PRM Dahromo adalah salah satu ranting tertua di kabupaten Bantul dengan karakter sangat unik dan khas, dimana mayoritas anggota nya adalah petani, tukang, pedagang, dan buruh dengan latar pendidikan yang biasa-biasa saja
Oleh: Rohadi
Groep Moehammadijah Dahromo Kotagede, begitu SK Moehammadijah Hindia Timoer yang diterbitkan tertanggal 1 Juli 1928, untuk meresmikan dakwah Muhammadiyah yang telah beberapa tahun dirintis oleh Mbah Amat Sidiq, Mbah Yusuf, Mbah Marjuki, Mbah Khawari, Mbah Khamim, Mbah Abdullah Mukhsin, Mbah Abdullah Rofie, dan Mbah Yusuf di sebuah dusun bernama Dahromo di ujung selatan Pleret. Sungguh hal yang menakjubkan memang, ditengah daerah yang penuh diselimuti legenda, mitos, dan hal- hal berbau takhayul, atau dalam bahasa persyarikatan dikenal dengan TBC (takhayul, bid’ah, dan Churafat), berdiri sebuah ranting Muhammadiyah yang berkembang dengan pesat dan besar.
Di sebuah lembah yang merupakan bekas sebuah lautan buatan yang dibuat pada zaman Sultan Agung Hanyakrakusuma yang memerintah kesultanan Mataram Islam pada tahun 1591 -1670 M.
Laut buatan yang dalam bahasa Jawa disebut segara yasan, dan kemudian menjadi nama kelurahan disini Segoroyoso, yang awalnya dibuat konon sebagai tempat latihan bagi angkatan laut Mataram islam dalam persiapannya menyerang Batavia, Memang dipenuhi banyak mitos dan takhayul disekitarnya.
Dalam majalah Djawa yang terbit tahun 1940, dalam tulisan RM. Gandhajoewana halaman 213 – 217, tertulis bagaimana tradisi rebo wekasan dan mitos tentang pertemuan sang sultan agung dengan Nyi Roro kidul di bukit permoni (di barat dusun Dahromo) dengan peninggalan berupa Selo amben, payung, teken, tapak kuda Sembrani, dan gua siluman. Kabut TBC itu kian pekat bila kita melihat ke arah timur Dahromo, disitu terdapat makam Raden Datuk Kusumo yang diklaim wali keturunan Rasulullah, yang dikeramatkan dan sering diziarahi. Di selatan Dahromo juga terdapat gunung pasar setan yang tidak kalah diselimuti halimun kabut tebal TBC tentang titik pertemuan dan bertransaksi nya para makhluk halus. Di tengah kabut TBC yang tebal itulah melalui perjuangan Mbah Sidik dan koleganya menyingsinglah sinar sang Surya perlahan menyinari lembah Dahromo.
Perjuangan keras generasi pertama yang beberapa diantaranya mengaji langsung di Kauman Jogja dan komunikasi intensif Mbah Abdul Kanan dan kawan-kawan yang saat itu ikut bekerja membangun Musholla Muhammadiyah di ranting prenggan (sekarang di kompleks SD Muhammadiyah Kleco 1 dan 2) lahrilah Groep Moehammadijah Dahromo Kotagede. Bahkan sinarnya melalui kegigihan para da’i terutama Mbah Amat Sidiq juga menerangi wilayah sekitarnya seperti dusun Karet, Pungkuran, Suren, Kanoman dan Kedungpring. Tertulis indah juga nama-nama para da’i yang ikut membesarkan dakwah Muhammadiyah di dahromo (semoga Allah memberikan kebaikan kepada mereka) yaitu Mbah Musidi, Mbah Muryadi, Mbah Abdul Khamid, Mbah Mulyorejo, Mbah Sakir, Mbah Muksom, dan Mbah Munaji.
