Manajemen Penanggulangan Bencana Muhammadiyah Masuki Ranah Internasional
ANKARA, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki berkolaborasi dengan forum PCIM se-Eropa mengadakan kegiatan pendidikan literasi tentang kebencanaan dengan tajuk “International Disaster Management Class” atau Kelas Manajemen Kebencanaan Internasional. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari mulai dari tanggal 2-3 Januari 2021 dan dilaksanakan secara daring yang diikuti oleh 477 peserta yang terdaftar.
Adapun dasar dan tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran diaspora Indonesia, terutama warga dan kader persyarikatan Muhammadiyah di wilayah Eropa dalam hal tanggap darurat dan mitigasi kebencanaan. Kegiatan kelas daring ini juga didukung oleh KBRI Ankara, KJRI Istanbul, dan PPI Turki sehingga dapat berjalan dengan lancar.
Kelas daring ini diikuti oleh diaspora Indonesia di luar negeri, terutama pelajar dan warga Muhammadiyah di luar negeri yang terhimpun dalam PCIM di beberapa negara seperti Jerman, Prancis, Belanda, Inggris, Turki, Taiwan, dan Spanyol serta peserta lainnya yang berasal dari beragam profesi, kalangan, dan golongan. Adapun dalam kegiatan ini terdapat 5 materi dasar guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran diaspora dan masyarakat Indonesia tentang kebencanaan dan humanitarian aid (pertolongan dan bantuan kemanusiaan).
Sebagai pembuka dari materi dalam kegiatan ini adalah sambutan dari Wakil Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional (LHKI) dr. Sudibyo Markus. Dalam sambutannya, dr Sudibyo Markus mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini karena kegiatan ini memiliki manfaat utama, salah satunya adalah mendukung adanya global engagement dan dialog peradaban dengan masyarakat Eropa sebagai salah satu upaya globalisasi gerakan Muhammadiyah. Dalam sambutannya juga, dr. Sudibyo Markus juga menjelaskan karakteristik regional Eropa, terutama dalam hal kebencanaan dan situasi masyarakat Eropa saat ini.
Sudibyo Markus selaku Wakil Ketua LHKI PP Muhammadiyah dalam pengantarnya menyampaikan apresiasi adanya Kelas Manajemen Kebencanaan Internasional. “Saya bangga dengan PCIM (kegiatan) ini, karena penting untuk ke depan dalam upaya enabling environment dari agenda penanganan bencana oleh PCIM di Benua Eropa,” ungkap Sudibyo Markus.
Materi pertama dalam kegiatan ini adalah Teologis dan Fiqih Kebencanaan dengan pemateri Ustadz Ustadi Hamzah, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Menurutnya, dalam Islam konsep dasar bencana banyak disebut di dalam Al-Qur’an terutama Surat An-Nisa ayat 79 dan Surat Al-Hadid ayat 22-23.
Pada dua ayat tersebut, bencana dipandang sebagai bentuk tanda kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala terhadap manusia. Kedua ayat sekaligus menjadi aspek teologis terhadap bencana dalam agama Islam. Selain dasar teologis, Ustadz Ustadi Hamzah juga menjelaskan aspek fiqih dalam kebencanaan yang tidak hanya berfungsi sebagai hukum melainkan juga mencakup 3 aspek utama yaitu nilai dasar, prinsip etis, dan teknis dalam menghadapi bencana.
Tiga aspek utama tersebut merupakan aspek praktis dalam menghadapi bencana karena mengandung beberapa tindakan atau sikap yang harus dihadapi ketika terjadi bencana seperti sifat sabar, rasa syukur melalui rasa peduli terhadap sesama, kesiapsiagaan dan upaya mitigasi terhadap bencana serta penegakan prinsip-prinsip keamanan, kemanusiaan, dan sosial dalam penanganan bencana.
Materi kedua adalah Manajemen Penanggulangan Bencana dan Pandemi yang disampaikan oleh dr Corona Rintawan, Wakil Ketua bidang Advokasi dan Kerjasama MCCC dan Koordinator Protokol Tim Relawan Gugus Tugas Nasional COVID-19. Berdasarkan penjelasan yang dijelaskan oleh dr. Corona, manajemen penanggulangan bencana dan pandemi berkaitan erat dengan konsep tanggap darurat, yaitu mekanisme pengorganisasian sumber daya dan tanggung jawab terhadap segala bentuk kedaruratan.
Kemudian, dalam materi tersebut juga dijelaskan fase-fase dalam terjadinya bencana dan pandemi mulai dari upaya pencegahan, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga proses pemulihan. Dalam hal tanggap darurat dan penanganan bencana, menurut dr.Corona, aspek utama yang sangat vital dan krusial adalah upaya membangun dan menjaga kepercayaan masyarakat terhadap otoritas pemerintah setempat untuk memudahkan penanganan bencana dan mempercepat proses pemulihan.
Penanggulangan Bencana Muhammadiyah Masuki Ranah Internasional
Materi ketiga adalah materi tentang Arsitektur Kemanusiaan dalam Persyarikatan Bangsa-Bangsa yang disampaikan oleh Rahmawati Husein, anggota Dewan Penasihat BNPB RI dan wakil ketua MDMC. Menurut Rahmawati Husein, Arsitektur Kemanusiaan dalam Persyarikatan Bangsa-Bangsa adalah struktur atau rantai koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dengan organisasi kemasyarakatan baik dalam ranah internasional maupun lokal.
Pada ranah internasional ataupun global, Arsitektur Kemanusiaan terwadahi dalam platform OCHA, sebuah organisasi di tubuh PBB yang mengkoordinasikan pemerintah dan organisasi-organisasi kemanusiaan di dunia dalam menghadapi kondisi darurat kemanusiaan di dunia. Dalam menghadapi tanggap darurat, OCHA menggunakan sistem klusterisasi.
Pola serupa juga diterapkan di Indonesia dengan koordinasi tanggap bencana yang terpusat di BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Hanya saja, sistem klasterisasi pada tingkat nasional sedikit berbeda dengan sistem klaster yang dilaksanakan oleh OCHA yang mana terdapat 6 kluster utama yang merupakan bentuk penyesuaian dengan 11 kluster utama dalam OCHA. (JR)