Jihad di Masa Pandemi Covid-19 Perspektif Al-Qur’an dan as-Sunnah

Jihad di Masa Pandemi Covid-19 Perspektif Al-Qur’an dan as-Sunnah

Oleh Dr. Sulidar, M.Ag

Dalam masa pandemi Covid-19 (corona virus disease-19) hingga kini (September 2020) belum juga normal. Oleh sebab itu, sebagai warga yang baik, khususnya umat Islam, mari patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Selalu cuci tangan dengan sabun, memakai masker jika keluar rumah, dan menjaga jarak (physical distancing) di tempat keramaian bahkan ketika di tempat ibadah, juga menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi.

Dalam situasi dan kondisi seperti ini, maka hendaknya umat Islam merujuk Alquran dan as-Sunnah dalam segala aktivitasnya. Salah satu nilai Alquran dan as-Sunnah adalah apa yang disebut dengan jihad. Dengan jihad kaum muslimin akan termotivasi untuk terus bergerak maju, tidak mudah menyerah dan putus asa. Apa yang terjadi, saat ini merupakan takdir Allah swt, yang mesti kita sikapi dengan arif sebagai seorang Muslim.

endatipun kata jihad terkadang banyak masyarakat yang gagal paham, dikiranya jihad hanya bermakna perang fisik melawan orang kafir. Jihad boleh jadi diartikan perang namun konteksnya sudah berbeda, perang dalam hal ini bisa bermakna memerangi kebodohan, penyakit, kemiskinan, keter tinggalan, kezaliman para penguasa, ketidak adilan dan sebagainya.

Oleh karenanya, jihad mestinya dilakukan pada setiap saat, misalnya, jihad dalam bidang politik, eko nomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya, agar kualitas kehidupan umat Islam akan terpelihara, yang pada akhirnya mewujudkan kemanjuan, keharmonisan  kesejahteraan, dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.

Pengertian Jihad

Secara harfiyah makna jihad jika diambil berasal dari kata dasarnya: kata dasarnya yang berasal dari : (جَهَدَ-يَجْهَدُ-جَهْدًا) maknanya bersungguh-sungguh. Selanjutnya, jika diambil dari kata (جَاهَدَ) bermakna berjuang, dan (مُجَاهِدٌ)  dengan makna yang berjuang, maka (جِهَادٌ) artinya perjuangan.  Adapula yang mengartikan:

اَلْجِهَادُ : اَلْجَهْدُ وَ اَلْجُهْدُ : َالطَّاقَةُ وَالمَشَقَّةُ. وَقِيْلَ اَلْجَهْدُ بِاالفَتْحِ: المَشَقَّةً, وَ اَلْجُهْدُ : الوُسْعُ.

Jihad : al-jahdu dan al-juhdu mempunyai makna yang sama, yakni kemampuan (penguasaan) dan kesulitan, pandangan lain (mengungkapkan bahwa makna) al-jahdu )(dengan jim berbaris fatha) adalah kesulitan, adapun al-juhdu (dengan jim berbaris dhomma) bermakna kemampuan.

Dalam berbagai literatur ada yang mengartikan jihad dengan perang, kendatipun tidak salah, karena Alquran dan Sunnah memang ada yang menjelaskan hal itu. Namun, mesti dipahami bahwa  makna kata jihad bukanlah satu-satunya bermakna perang, seperti dipahami para orientalis yang menjelaskan jihad seba gai perangnya orang Muslim dalam situasi apapun dan di manapun yang dilakukan untuk mendapatkan kekua saan, ketenaran, harta dan kekayaan. Makna seperti ini adalah bukan saja keliru, tetapi tidak sesuai dengan fakta dalam sejarah.

Dapat disimpulkan bahwa jihad adalah usaha yang sungguh-sungguh, atau semaksimal mungkin untuk menjalankan atau melaksanakan ketetapan Allah dan Rasul-Nya demi mengharap rida-Nya.