Dan pagi ini aku duduk sendiri diatas bukit permoni memandang ke ufuk timur, sambil melihat indah sinar pagi sang mentari yang pelan merambat naik, selayak tamsil Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dahromo yang sedang berbenah memasuki gerbang abad kedua di dalam kemudi seorang anak muda bernama Triyanto. Setelah melalui Estafet panjang kepempimpinan kolektif kolegial mulai dari masa bakti Bapak Muh Yusuf, Bapak Drs. Pratomo, Bapak Padma, Bapak Wasul Shodiq B.A, Bapak Gunarto, Bapak HM Arwan, Bapak Guwanto, dan sekarang dilanjutkan oleh Mas Triyanto.
Mas Yanto begitu biasa dia dipanggil, pak guru sekolah dasar itu adalah temanku sendiri, aku ingin menceritakan tentang nya, bukan karena kami sahabat dekat sejak bersama aktif di IRM Banguntapan Pleret, tapi karena aku berharap semoga banyak generasi muda yang tertular semangat nya, tiada enggan dan segan siap menerima estafet kepemimpinan persyarikatan di usia muda. Juga aku berharap tulisan ini menjadi doa seorang sahabat yang menjadi pemantik baginya agar lebih bersemangat mengemban amanah sebagai ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Dahromo.
Walaupun masih berusia muda untuk ukuran menjadi nakhoda sebuah ranting (dia aktif di PRM Dahromo usia 25 tahun dan terpilih sebagai ketua Ranting Muhammadiyah Dahromo di usia 35 tahun), tapi aku yakin dengan pengalamannya selama ini, dia mampu menjadi nakhoda yang tangguh. Cucu dari Mbah Abdullah Siraj seorang yang sangat dikenal rajin dan teguh ibadahnya, dan putra ketiga dari lek Amir guru ngajiku di masa kecil ini, memang sejak kecil dididik dalam keluarga yang agamis dan berpaham Muhammadiyah.
Mbah Abdullah Siraj terkenal sebagai orang yang sangat rajin beribadah dan ahli jama’ah di kampung kami, bahkan hujan deras di subuh hari tak mengendurkan semangatnya untuk jamaah subuh, demikian juga Paklek Amir yang aku tahu begitu memegang paham Muhammadiyah dengan sungguh-sungguh semenjak mudanya, bahkan ketika banyak teman-teman nya belajar bela diri plus ilmu ilmu Kanuragan kekebalan, beliau menolak. Pergaulan di Kotagede semasa beliau muda sebagai perajin kulit, lalu menjadi rekan kerja di proyek bangunan bersama Mbah Amat Satari tokoh sepuh Muhammadiyah Dahromo, dan kehadiran rutin di pengajian yang diadakan ranting atau cabang, benar benar membentuk karakter beliau, tak heran buku himpunan putusan tarjih selalu berada di meja ngaji beliau, ketika mengajar kami dahulu.
Latar belakang pendidikan putra tersayang Bu Lanjariyah ini memang biasa, memulai sekolah dasar di SD Muhammadiyah Wonokromo 2, SMP Negeri Gondowulung, SMK Negeri 5 Jogja, dan sarjana pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Tapi mas Triyanto menambah ilmu pengetahuan agama, selain mengaji langsung pada Pak Amir beliau juga mengaji pada beberapa guru agama dan aktif di banyak kajian ilmu.
Beranjak remaja, disaat aku mengenalnya, mas Triyanto sangat aktif di organisasi otonom Muhammadiyah IRM, TPA Al Hidayatul ulum Dahromo, organisasi pemuda Persada. Mas Triyanto sangat gemar mengajak remaja-remaja lain untuk ikut kegiatan keagamaan di lingkup ranting kami, dimana ada 2 masjid dan 8 langgar/ musholla Muhammadiyah yang aktif membina warganya. Aku termasuk yang mas Triyanto ajak ikut aktif di kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemuhammadiyahan. Dengan sabar mas Triyanto menuntun kami, membimbing kami untuk aktif, mulai dari tingkat ranting, cabang, hingga ke daerah. Masa-masa itu berjalan sangat indah, persahabatan yang terjalin dalam ikatan persyarikatan, pelan namun pasti menjaga kami dari goda dan coba di usia remaja.
