Orang Palestina, Orang Hebat

Orang Palestina, Orang Hebat

Oleh Hajriyanto Y. Thohari

MEMBACA Palestina memang seperti membaca sebuah elegi: sajak dan nyanyian kesedihan. Sejak peristiwa nakhbah (baca: malapetaka 1948) di mana orang-orang Palestina diteror dan diusir dari kampungnya oleh pasukan Haganah (Israel) yang sangat kejam, orang-orang Palestina menjadi pengungsi yang terlunta-lunta di seluruh dunia sampai hari ini.

Mereka menjadi pengungsi di seluruh dunia Arab dan Timur Tengah, seperti di Lebanon (400 ribu), di Suriah dan Yordania (jutaan), dan tak terhitung di negeri-negeri Arab kaya lainnya. Banyak juga di antara mereka berdiaspora ke Eropa, Australia dan Amerika, terutama Amerika Latin. Mereka sekarang sudah merupakan generasi ketiga (generasi cucu) dari gelombang pengungsi ketika Nakbah terjadi.

Tak heran jika banyak di antara mereka, terutama generasi kedua dan ketiganya, yang sudah menjadi warga negara di negara-negara yang baru. Tetapi lebih banyak lagi yang tetap setia dengan kewarganegaraannya semula, tetap kukuh tidak mau menjadi warga negara manapun, demi cita-citanya untuk mewujudkan sebuah negara Palestina yang merdeka dan berdaulat dengan Jerusalem sebagai ibukotanya.

Saya sering kagum dengan patriotisme dan nasionalisme mereka yang bisa tetap bertahan setelah lebih dari tujuhpuluh tahun terusir dari negaranya. Sungguh saya tidak bisa membayangkan bagaimana mereka, terutama ibu-ibu Palestina, mewariskan dan mentransmisikan nilai-nilai perjuangannya sehingga cita-citanya untuk merdeka tidak luntur dan tetap lestari dari generasi ke generasi setelah tiga perempat abad berjuang itu tanpa lelah.

Di antara orang-orang Palestina yang berdiaspora di seluruh dunia meski jauh dari negaranya di Palestina sana mereka tetap gigih berjuang sesuai dengan keahlian dan profesinya masing-masing. Dan menariknya, orang-orang Palestina itu banyak sekali yang berhasil dalam karirnya dalam berbagai profesi modern. Bahkan banyak sekali di antara mereka yang sangat cemerlang dan menonjol dalam bidangnya. Tak ayal lagi sampai ada yang menyimpulkan bahwa orang-orang Palestina memang bibit unggul yang hebat yang tidak kalah dengan orang-orang Yahudi yang sudah dimitoskan sebagai bangsa terpilih yang hebat. Tulisan ini akan mengemukakan beberapa orang Palestina yang hebat tersebut.

Bagi yang pernah membaca dengan teliti magnum opus-nya Philip K. Hitti, History of the Arab, yang sangat masyhur dan telah menjadi klasik itu, pastilah akan menemukan halaman Kata Pengantar yang ditulis oleh seorang ilmuwan bernama Walid Khalidi. Khalidi, waktu itu, adalah direktur Pusat  Kajian Timur Tengah di Universitas Harvard. Khalidi sendiri adalah seorang sejarawan lulusan University of Oxford, Inggris, dan kemudian mengajar di almamaternya tersebut untuk kemudian berpindah ke The American University of Beirut (AUB), Harvard University, dan juga Princeton University. Kesemuanya itu adalah universitas-universitas papan atas di Amerika. Tentu, sebagaimana ada ungkapan nomor satu di Amerika, nomor satu di dunia, demikian jugalah dalam hal universitas: papan atas di Amerika papan atas di dunia. 

Khalidi juga merupakan cofounder dari The Institute for Palestine Studies, Beirut, dan malah pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal-nya. Khalidi juga merupakan Cofounder of The Royal Scientific Society dan Fellow of The Academy of Art and Sciences, keduanya berpusat di Amman, Jordania, dan dan juga President of the Institute for Palestine Studies (IPSUS) yang bermarkas di Washington DC. Walhasil, Walid Khalidi ini adalah seorang ilmuwan dan intelektual kelas dunia dengan reputasi internasional yang tidak diragukan.

