JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Direktur Eksekutif Center for Social Integrity (CSI) Aung Kyaw Moe menyebut bahwa pemerintah Myanmar mendukung dakwah kemanusiaan ala Muhammadiyah untuk menanggulangi krisis antar agama di Myanmar.
Dalam forum internasional webinar yang diadakan oleh LHKI PP Muhammadiyah terkait dinamika politik dan pelayanan kemanusiaan di Asia Tenggara, Sabtu (12/12) Aung KyawMoe mengatakan peran Muhammadiyah di Myanmar masih sangat dibutuhkan untuk mengurai kesadaran pluralisme memerangi Islamophobia.
“Islamophobia saat ini berkembang sangat cepat di Myanmar, tidak pernah dikenal dalam sejarahnya,” ujar Aung Kyaw Moe.
Menurut Aung, peran-peran yang terbuka bagi Muhammadiyah di Myanmar selain kerja kemanusiaan adalah usaha membangun pendidikan dan dialog bagi umat Islam dan umat Buddha di Myanmar untuk membangun pemahaman sebenarnya tentang Islam.
Hingga saat ini, kerja kemanusiaan yang dibutuhkan untuk umat Islam Rohingnya menurut Aung Kyaw Moe adalah akses pendidikan, keamanan, pekerjaan dan tempat tinggal.
Pada kesempatan yang sama Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI Yusron B Ambary menyatakan Kemenlu berfokus pada kerja-kerja perdamaian di wilayah Asean. Peran yang diberikan Muhammadiyah menurutnya memberikan dampak positif bagi usaha itu.
Untuk umat Islam Rohingya Myanmar, Muhammadiyah sendiri secara khusus memang telah menaruh perhatian besar. Melalui badan kemanusiaan Muhammadiyah Aid, PP Muhammadiyah telah turun mengadvokasi suku Rohingya sejak 2017.
Baik bagi pengungi Rohingya di Rakhine State maupun Bangladesh, Muhammadiyah membangun sejumlah sekolah, balai pekerjaan, sanitasi, pasar inklusi, tempat tinggal hinggalayanan kesehatan.
Dalam bidang kultural, PP Muhammadiyah melalui Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) juga bekerjasama dengan University of Yangon Myanmar pada Agustus 2019 untuk kerjasama penelitian dan publikasi di bidang isu-isu perdamaian, radikalisme, terorisme, intoleransi, dan dialog antar etnis dan agama. (ppmuh/afn)