Selayak Robin bagi Batman di komik, semisal Nakula Sadewa di dunia wayang, begitulah perumpamaan kami dalam menjalani masa sebagai aktifis dakwah di usia muda. Selalu bersama dalam satu masa bakti kepengurusan, misal saat mas Triyanto jadi ketua PC IRM Banguntapan Pleret, aku menjadi wakilnya, ketika dia menjadi ketua PR PM Dahromo aku juga jadi wakilnya. Begitu kebersamaan itu terus terbentuk, hingga akhirnya kami harus berpisah ketika aku menikah dan harus berpindah rumah ke Sewon. Saat itu mas Triyanto sebagai ketua baru PRM Dahromo, dan aku jadi sekertaris 2. Perpisahan itu sungguh sangat sedih terasa, tapi aku bersyukur kepada Allah atas banyak kesempatan untuk bertumbuh kembang dan menimba ilmu bersamanya. Dari mas Triyanto aku belajar bagaimana menjadi kader persyarikatan yang selalu siap menerima amanah Muhammadiyah kapan pun dan dimana pun. Seperti saat ia membimbing aku belajar ikut membesarkan AUM SMA Muhammadiyah Pleret, bagaimana dia juga siap sedia ikut sebagai tenaga awal pendidik di rintisan SD Unggulan Aisyiyah Bantul, dan dia dengan sigap sami’na wa Atho’na menjalankan tugas sebagai kepala sekolah di sekolah rintisan baru SD unggulan Aisyiyah Pandak. Dari pancaran pengalaman nya itulah yang membuatku bersemangat saat mendapatkan amanah ikut mengembangkan SD Muhammadiyah Pandes program plus, dan lalu ikut merintis dari nol MBS Pleret Bantul. Mas Triyanto juga pernah dipercaya sebagai ketua LSBO PCM Pleret, dan hingga saat ini masih sebagai Anggota Majelis Tabligh PDM Bantul.
Dengan latar pengalaman itulah yang membuat aku yakin, atas pertolongan dan bimbingan Allah, mas Triyanto di usia mudanya akan mampu menjadi nakhoda bagi ranting Dahromo.
Ranting Muhammadiyah Dahromo adalah salah satu ranting tertua di kabupaten Bantul dengan karakter sangat unik dan khas, dimana mayoritas anggota nya adalah petani, tukang, pedagang, dan buruh dengan latar pendidikan yang biasa-biasa saja. Tapi sangat jelas dalam ingatanku dan dari penuturan para sesepuh kampung dan orang tua kami, dengan kondisi pendidikan dan masyarakat yang seperti itu, bagaimana roda organisasi persyarikatan Muhammadiyah berjalan sangat dinamis dan sangat tertata administrasi nya, juga kegiatannya. pernah di tahun 1965 tiga personil muda dahromo yaitu Pratomo, Jumarno, dan Gunarto ikut terpilih sebagai PGT dibawah koordinator Bapak Jarnawi Hadikusumo, Bapak Affandi, dan Bapak Harjibun B.A yang ditunjuk oleh PP Muhammadiyah untuk mengikuti kirab khitanan ke Solo.
Di lapangan amal usaha Alhamdulillah juga masih sangat jelas jejak-jejak peninggalan nya, 2 masjid dan 8 langgar musholla, SD Muhammadiyah Wonokromo 2, PAUD dan TK ABA Dahromo, TPA Al Hidayatul ulum, beberapa petak kebun dan sawah produktif, menjadi bukti nyata.
Berbekal semangat muda, pengalaman yang kompleks, dan warisan amal usaha dari para pendahulu itulah mas Triyanto membuat beberapa program dalam menjalankan roda organisasi PRM Dahromo. Di bidang peribadahan, Untuk menyemarakkan dan menggembirakan jamaah di 2 masjid dan 8 langgar musholla Muhammadiyah, diselenggarakan safari subuh (dan kemudian Maghrib) berjamaah oleh PRM Dahromo. Kegiatan “safari jamaah” yang biasanya diadakan oleh instansi pemerintahan setahun sekali disaat tarawih ramadhan, dimodifikasi dan diadakan sepekan sekali oleh PRM Dahromo. Selain membersamai Sholat berjamaah di masjid dan langgar musholla Muhammadiyah, kegiatan ini juga diisi dialog dan sambung rasa antara pengurus PRM Muhammadiyah Dahromo dan jamaah. Alhamdulillah dengan sarana ini menjadi stimulus dan penggiat bagi kegiatan jamaah di 2 masjid dan 8 langgar musholla Muhammadiyah di lingkup ranting Dahromo.