Yang ingin diungkapkan di sini adalah bahwa Walid Khalidi itu adalah orang Palestina yang kemudian menjadi warga negara Amerika. Khalidi lahir di kota Jerusalem dari klan (clant) besar Al-Khalidi. Al-Khalidi adalah salah satu klan besar Palestina seperti halnya klan Bourghoti, Al-Husayni, El-Issa, Abu Ezham, al-Nashashibi, Tuqan Clan, Nusaybah, Qudws, Shawish, Zaghab, Al-Khalil, al-Zetawi, Abu Ghos, Downush, Douaihy, Hilles, Jarrar, Negev Bedouins, dan Jayyusi. Klan Khalidi termasuk klan besar di kalangan bangsa Palestina dan pengaruh social politiknya sangat lah besar.

Keluarga atau tepatnya klan tertua di Palestina adalah klan Bourghouti yang nenek moyangnya bisa dilacak sampai ke belakang ke 820 tahun yang lalu atau lebih. Dari klan ini saja konon sekarang telah beranak-pinak menjadi jutaan anggota keluarga yang bertebaran di seluruh dunia di tujuh benua. Barghouti mengklaim bahwa asal-usul moyangnya dari Spanyol (Spain). Meski tidak ada lembaga independen yang pernah mengkonfirmasi kebenarannya. Dari keluarga ini pula walikota perempuan pertama West Bank, Fathiya Al- Barghouti, berasal. Klan ini sebelumnya menganut agama Greek Orthodox Christian, sementara sekarang sebagian besar penganut Sunni Muslim. Salah satu di antara keturunan dari keluarga ini adalah Mourid Borghauti yang menulis memoir yang bagus sekali berjudul  I Saw Ramallah (رآيت رما الله   ).

Kembali ke keluarga Al-Khalidi. Adalah sangat menarik bahwa Klan Al-Khalidi itu adalah keturunan Khalid bin Walid (w. 642 M), seorang panglima perang yang sangat terkenal pada masa Rasulullah SAW. Khalid bin Walid sebelum masuk Islam adalah panglima perang kafir Quraisy yang sempat hampir mengalahkan pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasulullah SAW dalam Perang Uhud yang mengharu biru itu. Setelah masuk Islam Khalid dipercaya oleh Rasulullah SAW menjadi panglima dalam banyak peperangan dan kemudian malah digelari oleh Rasulullah SAW sebagai Pedang Allah (Saif Allah).

Pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalid dikirim memimpin banyak peperangan dengan prestasi dan reputasi yang luar biasa mengagumkan. Tapi pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, Khalid dipecat karena suatu alasan yang sampai sekarang masih tetap kontroversial. Ada yang mengatakan bahwa Umar memecatnya karena Khalid sering bertindak indisipliner, alias dianggap tidak loyal dan seringkali menyalahi amanat khalifah.

Ketika sedang dalam posisi memimpin pasukan besar dalam suatu peperangan, Khalid pernah tanpa ijin Khalifah meninggalkan medan perang dan pergi haji ke Mekkah. Ada juga sejarawan yang mengatakan Khalid dipecat oleh Khalifah Umar karena Umar tidak ingin Khalid dipuja berlebihan oleh umat Islam sehingga mengarah pada kultus individu. Dan terakhir ada pula yang mengatakan bahwa dia dipecat karena sentimen pribadi Khalifah Umar saja. Ada rivalitas politik di sana dalam kasus ini. Wallahu a’lam bi l-shawab. 

Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib di mana ketegangan dan konflik antara khalifah dan Gubernur Syam Muawiyah bin Abi Syufyan di Syam, Khalid Bin Walid berpihak pada kubu Muawiyah. Dalam Perang Syiffin yang sangat memilukan dan mengharu-biru umat Islam sepanjang masa sampai sekarang itu, Khalid Bin Walid , sebagaimana kebanyakan elite Quraish lainnya berada di pihak pada kubu Muawiyah.

Sangat menyedihkan memang terjadinya Perang Syiffin yang saking destruktifnya terhadap masa depan sejarah Islam sampai disebut oleh Toha Husein sebagai Malapetaka Terbesar (al-Fitnatu al-Kubro) dalam sejarah Islam itu. Walhasil, mungkin, karena faktor inilah yang menjadikan posisi Khalid bin Walid dalam sejarah Islam kontroversial. Pasalnya, Perang Siffin itulah yang menjadi penyebab awal terjadinya skisma dalam Islam, dan perang ini pula yang melahirkan perpecahan Sunni-Syii yang terus berlangsung sampai sekarang ini.

