Pemandangan yang Indah, Suami-Istri Berjamaah di Pinggir Pedestrian Australia

Pemandangan yang Indah, Suami-Istri Berjamaah di Pinggir Pedestrian Australia

Suami-Istri Berjamaah di Pinggir Pedestrian Australia

Pemandangan yang Indah, Suami-Istri Berjamaah di Pinggir Pedestrian Australia

Oleh : Haidir Fitra Siagian

Dalam satu kesempatan, Ustadz H. Muhammad Husain Unding, Lc., (alm), pernah “berdebat” dengan anak lelakinya. Kejadian ini sekitar tahun 2005 dalam perjalanan dari Parepare ke Majene. Saya ikut menumpang dalam mobil pribadi yang dikemudikan oleh seorang anak lelakinya yang sudah beranjak dewasa. Menumpang dengan tujuan Kota Wonomulyo Kab. Polman dari Parepare seusai menghadiri Sidang Tanwir IMM di Gedung Islamic Centre Parepare.

Semasa hidupnya, beliau adalah Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Majene Periode 2000-2005 dan periode 2005-2010. Dalam perjalanan tersebut di atas, Ustadz Husain meminta agar anaknya berhenti sejenak, mencari masjid, untuk melaksanakan salat Dzuhur dan jama’ qasar Ashar. Sempat anaknya sedikit menolak dengan mengatakan bahwa salatnya di rumah saja. Maksudnya salatnya nanti saja setiba di rumahnya di Majene, yang dari lokasi itu masih sekitar satu jam dan diperkirakan akan tiba sebelum Ashar.

Lalu Ustadz Husain mengatakan kira-kira begini: “Salat itu sudah ditentukan waktunya. Jika sudah masuk waktu, ada fasilitas, ada kesempatan, tidak ada hal yang sangat mendesak, maka segeralah salat. Sebab kita tidak tahu ajal kita kapan datang. Jangan sampai ajal menjemput, sementara kita belum salat”. Dan akhirnya sang anak menerima penjelasan sang ayah dan segera berhenti di depan sebuah masjid lalu melaksanakan salat berjamaah.

Tidak sedikit diantara kita yang sering menunda salat. Bahkan sampai menjelang habis waktunya, baru akan melaksanakan salat. Ada banyak alasan dan faktor yang menyebabkan seseorang menunda salat. Sibuk bekerja atau dalam perjalanan. Ada pula yang menunda salat karena akan menyelesaikan tontonan film main game, atau pertandingan sepak bola. Seorang teman saya, pernah tidak sempat melaksanakan salat Ashar dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Makassar.

Sebelum terbang dari Kuala Lumpur, dia sudah melaksanakan salat Duhur. Dia yakin bahwa waktu tiba di bandara Makassar, masih ada kesempatan untuk melaksanakan salat Ashar. Ternyata tidak, pesawat mendarat ketika waktu sudah masuk waktu Magrib. Sedangkan dia tidak mau atau tidak terbiasa melaksanakan salat qasar atau salat duduk di dalam pesawat.

Kita sebenarnya warga Indonesia sangat bersyukur. Di hampir seluruh wilayah Indonesia, terdapat masjid atau sarana untuk melaksanakan salat. Kita juga mendapati di berbagai fasilitas umum, seperti mall, bandara, terminal, tempat rekreasi, selalu ada mushalla. Kita dapat melaksanakan salat di sana jika waktunya sudah masuk. Baik secara sendiri maupun secara berjamaah. Semua kembali kepada kesadaran sendiri, kapan akan melaksanakan salat. Apakah pada awal waktu, pertengahan atau di akhir waktu.

Bagaimana pelaksanasaan salat di Australia, terutama dalam perjalanan? Australia adalah negara sekuler yang tidak mengatur urusan beragama. Semua orang dapat beragama, agama apa saja, atau bahkan untuk tidak beragama sama sekali. Tidak ada urusan negara untuk membangun rumah ibadah. Untuk urusan ibadah, diserahkan kepada penganut masing-masing. Agama juga tidak mengatur urusan pendidikan agama.

Terdapat pendidikan agama di sekolah-sekolah agama. Sedangkan sekolah umum, tidak terdapat pendidikan agama. Namun jika ada penganut agama yang ingin belajar agama, negara tidak akan menghalanginya. Dalam hal penyediaan fasilitas beribadah, pun bukan suatu kewajiban negara. Di berbagai tempat umum, tidak ada tempat beribadah.

Kemarin saya dan keluarga memanfaatkan hari libur untuk rekreasi di Pantai Shellharbour New South Wales Australia. Sekitar dua puluh lima kilometer dari Kota Wollongong, tempat kediaman kami. Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, kami tiba sesaat setelah masuk salat Duhur. Saya mengajak anggota keluarga melaksanakan salat berjamaah. Kami menggelar tikar, mencari tempat yang agak jauh dari tempat keramaian. Setelah salat kami makan siang di lokasi tersebut, sambil mengikuti rapat pengurus Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) New South Wales secara virtual.

Beberapa saat kemudian, bersama keluarga kami jalan-jalan menikmati keindahan pantai yang penuh dengan burung cemara. Suasana sangat ramai dengan pengunjung, terutama pasangan orang tua yang datang bersama anak-anaknya. Di pantai inilah saya mendapat satu pemandangan yang indah. Satu keluarga, keturunan Arab yang baru datang, tiba-tiba langsung mengambil tempat di pinggir pedestrian. Tidak jauh dari mobil yang mereka parkir. Sementara di pedestrian tersebut, banyak pengunjung yang lalu-lalang. Baik yang berjalan bersama keluaraga, temannya maupun dengan hewan anjing peliharaan mereka. Tampak pula sekelompok anak muda yang berdang bermain-main dengan burung cemara.

Sang ayah segera maju ke depan agak dekat ke tiang lampu penerangan, sedangkan istri dan seorang putrinya, berdiri di bagian belakang. Sang istri menggelar sajadah, sedangkan si ayah tidak mengenakan alas apapun. Bahkan di ayah masih mengenakan alas kaki. Mereka bertiga melaksanakan salat duhur secara berjamaah persis di taman pinggir pedestrian. Mereka tidak merasa risih atau tertanggu maupun khawatir atas banyaknya orang lain yang berada di sekitarnya.

Ketiga orang hamba Tuhan ini selesai melaksanakan salat duhur dua rakaat yang dilanjutkan dengan salat Ashar jama’ qasar. Satu pemandangan yang menurut saya sangat indah, melebihi indahnya semburan ombak yang menghantam batu karang di pantai ini. Saya berusaha mengambil gambar dari jarak yang aman sambil berusaha agar jangan sampai mereka merasa terganggu.

Selama ini, di berbagai tempat di Australia, saya sering mendapati umat Islam melaksanakan salat di tempat-tempat umum. Biasanya mereka mencari tempat yang tidak terlalu mencolok. Misalnya di pinggir bangunan atau ke bagian taman yang jauh dari orang lain. Beberapa kali saya mendapat umat Islam yang salat berjamaah di tempat-tempat seperti ini. Namun yang saya dapati kali ini, sungguh menarik. Satu keluarga tersebut di atas, melaksanakan salat berjamaah di tempat yang sangat terbuka, dekat sekali dengan keramaian dan tidak ada gangguan dari orang lain dalam bentuk apapun. Suatu pemandangan yang sangat langka, unik, dan radikal.

Wassalam
Wollongong, 23 Nopember 2020

Exit mobile version