Program untuk penguatan AUM juga diluncurkan, salah satunya pembentukan tim pengembang SD Muhammadiyah Wonokromo 2, Berbekal pengalaman mas Triyanto di dunia pendidikan, maka dibentuklah sebuah tim yang merupakan sinergi dari PCM pleret, PRM Dahromo, sekolah, dan tokoh-tokoh masyarakat Dahromo dan sekitarnya. Dengan tugas ikut mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah, tim ini dibentuk dibawah koordinasi langsung mas Triyanto.
Program baru lainya adalah merintis festival takbir keliling ranting Dahromo. Menilik semangat yang menggebu dari Adik adik angkatan muda Muhammadiyah Dahromo, dan besarnya jumlah jamaah (anggota) ranting Dahromo yang membawahi dusun Dahromo 1, dusun Dahromo 2, dan Trukan Barat. Festival ini diadakan dalam rangka menggembirakan angkatan muda dan mengeratkan jamaah (anggota) ranting Dahromo.
Disamping itu juga dikuatkan beberapa program unggulan PRM Dahromo di berbagai bidang yang telah berjalan selama ini seperti kegiatan PHBI, kajian-kajian dan pembinaan rutin di 2 masjid dan 8 langgar musholla Muhammadiyah.
Perlunya sentral kegiatan Muhammadiyah di ranting dahromo juga mendorongnya untuk mengadakan program pendirian gedung sekretariat PRM Dahromo, yang Alhamdulillah atas bantuan semua pihak juga sudah berdiri.
Dan program impian nya yang telah tertulis di program jangka panjang PRM dahromo adalah menjadikan Dahromo 1, Dahromo 2, dan Trukan barat menjadi kampung Muhammadiyah. Secara fisik akan dibangun gapura selamat datang di kampung Muhammadiyah, juga pemasangan atribut-atribut Muhammadiyah di setiap rumah warga. Dan secara psikis akan dibangun dan dibina mental spiritual kehidupan sehari-hari warga dalam suasana islami yang bernafaskan pedoman hidup islami warga Muhammadiyah.
Dengan berbinar senyum aku menatap sang mentari yang hampir sepenggalah naik, cerah bersinar, selayak hatiku yang bahagia dan berharap melihat semakin bersinar sang Surya menuju abad keduanya di lembah Dahromo tercinta. Aku turun dari bukit permoni ini perlahan, sambil mencium semilir angin yang mengabarkan di sebelah tenggara lembah Dahromo, sekira 3,5 hektar tanahnya akan dibebaskan untuk pendirian pondok pesantren Muhammadiyah, MBS Pleret. Semakin adem hati ini, terdengar sayup sayup mars sang Surya ditelingaku, membuncah harapan akan munculnya generasi yang semakin islami, dibawah sinar sang Surya diatas lembah Dahromo ini. Ya Allah, semua adalah skenario MU yang indah, sambil tersenyum kuambil air wudhu di langgar paling selatan di Dahromo 2,salah satu langgar wakaf Muhammadiyah dari keluarga Bu Hajjah wajirah. Semoga harapan dan doa-doa Dhuha ini Engkau Ijabah ya Rabbi……
Pelan merambat gelora semangat membuncah di dada, dan kembali terdengar ditelinga mantab derak mars Sang Surya di dalam jiwa
Lihatlah matahari telah tinggi
Di ufuk timur sana
Seruan illahi Rabbi
Sami’na wa Atho’na
Ya Allah Tuhan Rabbi ku
Muhammad junjungan ku
Al Islam agama ku
Muhammadiyah gerakan ku
Muhammadiyah gerakan ku
Lembah Dahromo
Di masa pandemi
Juli 2020
Rohadi, Dahromo II, Segoroyoso, Pleret, Bantul, DIY