IMM Merawat Idealisme
Oleh : Preli Yulianto
Ikatan Mahsaiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan organisasi yang selaras dengan tujuan luhur Muhammadiyah dan memiliki perbedaan dengan organisasi lain. Bagaimana tidak IMM memiliki ciri khas tersendiri dan secara lahiriah memiliki nilai identitas tersendiri, dan gerakannya bukan sesaat alias politis yang hanya mencari momentum saja.
IMM mengedepankan gerakan yang mengandung unsur intelektualitas (kemahasiswaan), humanitas (kemasyarakatan), dan unsur religiusitas (aqidah agama Islam/keagamaan) dalam jangka panjang. IMM merupakan organisasi Islam yang berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, dengan menegaskan sebagai organisasi yang independen politik praktis sebagaimana hasil Deklarasi Setengah Abad (26-30 Mei 2014) salah satu point yang menyatakan hal tersebut.
Sedangkan, gerakan organisasi lain tentu memiliki objektifikasi nilai-nilai tersendiri sebagai organisasi yang juga memiliki ciri khas masing-masing sebagaimana yang dijelaskan oleh Sani (2017) yang menyatakan bahwa misalkan HMI dengan Insan Cita dan Revolusi Sistematik, PMII dengan Post Tradisonalism, KAMMI dengan Muslim Negarawan dan HTI dengan Khilafah Islamiyah.
Apapun dan bagaimanapun Organisasi memiliki tanggungan memelihara idealisme sebagai modal penting bagi kader ataupun anggota suatu organisasi dalam menjaga marwah sebagai organisasi mahasiswa. IMM salah satunya, sebagai organisasi yang selalu berkomitmen untuk selalu bersih dari lingkaran politik praktis, dan terus kuat terhadap tujuan hakiki sebagai organisasi Islam yang memperjuangkan Islam sebenar-benarnya (tajdid).
Mengenai Idealisme sebagaimana yang dijelaskan Pramula (2016) menyatakan bahwa betul kata Tan Malaka. Idealisme adalah kemewahan terahir yang dimiliki seorang pemuda ketika segala kemapanan itu tiada. Idealisme itu pulalah sejatinya mampu membawa bangsa ini menuju perbaikan dan kemajuan dalam berbagai sektor kehidupan. Lingkaran kekuasaan baik eksekutif, legislatife, dan yudikatif terlalu banyak membawa kepentingan sehingga terus menggrogoti idealisme dan melunturkan karakter kaum muda.
Tentu mahasiswa merupakan bagian pemuda yang harus memiliki karakter juang, dan berjiwa idealisme. Apalagi bagi kader sebagai penopang dalam mewujudkan tujuan IMM harus memiliki idealisme yang tertanam kokoh di dalamnya. Kapabilitas dan kualitas kader mampu menjadi kekuatan gerakan kolektif IMM, karena kunci tegaknya organisasi terletak pada subjek yang dinamis di dalamnya.
Mefosilnya Idealisme Literasi
Sekarang menjadi evaluasi bagi mahasiswa terutamanya yang kering akan wawasan keilmuan karena kurangnya budaya membaca. Seyogyanya, insan sebagai umat terbaik harus selalu memperbaiki diri menjadi lebih baik. Literasi bagaikan lentera dalam kegelapan yang akan menyapa dalam gelap gulita dangkalnya pengetahuan. Sekilas kita melihat fenomena mahasiswa yang hanya mengandalkan pemahaman diri tanpa mengulik cakrawala pengetahuan.
Sering ketika melihat mahasiswa hanya saat membutuhkan buku, jurnal ataupun bahan bacaan lain lantaran dihadapkan dengan terpojoknya diri, terdesak butuh akan refrensi tersebut. Padahal, buku merupakan lentera dunia, sudah menjadi kebutuhan yang pokok, sebagai sereal yang perlu dikonsumsi segerombolan aktivis utamanya. Dan yang perlu ditegasnya literatur itu kebutuhan, bukan saat butuh saja baru mencari-cari.
Idealisme itulah yang perlu dirawat bagi kader-kader IMM karena sebagai kader harus lebih utama, dinamis, utuh, dan berkemajuan agar senantiasa selalu ber-fastabiqul khairat dalam menumbuhkan kebudayaan literasi. Menjadi pengingat dari petuah dari Buya Hamka yakni: “Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makan rohani yang baik”. Cukup jelas bagi kader IMM apa petuah yang terlantun tersebut.
Idealisme itu terletak dalam jiwa mengalir dalam sanubari memuncak dalam pikiran merealisasikan dalam tindakan. Menfosilnya literasi memungkinkan keringnya pengetahuan dan akan tinggal puing-puing ilmu dangkalnya pikiran, tentu berbahaya bagi gerakan IMM yang secara paradigma IMM lahir bukan hanya sebagai organisasi pemikir maupun hanya sebagai organisasi gerakan tanpa pikiran. IMM lahir untuk menjadi organisasi yang selalu mengkedepankan pemikiran dan merealisasikan dalam gerakan.
