JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Di tengah situasi pandemi Covid – 19 telah memiliki dampak besar ke berbagai sektor kehidupan baik kesehatan, sosial, budaya dan ekonomi. Terkait dengan hal itu untuk menghadapi tantangan ekonomi 2021, Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MEK – PPM), Herry Zudianto, menekankan adanya rasa optimisme dan tingkat kehatian – hatian atau prudential yang tinggi dalam mengelola usaha.
Sehingga pelaku usaha tidak mengalami terjun bebas begitu saja di tengah situasi Covid – 19. Demikian peryatan Ketua MEK – PPM dalam acara JSM Economy Outlook dengan tema Prospek & Optimisme Peluang Usaha Di Tengah Pandemi Covid – 19, yang diselenggarakan oleh Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) bersama TV MU, kemarin Kamis (28/1/2021) di studio TV MU – Jakarta.
Sembari mencikal kembali peryataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Hery mengungkapkan bahwa ditengah situasi pandemi, diri kita diminta untuk memiliki jiwa saudagar, yaitu memiliki banyak seribu akal, untuk itu bisa digunakan sebagai adaptasi dan mitigasi bisnis yang dijalankan selama ini. “Meskipun setiap perubahan tak ada yang abadi tapi diperlukan ke optimisme dalam mengembangkan ekonomi 2021,”ujarnya.
Sementara disisi yang lain Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan, Anwar Abbas, menilai, dalam menghadapi krisis yang terjadi saat ini pemerintah dan masyarakat tak akan mampu sanggub mengatasi masalah ini secara sendiri. Maka dari itu, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk dilakukan. Tapi sayangnya, saat ini pemerintah terkesan sangat sibuk dalam mengurusi dirinya sendiri, begitu juga pada diri masyarakat. Maka dari itu diperlukan kerjasama yang baik dalam menghadapi krisis sosial dan ekonomi. “Disinilah diperlukan kerjasama antara kedua belah pihak,”ujar Anwar Abbas.
Anwar Abbas juga menekankan, agar pemerintah mampu menjaga persatuan dan kesatuan dengan selalu menjaga situasi yang kondunsif dan tak membuat kegaduhan publik. Menurut teori sosiologi Ibnu Khaldun, suatu bangsa tak akan maju dan kuat jika rasa kohesitas rasa kebersamaan itu tidak kuat, maka segala hal yang memperlemah rasa kebersamaan diantara kita harus kita jauhkan. “Mari kita menghadapi persoalan ini dengan baik dan sungguh – sungguh sehingga kita bisa bersama – sama keluar dari krisis ini,”ucapnya.
Kemudian Indra Darmawan staf ahli bidang ekonomi Badan Koordinator Modal (BKPM) dalam pandangannya ketika menggantikan Kepala BPKM Bahlil Lahadalia mengatakan, tentang beberapa kebijakan isu ekonomi 2021. Diantaranya, kebijakan gas dan rem. Ada upaya menyeimbangkan antara sektor kesehatan dan ekonomi. Keduan – duanya harus seimbang dan tentu saja ada biayanya jika diterapkan.
Seperti membatasi berbagai aktifitas yang terjadi saat ini, sehingga ada kapasitas yang kurang. Sementara terkait dengan gaji yang dibayarkan kepada karyawan selalu penuh. Sehingga terjadi gab dan selalau ada pengorbanan yang kita lakukan. “Jadi kedepan di 2021 ini ketidak pastian ekonomi masih akan terlihat meskipun ada rasa optimisme yang menyeruak di permukaan. Jadi tahun 2021 adalah tahun permulaan dalam optimisme ekonomi,”terang Indra.
Indra juga menambahkankan, pola pemulihan ekonomi di Indonesia berbeda dengan negara – negara lain di dunia. Indonesia di pandang olah para pakar ekonomi seperti dalam grafik yaitu turun, agak sebentar kebawah dan perlahan – lahan naik. Tapi ada grafik seperti huruf K, yaitu turun kemudian ada naik dan ada turun. Yang naik itu adalah jenis bisnis digital, e-commerce, pergudangan, makanan dan minuman yang bisa di delevary. Jadi kegiatan ekonomi yang bersifat tidak perlu kontak itu mengalami kenaikkan. Sementara yang turun adalah transportasi penerbangan dan transportasi antar provinsi jelas mengalami penurunan.
“Namun seiring dengan adanya vaksinasi Covid – 19 yang kini sudah datang memiliki dampak optimisme ekonomi di 2021 meskipun masih ada kendala dalam distribusi,” ujar Indra. (Agus Yuliawan)