MAGELANG, Suara Muhammadiyah – Dari empat daerah lingkar Merapi yaitu Kabupaten Magelang, Sleman, Klaten dan Boyolali, Kabupaten Magelang melakukan kegiatan respon status siaga Gunung Merapi yang secara signifikan.
Ini ditandai dengan evakuasi warga yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Magelang terhadap warga dusun di KRB Merapi sesuai dengan ketetapan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.
Desa-desa yang warganya sudah dievakuasi itu antara lain Desa Paten, Ngargomulyo, Krinjing dan Keningar semua di Kecamatan Dukun. Evakuasi dilakukan terhadap warga yang masuk kategori kelompok rentan yaitu lansia, wanita dan anak-anak.
Warga desa Paten, Ngargomulyo dan Krinjing sudah dievakuasi pada hari Jum’at (6/11) sedangkan warga Desa Keningar dievakuasi hari Minggu (8/11). Hingga saat ini sudah 474 jiwa kategori kelompok rentan yang dievakuasi, sedangkan total keseluruhan berjumlah 795 jiwa.
Dari warga keempat desa tersebut, sebanyak 38 jiwa warga dusun Karanganyar, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun menempati gedung Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (PAYM) Nglawisan, Tamanagung, Muntilan yang ditetapkan menjadi salah pos pelayanan (posyan) MDMC.
MDMC menempatkan 4 orang relawan dari Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Magelang untuk mendampingi warga sementara pengelolaan harian diserahkan kepada personil posyan dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Aisyiyah Muntilan dibantu oleh ibu-ibu PKK dusun Nglawisan.
Taryati, salah satu relawan LLHPB yang bertugas di PAYM Nglawisan mengatakan bahwa warga dusun Karanganyar yang termasuk kelompok rentan berjumlah 20 orang terdiri dari lansia 9, balita 8, difabel 2 dan seorang warga berusia 23 tahun yang dievakuasi karena kondisi sakit. “Untuk lansia ada yang berusia 91 tahun sehingga memerlukan pendampingan khusus untuk aktifitas-aktifitas tertentu,” katanya.
Selama bertugas di PAYM Nglawisan sejak Jum’at (6/11), Taryati beserta 3 orang rekannya melakukan pendataan jiwa dan kebutuhan warga, pelayanan dapur umum, administrasi serta koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti BPBD Kabupaten Magelang, Organisasi Pengurangan Resiko Bencana (OPRB) Desa Ngargomulyo dan warga masyarakat yang ingin memberikan bantuan.
MDMC Kabupaten Magelang juga menempatkan tim untuk mendampingi warga Desa Krinjing yang menempati Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan. Desa Krinjing dan Deyangan merupakan “Desa Saudara” yang selama ini didampingi oleh Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma). Personil yang ditempatkan di Balai Desa Deyangan terdiri dari dosen-dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) yang juga relawan MDMC Kabupaten Magelang dibantu dengan mahasiswa dari Unit Kegiatan Mahasiswa Disaster Unimma dan Emergency Response Team (ERT) Fikes Unimma.
Sementara itu untuk membantu dan mendukung kelancaran evakuasi warga oleh BPBD, MDMC Kabupaten Magelang mengerahkan personil serta armada ambulance. Seperti dalam evakuasi warga Desa Keningar pada hari Minggu pagi (8/11), MDMC mengerahkan 12 personil dan 5 armada ambulance untuk membawa warga menuju Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid sebagai “Desa Saudara” dari Desa Keningar.
Huda Khairun Nahar, Ketua Pos Koordinasi (Poskor) MDMC Kabupaten Magelang dalam respon siaga Merapi mengatakan bahwa MDMC Kabupaten Magelang melaksanakan beberapa layanan antara lain evakuasi, logistik, shelter dan pendampingan psikososial. “Dalam respon siaga Merapi ini seperti biasa kami menerapkan “One Muhammadiyah One Response” (OMOR) yang melibatkan berbagai unsur Persyarikatan Muhammadiyah seperti Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), ortom, majelis dan lembaga dengan MDMC selaku koordinator,” katanya.
OMOR sendiri merupakan standar operasional yang dijalankan Muhammadiyah secara nasional dalam respon kebencanaan. Dengan OMOR, Muhammadiyah mengerahkan semua sumber daya organisasi baik struktur, personil, pendanaan dan peralatan guna melaksanakan respon bencana secara terpadu dibawah satu koordinasi yang secara umum dipegang oleh MDMC. (nsp)