Menilik dari perspektif Al-Quran yang tertuang dalam surat Al-Alaq 1-5 sebagai wahyu pertama, sebagai surat pertama dalam Al-Quran yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. dengan perintah manusia di bumi untuk membaca.
Surat Al-Alaq ayat 1-5 yang kandungan artinya yakni: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dialah yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah , dan Tuhanmulah yang Maha mulia, Yang mengajarkan (manusia) dengan pena, Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Idealisme cendekiawan berpribadi itu sebagai tampuk pimpinan umat nanti haruslah luas pengetahuan, luas pemikiran. Dalam Surat Al-Alaq 1-5 terkandung perintah membaca. Ketika itu Nabi Muhammad SAW. di Gua Hira dibimbing malaikat Jibril untuk mengungkapkan kata iqro’ berulang sampai tiga kali. Iqro’ yang bermakna membaca, yang dapat dimaknakan edukatif, belajar, memulai dengan ilmu. Secara luas, manusia di muka bumi dituntut untuk membaca, selalu belajar dalam artian membuka wawasan, membuka cakrawala berpikir hingga membuka lentera dunia dengan membaca itu.
Senada yang dijelaskan Sani (2017) bahwa membaca merupakan sarana pembelajaran manusia untuk dapat mendalami kualitas dirinya sehingga ia dapat menjaga peranannya sebagai khalifah di bumi. Anjuran membaca yang tertuang dalam kata iqro’ bersifat edukatif, di-karenakan pendidikan menjadi anjuran utama dalam membentuk kesempurnaan diri. Adapun kalimat bismi rabbikal lazii khalak menuai makna transendensi yang menjadi penopang segala aktifitas mahluk dan sandaran ilmu pengetahuan.
Fungsi Mahasiswa sebagai bagian idealisme
Marwah mahasiswa harus terus dipupuk, dan dipelihara agar terwujudnya keseimbangan dalam lingkungan sosial, melalui wadah seperti organisasi IMM salah satunya. Idealisme itu akan terus tumbuh dan berkembang, pasalnya IMM gerakannya sifatnya jangka panjang bukan sesaat politik mencari momentum saja.
Mahasiswa sebagai agent of change/agen perubahanmerupakan tuntutan sosial lantaran peranan mahasiswa memiliki gerakan yang mampu memberikan perubahan secara menyeluruh dan mengakar. Mahasiswa sebagai pemicu perubahan harus senantiasa memiliki idealisme yang melekat dalam jiwanya agar kepentingan tersebut murni menyuarakan kepentingan rakyat.
Mahasiswa sebagai social control/kontrol sosial merupakan peranan yang mengharuskan mahasiswa menjadi “oposisi abadi” lantaran kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat, ataupun hal yang tidak adil hadir ditengah-tengah kehidupan bernegara mahasiswa menjadi monitor situasi tersebut. Itu artinya kepekaan dan daya kritis mahasiswa yang menjadi bagian idealis itu harus senantiasa hadir sebagai paramenter terhadap situasi yang ada di masyarakat.
Mahsiswa sebagai iron stock/generasi masa depan merupakan generasi penerus untuk menjadi pemimpin-pemimpin yang akan mengisi estapet kepemimpinan pada setiap tingkatan bangsa ini. Pemimpin yang dimaksud disini sebagai benih-benih yang akan menyebar dalam lahan aktualisasi negeri ini. Menjadi masa depan bangsa ini mewujudkan negeri berkemajuan, dengan pemikiran-pemikiran yang maju, inovasi yang relevan, etos kerja yang profesional, dan menumbuhkan harapan baru menjadi negeri adil dan makmur.
Mahasiswa sebagai agent of analysis/agen analisis merupakan jalan yang ditempuh mahasiswa apabila dihadapkan dengan peristiwa atau isu politik yang terjadi dengan mengkedepankan penyelidikan agar mengetahui fakta yang sebenarnya. Mahasiswa sebagai kaum intelektual dalam menghadapi polemik harus menyelesaikan dengan dugaan dan upaya mencari kebenaran dengan kajian sebaik-baiknya. Hal tersebut, karena suara mahasiswa ialah suara kebenaran sesuai arti yang melekat didalamnya, dan mahasiswa harus memiliki prinsip idealisme yakni, “Katakan hitam itu hitam, katakan putih itu putih, kebenaran adalah suara Tuhan, dan kami suarakan atas kepentingan kebenaran”. Marwah idealis mahasiswa sebagai kubangan “penyambung lidah rakyat” dengan tanggung jawab mencari kebenaran bukan politik mencari uang.
Kader IMM tentu harus memiliki karakter tercermin diri sesuai dengan profil kader yang menjadi khas dari kader IMM. Gerakan IMM secara kolektif yang melekat dalam person-person kader IMM harus tuntas terhadap peranan ataupun fungsi mahasiswa sebagi agent of change, social control, iron stock, dan agent of analysis. IMM sebagai organisasi gerakan mahasiswa harus mampu menjadi pioner mencerahkan umat, hingga terwujud merdeka paripurna untuk rakyat.
Preli Yulianto, PC IMM Universitas Muhammadiyah Palembang