Meneguhkan Gerakan Keagamaan Hadapi Pandemi Dan Masalah Negeri
Oleh: Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Alhamdulillah hari ini Rabu 18 November 2020 M bertepatan 3 Rabiul Akhir 1442 H Muhammadiyah genap berusia 108 tahun. Kita bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat dan anugerah-Nya sehingga Muhammadiyah mampu bertahan dan berkembang sebagai Gerakan Islam yang terus berkiprah memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
Kesyukuran merupakan kekuatan ruhaniah Muhammadiyah agar dalam menjalankan misi dakwah dan tajdid senantiasa mendapatkan berkah dan rida Allah. Dengan bersyukur Muhammadiyah akan memperoleh keluasan rezeki dan karunia Allah sebagaimana janji-Nya:
Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS Ibrāhīm: 7).
Hadapi Pandemi
Muhammadiyah ketika memperingati Milad ke-108 berada dalam suasana bangsa dan dunia masih menghadapi pandemi covid-19. Sebagai kaum beriman, pandemi ini merupakan musibah yang harus kita hadapi dengan ikhtiar dan doa yang sungguh-sungguh agar Allah SWT mengangkat wabah ini atas Kuasa dan Rahman-Rahim-Nya.
Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), ‘Aisyiyah, dan seluruh komponen gerakannya sejak awal terus berbuat yang maksimal dalam menghadapi sekaligus mencari solusi atas pandemi ini. Muhammadiyah mengambil langkah memberi solusi dalam usaha kesehatan, sosial-ekonomi, edukasi masyarakat, dan panduan keagamaan hasil ijtihad Tarjih. Alhamdulillah kiprah Muhammadiyah memperoleh apresiasi dari berbagai pihak dan masyarakat luas.
Mark R. Woodward, seorang antropolog ternama dari Arizona State University AS, secara khusus menulis “Holidays in the Plague Year: Lesson from the Indonesian Muhammadiyah Movement” (31/3/2020). Dia menilai Muhammadiyah dalam menghadapi pandemi covid-19 telah mengajarkan praktik baik cara beragama yang tekun, taat, dan rasional. Muhammadiyah sigap mempromosikan praktik keagamaan yang adaptatif dalam menghambat penyebaran covid-19. Peneliti “Islam Jawa” tersebut berharap Muhammadiyah menjadi teladan global dalam menghadapi pandemi, bukan hanya bagi komunitas muslim di Asia Tenggara, India dan Timur Tengah, tapi juga untuk komunitas Protestan Amerika.
Menjelang Milad ini melalui MCCC, Muhammadiyah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Kesehatan atas kinerjanya dalam melawan covid19. Penghargaan tersebut diberikan dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional ke-56 tanggal 12 November 2020. Semuanya merupakan bukti, jika Muhammadiyah berbuat baik wujud dari amal saleh dengan ikhlas, maka kiprahnya akan memeperoleh dukungan positif dari masyarakat luas.
Masalah Negeri
Muhammadiyah sejak awal kelahiran sampai kini tiada henti memberi solusi untuk negeri. Muhammadiyah bersama komponen bangsa lainnya berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah bangsa. Di era sebelum Indonesia merdeka hingga setelah kemerdekaan, Muhammadiyah terus berbuat bagi kemajuan negeri. Sejarah membuktikan, di saat-saat kritis Muhammadiyah hadir memberi solusi. Seperti dalam mencari titik kompromi perumusan dasar negara Pancasila setelah satu hari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Bangsa Indonesia saat ini masih menghadapi masalah berat seperti korupsi, utang luar negeri, eksploitasi sumber daya alam, kesenjangan sosial-ekonomi, konflik antarkomponen bangsa, produk legislasi yang kontroversi, oligarki politik, serta masalah-masalah kebangsaan lainnya.
Hukum kehidupan manusia selalu berhadapan dengan masalah, selain berkaitan dengan nikmat dan anugerah. Masalah datang dan pergi untuk dihadapi dan tidak untuk diratapi. Ada masalah yang dapat diselesaikan dengan tuntas, sisi lain terdapat masalah yang masih tersisa, dan terdapat masalah lainnya yang tidak dapat diselesaikan. Kewajiban kita sebagai bangsa ialah berikhtiar dengan kesungguhan dan kesabaran.
Karakter Muhammadiyah
Muhammadiyah dalam rentang usia 108 tahun penting meneguhkan jati diri sebagai gerakan keagamaan. Sejak kelahirannya tahun 1912 Muhammadiyah menegaskan diri sebagai perhimpunan Islam yang “menyebarloeaskan” dan “memajoekan” hal Agama Islam. Radius gerakannya semula di Karesidensi Jogjakarta, selanjutnya di Hindia Timur atau Indonesia.
Kenapa Muhammadiyah kala itu lahir? Kondisi umat Islam di awal abad ke20 itu tidak berpegang teguh kepada ajaran Islam yang murni; terpecah belah tanpa persatuan; pendidikan tidak sejalan dengan tuntutan zaman; mereka hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta serta berpikir secara dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme; serta pengaruh misi zending yang semakin kuat (Junus Salam, 1968).
Kyai Dahlan memberi jawaban dengan melakukan pembaruan (tajdid) pemahaman Islam, memperkenalkan pendidikan Islam modern, gerakan baru membangun kesehatan dan pelayanan sosial berbasis al-Mā’ūn dan PKO, serta pengorganisasian zakat dan haji. Selain itu memelopori lahirnya organisasi perempuan Islam ‘Aisyiyah, gerakan cinta tanah air Hizbul Wathan, publikasi Islam melalui majalah Suara Muhammadiyah yang memperkenalkan penggunaan bahasa Indonesia, tablig di ruang publik, dan usaha-usaha lain yang bersifat baru.
Memberi Solusi
Di akhir Pidato Milad 108, kami mengajak pemerintah, kekuatan politik, warga bangsa, umat Islam, dan keluarga besar Muhammadiyah untuk menebar dan mewujudkan nilai-nilai kebaikan dan ikhtiar kolektif dalam memberi solusi hadapi pandemi dan masalah negeri.
Selengkapnya download Pidato Milad Muhammadiyah ke-108