Jihad dalam Alquran

Kata jihad dalam berbagai derivasinya disebut kan dalam Alquran sebanyak 41 kali, sebagian besar nya berarti perang. Apabila kata jihad dalam Alquran itu dimaksudkan perang biasanya kata itu diikuti deng an ungkapan fi sabilillah, sehingga menjadi jihad fi sa bilillah (perang di jalan Allah).

وَجَاهِدُوا فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ…

Berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. (al-Hajj/22: 78).

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أُولَئِكَ يَرْجُونَ رَحْمَةَ اللهِ وَاللهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (218)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman,orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengam pun lagi Maha Penyayang. Q.S.al-Baqarah/2:218.

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (20)

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berji had di jalan Allah dengan harta benda dan diri mere ka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.  (Q.S. at-Taubah/9: 20).

Keistimewaan jihad di jalan Allah

Q.S.as-Shaf/61:10-13;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ (10) تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (11) يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَيُدْخِلْكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ وَمَسَاكِنَ طَيِّبَةً فِي جَنَّاتِ عَدْنٍ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ (12) وَأُخْرَى تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ (13)

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamat kanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan   (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.

Jihad dalam as-Sunnah

Jihad adalah amal kebaikan yang ditetapkan oleh Allah swt. Ia menjadi sebab kokoh dan mulianya umat Islam. Jika kaum Muslimin meninggalkan jihad di jalan Allah, maka mereka akan mendapatkan kehinaan.

Dalam hadis ditegaskan :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ.

Dari Ibnu Umar ia berkata,”Aku mendengar Rasul saw. bersabda:”Apabila kalian telah berjual-beli ‘inah, mengambil ekor sapi dan ridha dengan pertanian serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kalian kerendahan (kehinaan). Allah tidak akan mencabutnya dari kalian hingga kalian kembali kepada agama kalian.” H.R Abu Dawud. No. 3003.

Perlu dijelaskan dalam hadis di atas terdapat 2 pelajaran yang pertama:  tentang yang dimaksud dengan jual beli secara ‘inah, yaitu seseorang menjual barang kepada orang lain dengan pembayaran dibelakang. Kemudian orang itu membeli barang itu lagi dari pembeli tadi dengan harga yang lebih murah, tetapi dengan pembayaran kontan yang diserahkan kepada pembeli. Ketika sudah sampai tempo pembayaran, dia minta pembeli membayar penuh sesuai harga yang ditentukan saat dia membeli barang.Ini disebut jual beli ‘inah (benda). Karena benda yang dijual kembali lagi kepada pedagang semula. Hal ini adalah haram karena hanya bersifat untuk menyiasati riba Pelajaran kedua, berkenaan dengan jihad, yakni mereka yang meninggalkan jihad akan diberikan kehinaan oleh Allah swt., sampai mereka mau melakukan jihad dalam kehidupannya.

Gambaran hadis di atas dapat di lihat dalam kehidupan umat Islam Indonesia, karena tidak mau berjihad secara maksimal, maka umat Islam Indonesia ditimpa dengan berbagai kehinaan, baik politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya. Oleh karenanya marilah kita sadari bahwa jihad itu wajib bagi setiap Muslim sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

Jihad paling utama dengan jiwa dan hartanya

أَنَّ أَبَا سَعِيدٍ الْخُدْرِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ حَدَّثَهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَفْضَلُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُؤْمِنٌ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ قَالُوا ثُمَّ مَنْ قَالَ مُؤْمِنٌ فِي شِعْبٍ مِنْ الشِّعَابِ يَتَّقِي اللهَ وَيَدَعُ النَّاسَ مِنْ شَرِّهِ.

Bahwa Abu Sa’id Al-Khudriy ra. bercerita kepadanya, katanya:”Ditanyakan kepada Rasulullah, siapakah manusia yang paling utama?” Maka Rasul saw. bersabda: “Seorang mukmin yang berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan hartanya”. Mereka bertanya lagi: “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab: “Seorang mukmin yang tinggal diantara bukit dari suatu pegunungan dengan bertaqwa kepada Allah dan meninggalkan manusia dari keburukannya”. H.R.al-Bukhari. No. 2578.

