga.

Kemudian kami mandi. Ganti baju. Sarapan. Salat duha. Para orang tua, sahabat, kerabat dan tetangga yang berdatangan juga turut tersenyum bahagia sekaligus memberikan hadiah atau sumbangan uang, gula dan pakaian serta mainan. Karena hadiah dapat menghilangkan sifat benci dalam dada. Maka jangan meremehkan pemberian tetangga walaupun hanya secuil.

Selanjutnya kami dan tamu saling bercerita. Tentang sunat alias khitan dari masa ke masa. Pada tahun dua ribuan ini peralatannya cukup canggih. Pakai laser dan obat bius metode tembak atau suntik. Sakitnya berkurang dan cepat sembuh serta terjangkau. Banyak paramedis di setiap desa. Swimpak sunat pun membeludak. Andaikan tidak masa pagebluk, akan dilakukan walimah. Seperti pengajian, syukuran, atraksi kesenian tradisional, drumband, kasidah dan jaran kepang. Maka dari itu hanya dengan jamuan ala kadarnya untuk menggembirakan anak-anak.

Beda dengan anak kelahiran seribu sembilan ratusan, rerata sunat di “calak” . Orang yang cakap nan elok. Tepatnya juru sunat menggunakan pisau tajam dan logam. Lalu dilumuri putih telur ayam. Terus dilindungi alat vitalnya pakai bakul. Ditonton puluhan orang. Kedatangannya di teriaki warga dengan meriah. Biasanya menunggang kuda. Acap naik motor. Dihibur dengan wayang kulit. Pasang corong di bambu yang paling tinggi. Terdengar suara ke penjuru desa. Namun ada beberapa orang yang ke rumah sakit umum. Tingkat kesembuhan beragam. Antara satu sampai dua pekan. Tergantung jenis kulit.

Bahkan di masa Nabi Ibrahim sunatnya pakai kapak (qudum). Berdasarkan Ibnu Katsir dalam Kisah Para Nabi mengungkapkan, bahwa perintah wajib sunat sejak Nabi Ibrahim. Saat usianya 80 tahun (HR. Bukhari). Versi pemilik kitab Taurat mengatakan 99 tahun. Bahkan 120 tahun (HR. Ibnu Hibban). Peralatannya qudum alias kapak. Sesudah itu beliau mengkhitan Ismail kala berusia 13 tahun. Diikuti oleh para remaja dan budaknya.

Setelah bercerita, kami merasakan sunat memang sakit. Tetapi amat membahagiakan di kemudian hari. Pokoknya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata hikmahnya. Apalagi kalau saat melakukan hubungan suami istri. Sebaliknya jika tidak sunat malah lebih parah. Rentan terhadap penyakit kelamin. Umumnya susah untuk memperoleh pasangan. Lebih dari itu menjadi gunjingan.

Memperhatikan sisi maslahah tersebut, maka sunat sangat dianjurkan (masyru) bagi pria. Sementara bagi wanita tidak dianjurkan. Tetapi boleh dilakukan sepanjang untuk membersihkan, tak menyakiti dan tidak merusak fitrah organ seksual wanita. Merujuk hadis Abu Dawud dari Ummu Atiyah. Ada seseorang perempuan juru sunat para perempuan Madinah. Rasulullah memberinya pesan. Jangan berlebihan. Karena bagian itu merupakan kenikmatan perempuan dan bagian yang paling disukai suami.

Berhubung waktu salat Jumat sudah dekat kami pamit. Tak lupa pula kami infakkan sedikit harta pada orang tua, saudara, kerabat, anak dan tamu. Kami ucapkan juga selamat menikmati bentuk baru. Yang disunat tidak menjawab, cuma tersenyum sipu.

Mushlihin, PRM Takerharjo Solokuro Lamongan

Exit mobile version