Masa Depan Islam Indonesia
Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi
Kini sering dipublikasikan secara luas bahwa Islam Indonesia yang moderat merupakan wajah Islam masa depan. Islam yang moderat dan rahmatan lil-‘alamin akan lahir dari bumi Indonesia. Kelompok Islam Nusantara malah dengan bangga mengklaim akan mewarnai dunia. Majalah TIME beberapa tahun yang silam sempat mengangkat isu “The New Face of Islam (TIME:, 23/9/1996), dengan mengutip pandangan Esposito tentang wajah Islam moderat.
Tentu asumsi dan harapan positif tersebut merupakan proyeksi dan optimisme yang menggembirakan. Namun, tidak serta merta akan terwujud manakala prasyarat-prasyarat kualitas tidak terpenuhi. Jika tidak disertai kualitas dan daya dukung yang kuat di segala bidang kehidupan, Islam Indonesia diberi label apapun tidak akan mewarnai dunia.
Paradoks atau ironi bahkan dapat terjadi. Mana mungkin Islam Indonesia akan meluas dan berpengaruh ke tingkat dunia jika kondisi umat Islam masih tertinggal, tradisional, dan lemah di berbagai bidang kehidupan. Manakala masih sering tangan di bawah dan belum mandiri di bidang ekonomi. Hal-hal yang menggembirakan itu hanya enak didengar dalam retorika, pidato, dan jargon belaka.
Karenanya, diperlukan Islam dan umat Islam yang berkemajuan manakala ingin menguasai masa depan. Segenap warga, aktivis, dan lebih-lebih para pemimpin Islam di negeri ini harus bekerja keras mengerahkan segala potensi dan kemampuan disertai dengan membangun pusat-pusat keunggulan jika ingin menjadikan Islam Indonesia sebagai kekuatan masa depan!
Islam Indonesia
Islam Indonesia merupakan fenomena keagamaan yang menarik. Islam di negeri kepulauan Nusantara ini hadir secara damai, berkarakter moderat, dan berkembang menjadi Muslim terbesar di dunia. Penyebaran Islam secara damai membawa pengaruh pada corak Islamisasi yang bersifat sosial-kultural (Kartodirjo, 1993). Islam Indonesia berkembang menjadi agama masyarakat secara luas, sekaligus menjadi kekuatan integrasi nasional dalam pembentukan kebudayaan Indonesia (Koentjaraningrat, wawancara Kompas). Karenanya, jangan jadikan Islam Indonesia menjadi Islam garis keras sebagaimana karakter di sebagian negeri lain.
Dalam proses Islamisasi yang “indigeneous” itu Islam Indonesia membentuk Muslim yang lembut, damai, toleran, dan harmoni. Menurut Esposito (1997), wajah Islam Indonesia lebih lembut, dibentuk oleh angin tropis dan pengalaman multikultural yang panjang. Inilah wajah Islam yang sekarang populer disebut Islam moderat atau Islam tengahan (wasithiyah). Sebagian kalangan secara sepihak mengklaim sebagai Islam Nusantara. Padahal, wajah Islam Indonesia tidaklah tunggal dan terus mengalami dinamika.
Pasca Islam Nusantara yang berwajah kultural, Islam Indonesia mengalami transformasi yang dinamis. Pada awal abad ke-20 seiring dengan bangkitnya kesadaran nasional secara lebih terorganisasi dan mulai tumbuhnya benih modernisasi, hadir proses baru dalam Islamisasi, yaitu Islam berwajah pembaruan atau tajdid. Islam yang memberi sentuhan kemajuan atau kemoderenan itu diperankan oleh organisasi-organisasi pembaruan, khususnya Muhammadiyah.
Dalam kehidupan kaum perempuan peran ‘Aisyiyah selaku organisasi perempuan Muhammadiyah dalam memelopori bangkitnya perempuan Islam dan ikut membidani lahirnya Kongres Wanita Pertama tahun 1928 merupakan tonggak penting dalam memberi warna Islam yang berkemajuan.
Peran pembaruan atau Islam yang menyebarkan nilai-nilai kemajuan tersebut sangat penting dan menentukan perkembangan Islam mutakhir. Peran Islam modern sangat penting selain dalam menumbuhkan nasion-alisme dan kesadaran politik baru menentang penjajah dengan cara modern juga dalam memajukan umat dan bangsa pasca Indonesia merdeka (Deliar Noer, 1996). Tanpa gerakan pembaruan tidak mungkin lahir generasi Muslim terpelajar yang kemudian tampil sebagai kelas menengah baru dan menjadi pilar lahirnya pranata-pranata sosial Islam yang maju.