Jelas hadis di atas memberikan penegasan bahwa jihad yang paling utama adalah berjihad di jalan Allah dengan jiwa dan harta yang kita miliki. Pada masa pandemi covid-19 ini adalah momen yang baik sekali untuk kita melakukan jihad dengan membantu kaum dhuafa’, secara jiwa dan harta yang kita miliki. Allah swt akan membantu bagi mereka yang sungguh berjihad di jalan-Nya.

Contoh Implementasi jihad dalam  as-Sunnah :

1 Jihad berperang di jalan Allah

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَثَلُ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ وَاللهُ أَعْلَمُ بِمَنْ يُجَاهِدُ فِي سَبِيلِهِ كَمَثَلِ الصَّائِمِ الْقَائِمِ وَتَوَكَّلَ اللهُ لِلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِهِ بِأَنْ يَتَوَفَّاهُ أَنْ يُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ أَوْ يَرْجِعَهُ سَالِمًا مَعَ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ.

Telah bercerita kepada kami Abu Al-Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu’aib dari Az-Zuhriy berkata telah bercerita kepadaku Sa’id bin Al-Musayyab bahwa Abu Hu rairah ra. berkata; Aku mendengar Rasul saw.bersabda:”Perumpamaan seorang mujahid di jalan  Allah, dan hanya Allah yang paling tahu siapa yang berjihad di jalan-Nya, se perti seorang yang melaksanakan puasa (shaum) dan berdiri (salat) terus mene rus. H.R.al-Bukhari. No.2579.

Jihad dalam hadis di atas, dapat pula diartikan dengan beperang dengan jiwa dan hartanya melawan kemiskinan, kebodohan, penyakit, ketertinggalan dalam segala bidang

2 Jihad menjalankan ibadah kepada Allah

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَلا نَغْزُو وَنُجَاهِدُ مَعَكُمْ فَقَالَ لَكِنَّ أَحْسَنَ الْجِهَادِ وَأَجْمَلَهُ الْحَجُّ حَجٌّ مَبْرُورٌ فَقَالَتْ عَائِشَةُ فَلا أَدَعُ الْحَجَّ بَعْدَ إِذْ سَمِعْتُ هَذَا مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Dari ‘Aisyah Ummul Mukminin ra. berkata: “Wahai Rasul, apakah kami tidak boleh ikut berperang dan berjihad bersama kalian?”. Maka Beliau menjawab: “Akan teta pi (buat kalian) jihad yang paling baik dan paling sempurna adalah haji, yaitu haji mabrur”.Maka ‘Aisyah ra. berkata;”Maka aku tidak pernah meninggalkan haji sejak aku mendengar keterangan ini dari Rasul saw.” H.R.al-Bukhari.No. 1728.

Sebaik-baik jihad kaum wanita : haji mabrur

عَنْ عَائِشَةَ بِنْتِ طَلْحَةَ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ أَفَلَا نُجَاهِدُ قَالَ لَا لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ.

Dari Aisyah binti Tholhah dari ‘Aisyah Ummul Muk minin ra. ia berkata: “Wahai Rasul, kami meman dang bahwa jihad adalah sebaik-baiknya amal, maka apakah kami tidak boleh berjihad?”Beliau bersabda:  “Tidak, namun sebaik-baik jihad bagi kalian (para wa nita) adalah haji mabrur”.H.R.al-Bukhari. No. 1423.

Rasul saw dalam melaksanakan ibadah haji hanya sekali dalam seumur hidupnya, dan melaksanakan umrah sebanyka 4 kali. Namun Aisyah, setelah Rasul saw meninggal beliau melaksanakan ibadah haji setiap tahun hingga wafatnya, berdasarkan hadis riwayat al-bukhari no 1728 di atas. Kendatipun demikian, pada masa pandemi covid-19 ini, bagi mereka yang sudah melaksanakan hajinya cukuplah sudah, karena haji diwajibkan hanya sekali seumur hidup, jadi uang ongkos untuk haji bisa digunakan untuk menolong mereka yang kekurangan, dengan pahalanya dikategorikan pada jihad di jalan Allah swt., karena menyelamatkan kehidupan umat manusia, suatu amalan yang sangat mulia yang berkategori jihad fi sabilillah.