Setelah dipecat oleh Umar bin Khathab, Khalid bin Walid kemudian lebih banyak menyepi di Arab Utara, dan keturunannya kemudian banyak bermukim di Palestina. Itulah yang melahirkan klan Al-Khalidi yang terkenal sampai sekarang itu. Disebut terkenal karena dari klan inilah lahir banyak sekali aktivis Palestina dan tokoh ilmuwan kelas dunia, yang salah satunya adalah Walid Khalidi yang saya sebut di atas tadi.Dari klan ini lahir tokoh-tokoh besar yang secara bergantian seperti turun temurun menduduki kursi Walikota Jerusalem:

Yusuf Dia Pasha Al-Khalidi (walikota 1870-1876, 1878-1879), Hussein al-Khalidi yang pernah menjadi walikota Jerusalem (1934-1937), juga Perdana Menteri Jordan, Mustafa Al-Khalidi yang juga menjadi walikota Jerusalem (1938-1944). Dari klan ini juga lahir ilmuwan-ilmuwan dan aktifis-aktifis Palestina yang terkenal yang tersebar di seluruh dunia. Di samping Walid Khalidi sendiri ada beberapa saudara dan kerabatnya yang juga banyak menjadi ilmuwan besar kelas dunia: Rashid Al-Khalidi, Profesor di Columbia University, Tarif Khalidi (Profesor di AUB), dan sederet lagi ilmuwan dan profesor di berbagai universitas di Arab, Eropa dan Amerika.

Juga banyak yang menjadi aktifis dan tokoh penemuan (invention), seperti Anbara Salam Khalidi (Tokoh gerakan Feminis internasional), Ismail Khalidi (Aktor film dan seni), Yoesef Khalidi (perancang), dan lain-lainnya. Singkatnya, dalam era modern sekarang ini Khalidi Family bisa ditemukan di seluruh dunia Arab, seperti Eastern Province of Saudi Arabia, Gaza Strip, Irbid, Jordan, dan di Eropa serta Amerika, dengan posisi dan perannya yang beraneka ragam. Kakeknya panglima perang, cucu-cucu dan keturunannya juga panglima di bidangnya masing-masing.

Walid Khalidi adalah salah satu dari orang-orang Palestina yang hebat yang prestasi dan reputasinya dalam dunia ilmu pengetahuan sangat fenomenal. Jadi sebenarnya bukan hanya orang Yahudi saja yang pintar dan hebat, melainkan juga orang Palestina. Nama-nama sarjana raksasa dunia banyak sekali yang datang dari orang-orang Palestina, seperti misalnya Edward Said, penulis buku Orientalism yang fenomenal itu.

Autobiografinya yang berjudul Out of Place, juga sangat terkenal dan dibaca secara luas. Ada juga nama Joseph Mashad (Profesor di Columbia University, AS), almarhum Ismail Faruqi dan isterinya Lamya Faruqi (Temple University, AS), dan sarjana besar Tarif Khalidi (Profesor di AUB, Beirut), serta sederet nama lagi yang tidak mungkin saya jejer di sini. Pasalnya, kalau saya sebutkan semuanya di sini maka artikel ini akan hanya didominasi oleh daftar orang-orang hebat Palestina saja.

Banyak sekali orang-orang hebat dan luar biasa yang dilahirkan oleh bangsa Palestina yang meskipun menjadi pengungsi yang berdiaspora ke seluruh dunia karena negaranya diduduki Israel mereka sangat menonjol di berbagai sektor dan bidang kehidupan. Saya kadang heran mengapa bangsa yang pintar dan hebat itu tidak kunjung memenangkan pergulatannya dengan Israel itu.

Benar, kaum Zionis Yahudi atau bangsa Israel itu memang dikenal hebat-hebat, tetapi bangsa Palestina sejatinya tidak kalah hebat. Dan kehebatannya itu telah terbukti dan tak terbantahkan! Tapi, ini pertanyaan dalam hati saya, kok ya mereka itu kalah melulu sampai setelah lebih dari tujuhpuluh tahun perjuangannya yang heroik itu! Lebih hebatnya lagi, dan ini sangat mentakjubkan: sampai hari ini mereka tidak pernah patah semangat! Bravo, Palestina!*

Hajriyanto Y. Thohari, Ketua PP Muhammadiyah

Exit mobile version