Merawat Asa Pendidikan, Melewati Pandemi dengan Inovasi
Waktu terus bergulir, tahun telah berganti, namun masih dalam suasana pandemi Covid-19. Masa yang cukup pelik bagi seluruh sendi-sendi kehidupan tanpa terkecuali dunia pendidikan. Sudah menjadi kewajiban negara untuk mewujudkan tugas mulia mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, jika tanpa inovasi, cita-cita nasional menjadi bangsa unggul hanya akan menjadi isapan jempol belaka.
Kita perlu melakukan refleksi, pendidikan merupakan jalan panjang membentuk generasi terbaik. Pendidikan adalah subjek dalam pembangunan karakter bangsa, bukan sekadar objek pengawasan kebijakan. Dalam mengemban amanat konstitusi pasal 31 UUD 1945, pendidikan nasional harus menjadi sebuah sistem yang bisa meningkatkan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Selain itu, kebijakan pendidikan nasional harus tetap bertumpu pada UU nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pendidikan yang berdasar pada Pancasila dan UUD 1945, berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan bangsa, serta tanggap terhadap perkembangan zaman.
Lembaga pendidikan bersama elemen bangsa lainnya berjibaku menghadapi pandemi Covid-19. Penutupan sekolah, kampus, pesantren dan lainnya dimaksudkan untuk memperlambat penyebaran pandemi Covid-19 yang telah menjadi kontroversial dan bermata dua. Banyak upaya dilakukan, seperti pergeseran pendidikan dari tatap muka kepada pembelajaran berbasis jaringan (daring).
Semua beradaptasi dan berinovasi bukan hanya karena tuntutan semata, tapi demi asa pendidikan. Terlebih berbagai inovasi yang dilakukan perguruan tinggi di berbagai daerah. Begitu juga diaspora warga Indonesia di luar negeri saling bahu membahu memberikan solusi di kala pandemi membatasi aktivitas. Pandemi bukan penghalang untuk terus melakukan terobosan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ketika para tenaga kesehatan kekurangan alat pelindung diri (APD), 235 institusi berhasil menghasilkan APD, reagen dan alat deteksi Covid-19 dengan RT-PCR. Tengok pula alat test Covid-19 GeNose buatan anak bangsa, dalam hal ini tim Universitas Gadjah Mada (UGM). Perguruan tinggi di Indonesia baik negeri maupun swasta terus bergerak agar dapat bersaing di tingkat dunia.
Salah satu dosen asal Indonesia pun menjadi pakar uji PCR Covid-19 di Inggris. Susanti MPhil Apt, Dosen Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) merupakan pakar uji polymerase chain reaction (PCR) untuk tes Covid-19 yang diakui dunia. Susanti juga tergabung menjadi anggota Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 di bawah Kementerian Riset dan Teknologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (Ristek BRIN).
Kemandirian dan Merdeka Belajar
Asa pendidikan yang menjadi pilar utama pembangunan manusia berkemajuan. Kemandirian belajar dalam pendidikan menjadi suatu keharusan terutama di masa pandemi yang diakibatkan dari dibatasinya interaksi sosial secara langsung. Dampak dari pandemi dihadapkan dengan kondisi yang memaksa terjadinya reformasi atau perubahan kebiasaan dalam pendidikan dan pengajaran.
Reformasi atau perubahan proses pembelajaran di masa pandemi mencakup berbagai aspek diantaranya sarana pembelajaran, media pembelajaran, perubahan kebiasaan belajar, tuntutan melek teknologi hingga menuntut kreatifitas dan kemandirian belajar.
Sudah saatnya pembelajaran daring menuntut guru untuk kreatif dalam mengelola kelas virtual dan menuntut peserta didik untuk menganut prinsip long life learning bahwa belajar itu di mana saja, belajar itu dari mana saja, belajar itu dari siapa saja selama ilmu bermanfaat dan baik sebagai asa pendidikan.
Dengan menjadi pembelajar atau pencari ilmu sepanjang hayat (long life learning) diharapkan peserta didik tumbuh menjadi jiwa yang bertanggung jawab. Asa pendidikan dengan kemandiriana belajar juga membangun kedewasaan mulai dari konsep diri, motivasi sampai berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya secara bertahap.
Sementara itu, hakikat kemandirian belajar merupakan suatu proses belajar dimana peserta didik mengambil inisiatif, merumuskan tujuan belajar, menerapkan strategi belajar hingga mengevaluasi hasil belajarnya. Kemandirian belajar bukan berarti belajar yang individualis melainkan memiliki berbagai faktor baik dari orang tua, teman maupun lingkungan sekitar.
Strategi transformasi perlu menyasar pada pendidikan yang berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Transformasi tersebut mencakup beberapa ranah yaitu, pembangunan infrastruktur dan teknologi serta penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) baik kepemimpinan, masyarakat, dan karakter. Asa pendidikan semuanya berujung pada upaya menghadirkan transformasi bermakna dan membawa kemajuan bagi bangsa.
Rizki Putra Dewantoro, Jurnalis, Tinggal di Yogyakarta