Abdul Mu’ti: Kerusakan Bumi Lebih Disebabkan Tangan Manusia

Prof Abdul Mu'ti

Prof Abdul Mu'ti Foto Dok SM

Abdul Mu’ti: Kerusakan Bumi Lebih Disebabkan Tangan Manusia

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti pada refleksi akhirtahun Majelis Lingkungan Hidup menegaskan, bahwa kerusakan di bumi lebih disebabkan oleh ulah tangan manusia. Oleh karenanya, Mu’ti mengimbau agar budaya dan tingkah laku manusia berjalan beriringan dengan alam dan lingkungan.

Lingkungan, lanjutnya,  merupakan isu internaional dan Indonesia adalah salah satu kunci dari beberapa isu seputar lingkungan tersebut. Baik itu menyangkut hutan, perubahan iklim, dan pemanasan global. Ini tentu bukan persoalan sederhana.

Dampak dari kerusakan lingkungan tersebut, Mu’ti mengatakan, beberapa ahli lingkungan memprediksikan akan mampu meneggelamkan beberapa negara. “Jika perubahan iklim dan pemanasan global ini terus berlanjut, bisa jadi beberapa negara akan hilang, akan tenggelam. Itu artinya negara hanya tinggal sejarah saja,” ucapnya.

Dalam konteks Indonesia, sambungnya, mungkin beberapa pulau juga akan mengalami hal serupa, tenggelam dan tinggal nama. “Kalau yang tenggelam itu pulau terluar kita, maka nantinya akan mempengaruhi luas wilayah negara kesatuan RI,” tegas Mu’ti. Bisa jadi karena tidak ada tindakan konkrit, wilayah teritorial Indonesia akan mengecil dengn sendirinya sejalan dengan naiknya air laut.

Di satu sisi, isu lingkungan memang berkaitan erat dengan negara-negara besar. Itu artinya tergantung bagaimana negara-negara besar tersebut mengeluarkan kebijakan. Tapi pada sisi lain, isu lingkungan erta juga dengan budaya dan prilaku manusia itu sendiri. Sperti pengetahuan manusia terhadap sampah.

Misalnya, Mu’ti menyebutkan, isu tentang penggunaan plastik. Di sisi lain palstik memang memudahkan, tapi dampak dari sampah plastik juga kian mengkhawatirkan. Ditambah belum membudayanya buang sampah pada tempatnya. Padahal mestinya tidak hanya buang sampah pada tempatnya, tapi juga sudah pada taraf reduce, reuse, dan recycle. Mestinya budaya dan prilaku manusia sekarang sudah pada taraf daur ulang ini.

Kalau Muhammadiyah, usul Mu’ti, mestinya tambah satu lagi, yatu reproduksi. “Nah ini bisa jadi gerakan budaya yang bersumber dan inspirasinya dari ajaran Islam,” sarannya.

Mengutip SM edisi 5 tahun 2020, pada tahun 2019 menunjukan bahwa Indonesia adalah negara yang mampu memproduksi sampah tertinggi kedua setelah China. Angkanya mencapai 67 juta ton, 60 persen sampah organik dan 15 persen sampah plastik. Parahnya, daya daur ulang Indonesia tidak mencapai angka 11 persen hanya diangka 9 persen. Itu artinya ada sekitar 99 persen sampah yang menumpuk tanpa ada upaya memanfaatkannya kembali.

Maka wajar jika penampakan selokan, sungai, hingga laut di Indonesia cukup memprihatinkan. Air hanya tergenang dengan warna hijau dan cenderung gelap, sampahnya menumpuk, dan aromanya sangat tidak nyaman di hidung.

Maka gerakan 4 R, reduce, reuse, dan recycle ditambah usul dari Sekum di atas yaitu reproduction penting untuk dibudayakan. (gsh).

Exit mobile version