3 Jihad menuntut ilmu

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ.

Dari Anas bin Malik dia berkata; Rasul saw. bersabda: “Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali.” H.R.at-Tirmizi. No. 2571.

4 Jihad mengatakan yang benar di hadapan Penguasa yang Zalim

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ.

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia ber kata, “Rasul saw. bersabda:”Jihad yang paling utama adalah menyampai kan kebenaran kepada penguasa yang zalim, atau pemimpin yang zalim.”H.R.Abu Dawud. No. 3781.

Boleh jadi, suatu negara atau negeri memiliki pemimpin, presiden atau kepala negara yang zalim, maka kewajiban umat Islam untuk menyampaikan kebenaran dan keadilan.

5 Jihad berbakti pada orang tua

سَمِعْتُ أَبَا الْعَبَّاسِ الشَّاعِرَ وَكَانَ لَا يُتَّهَمُ فِي حَدِيثِهِ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ.

Aku mendengar Abu Al-‘Abbas Asy-Sya’ir, dia adalah orang yang tidak buruk dalam hadis-hadis yang diri wayatkannya, berkata aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Amru ra. berkata: “Datang seorang laki-laki kepada Nabi saw. lalu meminta izin un tuk ikut berjihad. Ma ka Beliau bertanya: “Apakah kedua orang tuamu ma sih hidup?”Laki-laki itu menja wab: “Iya”.Maka Beli au berkata:”Kepada keduanyalah  kamu berjihad (ber bakti)”.H.R.al-Bukhari. No. 2782.

Dalam hadis di atas memberikan pelajaran, agar umat Islam memperhatikan kedua orang tuanya. Jika keduanya masih hidup maka itu merupakan ladang amalnya untuk berbakti kepadanya, jadikan mereka berdua sebagai raja, agar rezeki kita juga seperti rezeki raja, dan jangan jadikan kedua orang tua sebagai pem bantu, maka rezeki kita juga akan sebagai rezeki pembantu. Dengan berbakti kepada keduanya, diharap kan rahmat Allah swt akan turun kepada kita, perhati kanlah kehdupannya, sebagaimana mereka telah  mem perhatikan kita diwaktu kecil.

6 Jihad melawan hawa nafsunya sendiri

أَنَّ عَمْرَو بْنَ مَالِكٍ الْجَنْبِيَّ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ سَمِعَ فَضَالَةَ بْنَ عُبَيْدٍ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ كُلُّ مَيِّتٍ يُخْتَمُ عَلَى عَمَلِهِ إِلَّا الَّذِي مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَإِنَّهُ يُنْمَى لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَيَأْمَنُ مِنْ فِتْنَةِ الْقَبْرِ وَسَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ.

Bahwa Amru bin Malik Al-Janbi telah mendengar Fa dhalah bin Ubaid menceritakan dari Rasul saw., beliau bersabda: “Setiap mayit ditutup berdasarkan amalnya kecuali orang yang mati saat berjaga di jalan Allah, maka amalnya akan tetap berkembang hingga hari kiamat, dan ia akan aman dari fitnah Dajjal.” Aku men dengar Rasul saw. bersabda: “Mujahid adalah orang yang bisa melawan dirinya sendiri.” H.R.at-Tirmizi. No. 1546.

7 Membantu janda dan orang-orang miskin termasuk jihad

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ.

Abu Hurairah ra. dia berkata; Rasul saw. bersabda: “Orang yang membantu para janda dan orang-orang miskin seperti orang yang berjihad dijalan Allah.”H.R. al-Bukhari. No. 5548. Rasul saw menegaskan :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ.

