BERAU, Suara Muhammadiyah – Teologi Al-Ma’un yang diwariskan KH Ahmad Dahlan, sejauh ini terus-menerus dikembangkan oleh persyarikatan Muhammadiyah. Warisan tersebut terlaksana bukan sebatas dalam bentuk Muhammadiyah memberikan santunan kepada mereka yang membutuhkan, dhuafa’ dan kaum pinggiran, namun sejak berdirinya Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Muhammadiyah ingin berbuat jauh guna terwujudnya masyarakat sejahtera, adil, makmur, beradab, dan bermartabat.
Baru-baru ini, dengan menggandeng berbagai pihak, MPM Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menjalankan programnya di tiga desa di kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yaitu program tanam raya bibit lada dan gaharu di sana. Program itu merupakan langkah nyata MPM guna restorasi ekosistem hutan tropis melalui penegembangan hasil hutan non kayu untuk peningkatan pendapatan masyarakat dan pengurangan emisi karbon.
Menurut M Nurul Yamin Ketua MPM PP Muhammadiyah, untuk mengembalikan fungsi hutan sekaligus mengurangi jumlah kemiskinan, ada dua program utama yang dilakukan Muhammadiyah di Berau. Pertama, paparnya, restorasi hutan dan pengurangan emisi karbon melalui kegiatan pertanian, yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat terkait budidaya tanaman hutan non kayu guna meningkatkan produktifitas tanaman tersebut. seperti Lada, Karet, Gaharu, dan Empon-empon.
Kedua, lanjut Yamin, melalui kegiatan di luar pertanian, yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat dengan melakukan penguatan kelembagaan ekonomi kelompok dan perluasan jaringan usaha, seperti koperasi yang dikelola oleh masyarakat. “Penyadaran dan pemberdayaanlah inti kegiatan kami di sana. Pemberdayaan bukanlah kegiatan member yang berujung pada tumbuhnya sifat ketergantungan, namun pemberdayaan itu menggiring masyarakat kepada kesejahteraan dan kemandirian,” terang Ketua MPM itu.
Sebelum adanya program dari MPM tersebut, Syarifuddin Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Berau menceritakan, mayoritas mata pencaharian masyarakat di sana adalah berburu dan mencari kayu. Hasilnya kemudian dijual atau sekedar dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi.
Tapi lama kelamaan, semakin sedikitnya hewan buruan di hutan termasuk makin susahnya mencari kayu, suatu waktu masyarakat mengalami kebingungan. Mereka tidak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Karena itu kami menyambut positif program bagus dari MPM ini,” ucapnya saat dihubungi Suara Muhammadiyah.
Program itu semakin mendapatkan tempat di hati masayarakat, Syarifuddin menambahkan, dengan munculnya koperasi-koperasi yang kelola oleh tiap-tiap kelurahan. Selain sebagai tempat penampung hasil produk pribumi, koperasi juga menyediakan sembako. “Sejak itu Muhammadiyah makin diterima dan dinanti-nanti kehadiranya,” kata Ketua PDM Berau tersebut.
Padahal sebelumnya, ia melanjutkan, dakwah Muhammadiyah sering mereka (mayoritas non muslim) abaikan dan cenderung menolak. Sekarang, setiap kali kami datang untuk melakukan pemdampingan justru menjadi rebutan. Alhamdulillah,” pungkas Syarifuddin. (gsh)
Sumber: Majalah SM No 21 Tahun 2017