Milad 108 Muhammadiyah: Menjawab Tantangan yang Semakin Berat

Milad 108 Muhammadiyah: Menjawab Tantangan yang Semakin Berat

Milad 108 Muhammadiyah Menjawab Tantangan yang Semakin Berat

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kesyukuran merupakan kekuatan ruhaniah bagi Muhammadiyah agar dapat menjalankan misinya sebagai gerakan dakwah dan tajdid. Ketika memperingati Miladnya yang ke-108, Muhammadiyah berada dalam suasana dan kondisi bangsa yang tidak baik-baik saja. Negara-negara di seluruh dunia juga masih dilandan pandemi Covid-19 yang tidak diketahui kapan akan berakhir.

Haedar Nashir, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dalam pidato iftitah peringatan Milad ke-108 Muhammadiyah mengatakan, Muhammadiyah sejak awal kelahirannya sampai sekarang tiada henti-hentinya memberi solusi untuk negeri. Muhammadiyah bersama dengan seluruh komponen bangsa bergerak aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan dan keumatan.

Selain itu di era pra kemerdekaan, Muhammadiyah juga terus berbuat bagi negeri demi terlepas dari pengaruh penjajah dan penjajahan. Sejarah membuktikan, di saat-saat kritis Muhammadiyah hadir memberi solusi nyata. Seperti dalam mencari titik kompromi perumusan dasar negara Pancasila, setelah satu hari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 didengungkan.

“Bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi masalah berat seperti korupsi, utang luar negeri, eksploitasi sumber daya alam, kesenjangan sosial-ekonomi, konflik antarkomponen bangsa, produk legislasi yang kontroversi, oligarki politik, serta masalah-masalah kebangsaan lainnya,” ungkapnya pada Rabu, 18 November 2020.  

Haedar menegaskan, Muhammadiyah akan terus berikhtiar untuk proaktif memecahkan masalah bangsa. Namun Muhammadiyah tidak dapat menghadapi masalah bangsa sendirian. Maka diperlukan kerjasama, sinergi, dan persatuan dalam menyelesaikan masalah bangsa, sesuai dengan posisi dan perannya masing-masing.

Umat Islam dan warga Persyarikatan juga dituntut menunjukkan keteladanannya dalam menghadapi pandemi yang tak kunjung usai. Setelah sembilan bulan berjuang dengan penuh keprihatinan, masyarakat harus tetap disiplin dan waspada, serta tidak lengah sebagai wujud sikap keislaman yang sempurna. Setiap pengabaian dan kelalaian dapat berdampak luas pada ancaman keselamatan jiwa, serta membuat proses yang sudah diupayakan dengan baik, kembali tidak kondusif.

Pandemi belum berakhir, semua pihak harus tetap waspada. Tidak menganggap ringan wabah ini dengan bertindak tidak disiplin. Perbuatan orang tidak disiplin dapat berdampak luas bagi penularan virus dan keselematan jiwa orang lain. Jika belum mampu memberikan solusi, setidaknya tidak menciptakan masalah yang membuat rantai penularan semakin menyebar.

“Sebagai kaum beriman, pandemi ini merupakan musibah yang harus kita hadapi dengan ikhtiar dan doa yang sungguh-sungguh agar Allah SWT mengangkat wabah ini atas kuasa dan kasih sayang-Nya,” ujarnya.

Warga Muhammadiyah tetap harus bersemangat dalam menggerakkan usaha-usaha memajukan kehidupan. Di tengah situasi pandemi, Haedar menghimbau kepada segenap warga, kader, dan pimpinan Muhammadiyah untuk terus bersemangat menggerakkan organisasi serta menjalankan peran keumatan dan kebangsaan sesuai dengan kondisi masing-masing.

Di akhir pidatonya, Haedar mengajak pemerintah, kekuatan politik, warga negara, umat Islam, dan keluarga besar Muhammadiyah untuk bersama-sama mewujudkan nilai-nilai kebaikan dan ikhtiar kolektif dalam memberi solusi hadapi pandemi dan masalah negeri. (diko)

Exit mobile version