Dari Abu Hurairah dia berkata; “Rasul saw. bersabda: ‘Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt daripada orang mukmin yang lemah. H.R. Muslim. No. 4816

Pada masa pandemi covid-19 saat ini adalah moment umnat Islam untuk berjihad membantu kaum dhuafa’, dan fakir-miskin, termasuk pada janda-janda miskin. Sebab mereka ini yang sangat merasakan betapa dahsyatnya dampak akibat covid-19 ini, ekonomi hancur, pekerjaan di PHK, sehingga penghasilan tidak menentu, pada saat seperti inilah kaum Muslimin yang memiliki kelebihan harta sangat dibutuhkan uluran tangannya, sehingga mereka dapat bertahan hidupnya setidak untuk makan sehari-hari. Berjihadlah sesuai dengan kemampuan kita, dengan pikiran, tenaga, dan harta. Untuk membantu saudara-saudara kita yang terkena dampat covid-19.

Allah swt akan mengganti seberapapun yang kita infaqkan, sebab satu-satunya amal saleh atau ibadah yang langsung diganti oleh Allah swt adalah infaq, perhatikan Q.S.Saba/34:39:

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (39)

Katakanlah:”Sesungguhnya Tuhanku melapangkan re zeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara ham ba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang di kehendaki-Nya)”.Dan barang apa saja yang kamu naf kahkan/infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.

Malaikat mendoakan orang berinfaq di waktu Subuh.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ فِيهِ إِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا وَيَقُولُ اْلآخَرُ اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw. bersabda: “Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun (datang) dua malaikat kepa danya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikan lah pengganti bagi siapa yang menaf kahkan harta nya”, sedangkan yang satunya lagi berkata; “Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya (bakhil) “. H.R.al-Bukhari. No hadis : 1351.

Dengan membantu saudara-saudara kita yang lemah dalam bidang ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lainnya, dengan bantuan kita secara sistemik dan masif maka diharapkan mereka akan berdaya, tidak lagi miskin, bodoh dan sakit-sakitan, mereka akan menjadi kuat, orang mukmin yang kuatlah yang lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt.

Penutup

Jihad adalah usaha maksimal potensi yang dimiliki oleh seorang mukmin untuk mengikuti keteta pan Allah dan Rasul-Nya serta mengharap ridha Allah swt. Umat Islam wajib melakukan jihad secara indivi du maupun secara jamaah agar kehidupannya bisa me ningkat dan berkualitas.

Dengan berjihad maka umat Islam akan menun jukkan jati dirinya sebagai seorang Muslim, sebab Rasul saw menegaskan bahwa orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah ketimbang mukmin yang lemah. Kuat secara politik maknanya memiliki kekuasaan di pemerintahan atau di legislatif; kuat secara kesehatan tidak sakit-sakitan tetapi kesehatan prima dan terjaga; kuat secara keilmu an tidak bodoh dan tolol, namun cerdas dan arif; kuat secara ekonomi tidak miskin tetapi memiliki kecukupan harta atau kaya, sehingga dapat membantu sauda ranya yang miskin dan lemah; kuat secara sosial buda ya, tidak kurang pergaulan (kuper), namun memiliki koneksi di mana-mana untuk menjalin kerjasama yang baik. Demikian pentingnya jihad dalam Islam, oleh karenanya kita mestinya sadar untuk terus melakukan jihad di jalan Allah, agar agama Allah (Islam) dan umatnya disegani oleh mereka yang membenci Islam.

Pada masa pandemi covid-19, mari umat Islam memberikan contoh teladan yang baik, bahwa umat Islam sangat peduli, tidak saja berusaha untuk memera ngi covid-19, namun dampaknya terhadap masyarakat, baik kesehatan, kebodohan ekonomi, sosial budaya juga diperhati kan untuk terus ditanggulangi dengan konsep jihad fi sabilillah, Wallahu a’lam bissawab.

Dr. Sulidar, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PW Muhammadiyah Sumut

Exit mobile version