YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – “Ketika orang beragama secara doktrin, memahami dan menjalankan agama semata-mata hanya sebagai doktrin, maka memang orang beragama itu menjadi orang yang terlihat tidak cerdas” jelas Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, dalam agenda Orientasi Studi Dasar Islam (OSDI) Universitas Muhammadiyah, Kamis (1/10).
OSDI ini merupakan salah satu dari rangkaian agenda penyambutan mahasiswa baru Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Tema yang diangkat pada agenda ini ialah “Beragama, Cerdas, menuju Pribadi yang Berkualitas”.
Dalam paparan Abdul Mu’ti, yang melalui ruang telekonferensi, ia menyampaikan bahwa ciri beragama yang cerdas salah satunya ialah memiliki kemampuan fleksibel. Menurutnya, beragama yang fleksibel itu bukan berarti meremehkan ajaran agama, “tetapi karena dia mengerti bagaimana dia beragama. Dalam Islam juga banyak diberikan alternatif-alternatif terkait dengan syariat yang memudahkan, misal hukum tayamum jika tidak bisa berwudhu dengan air” jelasnya. Ia pun mengungkapkan bahwa jika seseorang berilmu, maka beragama itu akan mudah.
Selain itu, menurut Abdul Mu’ti, salah satu poin ciri orang beragama yang cerdas itu bisa dilihat saat menghadapi penderitaan atau musibah. “Orang yang tidak cerdas dalam beragama ketika ada penderitaan dia hanya meratapi saja, cenderung fatalistis, menerima keadaan dengan tidak mengambil pelajaran dari situ,” jelasnya.
Ciri lain yang ditekankan oleh Abdul Mu’ti dari beragama dengan cerdas ialah mampu melampaui rasa sakit yang dilalui. Dalam hal ini Abdul Mu’ti mencontohkan dengan peristiwa Covid-19 yang menimpa Indonesia. “Orang yang beragama dengan cerdas maka ia sadar bahwa Allah memberikan ujian berupa Covid-19, maka yang dilakukan ialah membuat kajian dan penelitian mencari cara agar bisa keluar dari masalah itu. Dengan itu maka ia tidak menjadi manusia yang pasif melainkan yang aktif” ujarnya.
Beragama yang cerdas juga ialah dengan cara melihat berbagai persoalan dari berbagai perspektif, “Ini menggambarkan bahwa orang-orang beragama yang cerdas itu harus luas ilmunya, tidak hanya melihat agama dari segi hukum misalnya tapi juga melihat agama dari segi psikologi” terang Abdul Mu’ti.
Rektor UMY, Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP dalam sambutannya tertarik dengan tema yang diangkat tahun ini. “Saya tertarik sekali dengan temanya, tema ini saya rasa bisa menjelaskan bahwa orang yang pintar belum tentu cerdas, sementara orang cerdas itu sudah pasti pintar. Orang cerdas itu bisa menyeimbangkan otak kanan dan kiri, sehingga orang cerdas juga pasti berkualitas, karena bisa menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan pelaksanaan agama,” ujar Gunawan.
Kepala Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI), M Khaeruddin Hamsin. Lc, PhD menyampaikan pentingnya mahasiswa mengikuti kegiatan OSDI. “Kegiatan OSDI ini memberikan pemahaman dasar untuk mahasiswa agar bisa beragama sesuai ketentuan keagamaan, dan membentuk mahasiswa muslim yang berkualitas sehingga sesuai ketentuan islam,” katanya.(ran)