• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Juni 21, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Serumpun Padi: Benteng-Benteng Kota, Puisi Asih Minanti Rahayu

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
3 Januari, 2021
in Humaniora
Reading Time: 1 min read
A A
0
Asih Minanti Rahayu
Share

Serumpun Padi: Benteng-Benteng Kota

Puisi Asih Minanti Rahayu 

Baca Juga

Malam Gembira Puisi Merdeka, Dakwah Seni Budaya Muhammadiyah

Cipta Puisi dan Essay Kebudayaan, Bentuk Cinta Budaya Indonesia

Sawah adalah benteng kota,

Melindungi rakyat dari nestapa,

Kemiskinan, kelaparan, serta

kutukan-kutukan alam,

 

 

Benteng kokoh menjaga,

Segala bentuk marabahaya,

Kuat melingkupi,

Selingkar negeri subur makmur lestari,

 

 

Dimana ada sawah,

Disitulah disenandungkan,

Nikmat-nikmat Tuhan!

“Serumpun padi tumbuh di sawah,

Hijau menguning daunnya!”

Lagu ini didendangkan,

Sedari dulu kala,

Sawah warisan tanah pusaka,

Inspirasi para pujangga, pelagu dan penari,

Keindahan terbentang luas di hamparan bumi pertiwi,

Menghiasi setiap pandang mata ini,

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Kucari kau sekarang dimana,

Menghilang di sudut-sudut pemukiman,

Berubah menjadi gedung-gedung perkantoran,

 

 

Aku rindu,

Melihat kerbau ditunggangi bocah,

Membawa seruling bambu,

Di tengah sawah,

Lukisan pemandangan mereka dipampang,

dalam kalender-kalender tua,

Di masa aku belia,

Kertas bekas yang jadi penutup jendela,

 

 

Aku rindu,

Bermain bersama anak-anak bercaping,

Menarik tali orang-orangan sawah,

Sambil duduk di gubuk jerami,

Dan makan siang bersama petani,

 

 

Aku rindu,

Berlarian di pematang,

Mencari cimplukan,

Menangkap ikan dan belut di kubangan,

Setelah panen raya tiba,

Menggorengnya di rumah bersama kakak tercinta,

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Kapankah semua itu kembali?

Sawah membentengi kota ini?

 

 

Konsistensi swasembada pangan yang terlupa,

Membuat kita terlena,

Kapankah sawah menjadi kekayaan prestisius negeri?

Dihias villa-villa kayu,

Serta lampu-lampu indah?

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Akankah tinggal kenangan,

Gambar sawah perangko repelita?

Habis dijual untuk biaya sekolah kedokteran,

Sementara sarjana pertanian bekerja di bank,

Sawah kemudian alih lahan,

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Ketentraman nusantara padanya,

Kenangan cinta dari negara,

Untuk anak cucu kita,

Amin.

Cilacap, 23 November 2020

Asih Minanti Rahayu, Pecinta Seni, Sastra, dan Agama.

Ketua Ranting Aisyiyah Tegal Kamulyan, Cilacap Jawa Tengah

Puisi Asih Minanti Rahayu yang lain

Puisi Haedar Nashir: Simfoni Negeri Berkemajuan

Puisi Taufik Ismail di Milad ke-108; Muhammadiyah Satu Abad Delapan Tahun

Tags: asihpuisisawah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Malam Gembira Puisi Merdeka, Dakwah Seni Budaya Muhammadiyah
Berita

Malam Gembira Puisi Merdeka, Dakwah Seni Budaya Muhammadiyah

27 Agustus, 2022
Cipta Puisi dan Essay Kebudayaan, Bentuk Cinta Budaya Indonesia
Berita

Cipta Puisi dan Essay Kebudayaan, Bentuk Cinta Budaya Indonesia

2 Juni, 2022
UMP
Berita

PBSI UMP Gelar Pelatihan Puisi bagi Guru dan Mahasiswa 

1 Februari, 2022
Next Post
Siaga Erupsi Merapi, MDMC Sleman Diapresiasi Anggota DPD RI

Siaga Erupsi Merapi, MDMC Sleman Diapresiasi Anggota DPD RI

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In