Menggali ceruk-ceruk pengalaman yang membahagiakan selama lima bulan di rumah saja saya menemukan banyak jurus hidup yang asyik. Salah satu jurus hidup itu adalah mencari keseimbangan hidup dengan menghidupkan instrumen humor di dalam diri kita.
Kalau selama lima bulan kita membebani pikiran dan perasaan dengan hal yang amat serius dan sensitif dengan risiko tekanan darah meningkat, menarik dan melangit maka ada saat nya tekanan darah itu diturunkan sampai level yang kita perlukan. Tekanan darah yang levelnya pas dengan keperluan hidup yang diisi dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang terbarukan masing-masing orang berbeda. Tetapi intinya sama, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Terlalu rendah menjadikan kebahagiaan itu kurang terasa, kalau terlalu tinggi tekanan darah kita maka kebahagiaan itu bisa menipis.
Dari pengalaman selama lima bulan melakukan manajemen tekanan darah ini dapat saya temukan bahwa salah satu jurus untuk menurunkan tekanan darah (jika terlalu tinggi) dan menaikkan tekanan darah (jika terlalu rendah) adalah dengan jurus humor.
Menurut teori yang saya baca dari tulisan dan obrolan saya dengan begawan humor, maka humor adalah mekanisme pertahanan jiwa dan sekaligus metabolisme akal sehat untuk menjaga keseimbangan hidup manusia. Humor bisa meredam sifat agresif dan invasif manusia. Sifat agresif (suka menyerang) dan sifat invasif (suka mencampuri urusan orang lain) adalah semacam sifat bawaan manusia. Kalau sifat ini berlebihan sering membuat kegaduhan lingkungan bersama, membuat suasana tidak enak, dan mengakibatkan kebahagiaan hidup menjauh. Sifat agresif dan invasif ini dapat diredam lewat humor.
Humor juga merupakan jalan halus (diaspal dengan kelembutan jiwa) yang melingkar (mirip ringroad komunikasi) dan tidak langsung lurus ( tidak seperti pukulan straight) untuk menyampaikan kebenaran. Dengan metode penyampaian yang humoristik maka kebenaran menjadi enak dimakan dan perlu.
Humor juga dapat memicu dan memacu energi kreatif manusia. Mengapa? Karena humor semacam mewajibkan manusia yang memilih humor sebagai metode dan humor sebagai konten pesan yang ingin disampaikan untuk selalu menggali alternatif dalam mengungkapkan, menyatakan, dan menghias ide-idenya menjadi lebih indah dan segar.
Humor pun merupakan jurus jitu untuk membuka cakrawala kebaikan manusia dan pergaulan antarmanusia. Kebaikan yang biasa menjadi terasa tidak biasa dan menjadi lebih bermakna ketika disampaikan dengan bahasa dan perilaku yang humoristik. Dengan potensi-potensi humor yang seperti itu maka humor dapat dipilih sebagai instrumen untuk membangun kesadaran di atas normal. Kesadaran di atas normal inilah yang selama kita hidup bersama (berdamai atau berperang) Coronavirus. Kalau Coronavirus virus mempertahankan hidup metode replikasi dan mutasi gen maka humor memiliki potensi untuk melakukan replikasi dan mutasi ungkap kebenaran, kebaikan, keindahan sekaligus kebahagiaan.
Jadi humor merupakan instrumen untuk menjaga keseimbangan hidup. Dan di balik keseimbangan selalu tersembunyi kesehatan dan kebahagiaan. Dalam bahasa ungkap lain: barangsiapa seimbang hidupnya maka saat itu pula dia berteman akrab dengan kebahagiaan. Andaikan dia yang sedang atau sudah seimbang hidup tidak mengejar kebahagiaan, maka justru kebahagiaan itu yang mengejar-ngejar dia. Asyik kan, dari pada dikejar hantu hutang kan lebih baik dikejar kebahagiaan.
Oleh karena itu berhumor lebih baik ketimbang tidak humor karena hidup seimbang lebih baik ketimbang hidup tidak seimbang. Hidup bahagia lebih baik dan lebih asyik ketimbang hidup tidak bahagia. (Mustofa W Hasyim 13 Agustus 2020)