YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Jum’at, 23 Oktober 2020 bertempat di kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jl KH Ahmad Dahlan Yogyakarta, menerima sebuah kitab tafsir al-Qur’an berbahasa Jawa, Tafsir al-Huda, karya (alm) Brigjen Purnawirawan Drs H Bakri Syahid.
Penyerahan kitab edisi pertama tersebut dilakukan oleh pihak keluarga yang diwakili Hj Iftarotin Nasyiatus Sodik (keponakan Bakri Syahid) dan Drs H Fauzan Anwar (suami Hj Iftarotin) dari Purbalingga, Jawa Tengah.
Widiyastuti, Imron Nasri, M Ichsan yang turut hadir sebagai penerima yang mewakili Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas kerelaan pihak keluarga Bakri Syahid atas kesediaannya menyerahkan kitab tafsir al-Huda sebagai bagian dari koleksi berharga museum Muhammadiyah untuk kepentingan persyarikatan dan bangsa.
Kitab ini merupakan pemberian langsung Bakri Syahid kepada ibunda dari Iftarotin Nasyiatus Sodik dan Heru Malikus Sodik yang bernama Siti Warfi’ah sebagai dorongan semangat untuk kedua anaknya yang memulai kuliah di Yogyakarta (UMY dan UPN) pada tahun 1982 yang silam.
Brigjen Purnawirawan Drs H Bakri Syahid adalah alumni Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, rektor IAIN (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta keempat, dan rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang pertama. Pada tahun 1964, ia ditugaskan oleh Jenderal Ahmad Yani untuk mengikuti pendidikan militer di Fort Hamilton, New York, Amerika Serikat.
Tafsir al-Qur’an berbahasa Jawa ini merupakan upaya sang penulis untuk membumikan Islam dengan bahasa yang bisa diterima dan dipahami secara luas, khususnya bagi masyarakat Jawa yang saat itu sering kali terkendala oleh persoalan bahasa dalam mempelajari al-Qur’an.
Meskipun berlatar belakang militer, Bakri Syahid telah berhasil melahirkan sebuah karya besar berupa tafsir al-Qur’an 30 juz berbahasa Jawa yang diberi nama Tafsir al-Huda. Sebuah karya intelektual yang sangat langka, bahkan hingga saat ini, karena menggunakan bahasa Jawa sebagai bagian dari kebudayaan Jawa.
Muhammadiyah telah melahirkan para mufassir dengan ciri khas penafsiran masing-masing yang karyanya bisa dibaca dan dipelajari hingga saat ini. Ada tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, tafsir an-Nur karya Tengku M Hasbi ash-Shiddieqi, dan tafsir al-Huda karya Bakri Syahid.
Iftarotin tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa kenang-kenangan langsung dari pamannya ini kelak menjadi barang yang berguna untuk Muhammadiyah dan bangsa serta akan dikenang sebagai sebuah karya intelektual yang bermanfaat untuk generasi ke generasi. (Erik)