• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Selasa, Juli 15, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Tantangan Zaman Bagi Generasi Santri Baru

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
10 November, 2020
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Tantangan Zaman Bagi Generasi Santri Baru

The New Santri

Share

SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Menilik kembali kiprah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, pesantren memiliki rekam jejak perjalanan yang panjang dan berliku. Pondok Pesantren Sidogiri menjadi pesantren tertua yang telah berusia 280 tahun. Pesantren ini mengajarkan nilai-nilai Islam yang diambil dari kitab-kitab klasik.

Pada tahun 1926 berdiri pondok pesantren di Ponorogo yang menerapkan kurikulum modern. Menumbuhkan pada diri santri kesadaran akan pentingnya kebebasan dari pengaruh penjajah dan penjajahan, yaitu Gontor. Pesantren ini telah melahirkan banyak figur alumni diantaranya, Nurcholis Majid, Din Syamsuddin, Hidayat Nur Wahid, dan lain sebagainya, yang mereka semua berbicara pada ranah sosial.

Baca Juga

Pesantren Modern Muhammadiyah Cilongok Terima 654 Santri Baru

Ponpes Dimsa Sambut Kedatangan Santri Baru, Wali Santri: Semoga Kelak Menjadi Orang yang Sholih dan Sholihah

Agus Purwanto, Pendiri Pesantren TRENSAINS, dalam Seminar Internasional yang bertemakan “New Santri: Future Challenges and Opportunities in the Disruption Era” ia mengatakan bahwa masih ada hal yang kurang pada apa yang dilakukan oleh para santri, khususnya dalam menghadapi era disruption.

“Kekurangan tersebut saya coba tutup dengan menghadirkan Pesantren TRENSAINS yang memiliki motto Generasi Pecinta Al-Qur’an dan Sains. Saat ini sudah berdiri dua pesantren TRENSAINS, yang pertama di Sragen dan yang kedua di Tebuireng. Dua pesantren inilah yang sekaligus mampu menyatukan dua sayap organisasi terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan NU,” ujar Agus (10/11).

Yang membedakan antara pesantren TRENSAINS dengan pesantren lain yaitu masuknya konten sains dalam bentuk dialektika. Melihat agama dalam perspektif sains dan menengok sains dalam perspektif agama. Karena di dalam Al-Qur’an terdapat setidaknya 800 ayat mengenai alam semesta.

Ayat tentang alam semesta ini lima kali lebih banyak dari ayat-ayat yang menerangkan tentang fiqih. Namun sayangnya pada 10 abad terakhir, ayat-ayat yang berbicara tentang alam semesta relatif dilupakan oleh dunia Islam secara umum. Akibatnya dunia Islam termasuk Indonesia menjadi lemah dan tidak produktif.

“Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin, mestinya umat Islam memiliki mainside sebagai produsen, bukan konsumen,” tegas pria yang juga merupakan Guru Besar Fisika Teoretis ITS tersebut.

Ke depan, seorang santri harus akrab dengan wacana sains dunia kuantum yang menjadi pondasi dari dunia modern saat ini. Namun kita harus tetap berpijak pada tradisi yang dicontohkan oleh para ulama-ulama terdahulu yang mulai terlupakan.

“Umat ini jangan lagi alergi kepada dunia keilmuan dan teknologi. Umat ini harus mulai berbicara tentang nobel prize. Bukan hanya menguasai ilmu agama, menjadi Menteri Agama, mengelola bisnis umroh dan haji, tetapi kita harus memulai berbicara tentang hadiah nobel,” ungkapnya.

Ahmad Najib Burhani, Peneliti LIPI Jakarta memaparkan, jika berbicara tentang new santri, terdapat beberapa kategori yang mendefinisikan perubuhan dari budaya lama yang melekat pada diri santri, anti kemajuan. Mengingat, santri masih dipandang sebelah mata, tidak memiliki peran di bidang keilmuan dan teknologi. “Maka santri harus mulai beranjak dari yang sekedar user teknologi, menjadi produser teknologi,” paparnya.

Dalam definisi yang lebih luas, santri adalah mereka yang menjadikan agama sebagai kesadaran hidup. Ada pula yang mendefinisikan santri sebagai practicing muslim. Definisi-definisi tersebut terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Najib menyakini bahwa di masa yang akan datang, santri bukan sekedar manusia pembentuk otoritas keagamaan, tetapi mereka yang mampu menciptakan platform teknologi dan digital baru. Yang akhirnya dapat mempengaruhi masyarakat. “Itulah yang disebut sebagai new santri,” jelasnya. (diko)

Tags: santri barutantangan zamanthe new santri
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Pesantren Modern Muhammadiyah Cilongok Terima 654 Santri Baru
Berita

Pesantren Modern Muhammadiyah Cilongok Terima 654 Santri Baru

20 Juli, 2023
Ponpes Dimsa Sambut Kedatangan Santri Baru, Wali Santri: Semoga Kelak Menjadi Orang yang Sholih dan Sholihah
Berita

Ponpes Dimsa Sambut Kedatangan Santri Baru, Wali Santri: Semoga Kelak Menjadi Orang yang Sholih dan Sholihah

14 Juli, 2022
Opini

Saatnya IMM Menjawab Tantangan Zaman

28 November, 2020
Next Post

Kajian Pemuda Muhammadiyah Kesambi Sambut Hari Pahlawan

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In