Generasi Muslim yang lahir dalam kultur Islam pembaruan ini bahkan di belakang hari memproduksi elit Muslim di berbagai lembaga pemerintahan, yang membentuk genre baru Islam Indonesia yang memperkuat pilar pergerakan Islam di basis kemasyarakatan dan civil society. Tanpa kehadiran Islam berkemajuan atau Islam reformis-modernis tidak mungkin lahir wajah Islam Indonesia yang kosmopolit, urban, dan sanggup hidup di tengah modernitas tahap lanjut dan globalisasi yang membuana seperti kita saksikan hari ini.
Namun Islam di mana pun, termasuk di Indonesia tidak berhenti di satu titik. Artinya, Islam Indonesia tidaklah statis, apalagi tunggal. Islam Indonesia akan terus mengalami dinamika antara ajaran dan realitas kehidupan yang melingkarinya, serta membentuk keragaman corak atau varian sesuai dengan proses pergumulannya yang kompleks. Islam Indonesia akan menghadapi dinamika kehidupan baru di abad ke-21 sesuai dengan hukum perubahan.
Islam Berkemajuan
Dalam konteks kehidupan kontemporer yang kompleks itu, maka sungguh penting dan relevan kehadiran Islam Indonesia yang berkemajuan. Umat Islam Indonesia yang mayoritas harus tampil sebagai umat berkemajuan, bukan sebagai golongan yang besar sebatas jumlah. Apalah artinya besar secara kuantitas tetapi kalah dalam kualitas. Apakah artinya Islam moderat jika tertinggal dan tangan di bawah. Umat Islam Indonesia yang besar dan moderat harus menjadi golongan besar yang unggul dan tangan di atas.
Berbagai kecenderungan, masalah, dan tantangan kehidupan modern yang lebih kompleks tengah dan akan terus hadir untuk diberikan jawaban cerdas oleh umat Islam. Umat Islam selain tampil sebagai golongan yang membawa pesan damai, toleran, dan propluralitas, juga harus menjadi kekuatan yang prodemokrasi, penegakan hak asasi manusia, dan civil society. Di samping itu umat Islam Indonesia juga harus menjadi golongan yang unggul di bidang politik, ekonomi, pendidikan, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berdaya saing tinggi.
Umat Islam di manapun termasuk Islam Indonesia tidak mungkin tampil sebagai Islam rahmatan lil-’alamin jika dirinya tertinggal dan tidak berkemajuan. Islam rahmatan lil-’alamin harus berkemajuan di berbagai bidang kehidupan, sehingga menjadi kekuatan yang unggul dan berdaya saing tinggi. Di sinilah relevansi kehadiran Islam dan umat Islam berkemajuan di Indonesia.
Islam berkemajuan memberi kekuatan pada karakter Islam moderat. Islam moderat dalam dinamika mutakhir di Indonesia akan berhadapan dengam beragam paham dan realitas kehidupan yang kompleks. Proses globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi, perubahan geopolitik, perubahan sosial, dan modernisasi abad ke-21 akan memberi pengaruh terhadap karakter umat beragama apapun dan di manapun, termasuk di dalamnya umat Islam. Demikian pula dalam menghadapi berbagai paham Islam; baik yang cenderung radikal dan konservatif maupun liberal dan sekuler. Dalam konteks tersebut Islam Indonesia harus berwajah moderat sekaligus berkemajuan.
Wajah Islam Indonesia hari ini dan ke depan memerlukan kesinambungan selain tetap mempertahankan karakternya yang moderat, sekaligus berkemajuan agar mampu berkompetisi dengan umat dan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia baru di abad modern yang sangat dinamis dan kompleks. Islam tengahan (wasithiyah, moderat) yang berwajah lembut, damai, teduh, toleran, dan harmoni berintegrasi dengan Islam berkemajuan yang menampilkan kesadaran rasionalitas, objektivitas, ilmu pengetahuan, teknologi, kerja keras, disiplin, mandiri, profesionalitas, dan nilai-nilai kemajuan lainnya sehingga umat yang mayoritas ini hadir sebagai kekuatan unggul.
Umat Islam harus tampil sebagai bangsa modern dan memiliki pusat-pusat keunggulan sebagaimana ciri masyarakat maju. Umat Islam Indonesia akan tampil sebagai penyebar rahmatan lil-’alamin manakala dirinya memiliki keunggulan untuk diberikan kepada bangsanya dan masyarakat dunia.
Kesimpulannya, Umat Islam Indonesia tidak cukup hanya berkarakter moderat, tetapi juga harus maju (berkemajuan), yakni unggul dalam segala bidang kehidupan, sehingga kehadirannya sebagai pembawa misi rahmat bagi semesta alam benar-benar terwujud dalam kehidupan nyata di muka bumi ini. Di sinilah pentingnya posisi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang menghadirkan peran Islam berkemajuan di Indonesia dalam memasuki abad ke-21!
Sumber: Majalah SM Edisi 22 Tahun 2017