SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Resah dengan permasalahan pembelajaran di masa Pandemi Covid-19, Majelis Dikdasmen PDM Sleman memberikan solusi dengan meluncurkan 91 Modul Hibrida, Rabu, 16 September 2020.
Agenda launching 91 Modul Hibrida dilakukan langsung Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Baedhowi, MSi. Pembuatan Modul ini bertujuan agar dapat menjaga mutu pendidikan dan kemauan belajar peserta didik secara mandiri serta mengurangi dampak dari pandemi Covid-19 dalam sistem pembelajaran.
Ketua Majelis Dikdasmen PDM Sleman Dr Suwadi, MPd menyampaikan modul yang disusun oleh guru-guru Muhammadiyah daerah Sleman ini didesain untuk pembelajaran masa Covid-19. Isinya merujuk pada standar kurikulum (kompetensi dasar) yang berlaku. Diharapkan modul ini berfungsi sebagai buku pendamping belajar di rumah selama satu semester.
Didalam modul ini juga dilengkapi latihan dan tugas-tugas yang dapat dikerjakan dan berfungsi sebagai bahan evaluasi pembelajaran. Bagi peserta didik, modul ini berperan sebagai salah satu sumber belajar selain dari buku paket, melalui pembelajaran on line ataupun off line sehingga tetap menjaga semangat belajar mandiri dengan dukungan orangtua secara sinergis.
Penutupan sekolah dimaksudkan untuk memperlambat penyebaran pandemi Covid-19 yang telah menjadi kontroversial dan bermata dua. Banyak upaya dilakukan, seperti pergeseran pendidikan dari tatap muka kepada daring atau pembelajaran berbasis jaringan.
Laporan dan hasil survey yang dilakukan Majelis Dikdasmen PDM Sleman terhadap implemetasi sistem belajar di rumah (BDR) pada Sekolah/Madrasah Muhammadiyah daerah Sleman menunjukkan bahwa pembelajaran daring belum efektif (51%), terkendala jaringan (49,7%), keterbatasan fasilitas (64%), dan penyesuaian budaya (68,2%).
Bahkan yang tidak kalah penting untuk disebut adalah dampak isolasi baru, gangguan psikologis dan beban ekonomi. Problem ketidaksiapan semua pihak dalam menghadapi belajar di rumah, memuat kita berupaya untuk merencanakan BDR secara sinergis dan pada akhirnya BDR berkualitas.
Sekolah-sekolah Muhammadiyah sebagai pengelola pendidikan telah melakukan diversifikasi sistem pembelajaran. Peryarikatan pun sebagai penyelenggara pendidikan menawarkan ‘sistem pembelajaran bermodul’ untuk jenjang SD/MI dan SMP sebanyak 91 naskah modul.
Modul ini diberi nama modul hibrida. Nama ini mencerminkan empat kelebihan modul dibanding modul pada umumnya, yakni (1) adanya transmisi antara platform daring, luring dan lingkungan sumber belajar, (2) memungkinkan terjadinya interkoneksi media dan sumber belajar, (3) aktivitas pembelajaran mencerminkan integrasi strategi pembelajaran, dan (4) menjembatani tumbuhnya nilai-nilai baik dalam kehidupan sehari-hari dimasa belajar di rumah.
Diharapkan melalui modul hibrida ini, peran guru sebagai arsitek program dan proses pembelajaran. Ia harus dibekali dan dilengkapi dengan kemampuan merancang proses pembelajaran berbasis hybrid learning. Kemampuan itu ada di modul hibrida ini.
Disaksikan oleh Wakil PWM DIY Dr Tasman Hamami, MA, Majelis Dikdasmen PWM DIY Dr Sumedi, MAg, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman Drs Ery Widaryana, MM, Pimpinan Daerah Muhammadiyah PDM Kabupaten Sleman Harjaka, S.Ag., S.Pd., M.A.
Serta segenap editor modul hibrida dari kalangan akademisi Muhammadiyah, penulis modul, kepala sekolah, guru, undangan forum PDM-PMW se-Indonesia, guru-guru pendidikan ISMUBA se-Indonesia melalui daring. (Riz)