YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Terbaru, kasus positif Covid-19 di Indonesia tembus mencapai angka satu juta jiwa. Parahnya, selain jumlah kasus positif yang besar, angka kematian juga masih terlalu tinggi. Karenanya oleh sejumlah ahli dan pakar, Indonesia disebut masih jauh dari kata aman akan virus Covid-19 ini.
dr Tirta Mandira Hudhi dalam Covid-19 Talk tvMu, Selasa (2/2/21), menegaskan sekaligus berpesan tiga hal atas kasus satu juta positif covid. Pertama, kepada pemerintah ia meminta agar meningkatkan 3T (Testing, Tracing, Treatment). Terutama dalam hal tracing yang kaitanya dengan alat pendeteksi baik sweb maupun antigen dll. Itu, Tirta menjelaskan, bukan kemudian alat untuk boleh bepergian, tapi mestinya digunakan untuk mendeteksi dini persebaran covid di perkantoran dan perumahan dan seterusnya.
Kemudian juga, terkait dengan pemerintah, paling mencolok, kesalnya, adalah persoalan komunikasi dan informasi yang tumpang tindih, antara satu pejabat dengan pejabat lain, antara satu lembaga dengan lembaga lain berbeda suara. “Kalau saya lebih memilih dan percaya Kemenkes,” tegasnya.
Kedua, kepada masyarakat, entah mau ikut vaksin atau tidak dr Tirta meminta agar tetap patuhi 3M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, dan Menjaga Jarak). Karena, Tirta menjelaskan, vaksin bukanlah membuat orang jadi kebal layaknya ilmu debus yang kebal sajam (Senjata Tajam). Tapi semata untuk mengurangi resiko tertular virus tanpa gejala yang berat. Artinya walau sudah divaksin, tetap harus patuhi 3M, sebab masih sangat mungkin untuk tertular walau tanpa gejala.
Ketiga, kepada penegak hukum, dr Tirta memohon agar bersedia memberantas isu-isu hoaks yang memprovokasi anti vaksin dan anti covid, sehingga mereka penyebar hoaks sekaligus provokator bisa ditangkap. Ini sekaligus meminimalisir kegaduhan informasi khusunya di media sosial.
“Saya baru melaporkan kemarin, tiga orang test sweb palsu, termasuk dua orang penebar hoaks dan ancaman pembunuhan terhadap beberapa dokter,” ungkapnya.
Angka satu juta kasus, dr Tirta memaparkan, itu dari banyak klaster. Ttapi paling banyak adalah klaster keluarga dan klaster tempat-tempat umum. Seperti transportasi umum, bus, kreta, pesawat, juga pasar. Juga klaster ketiga adalah klaster perkampaungan dan perumahan. “Ketiganya perlu diedukasi dengan baik,” pesannya.
“Tidak semua orang indonesia itu disiplin, beberapa sebagian tidak disiplin, gleleng,” tutup Tirta.(gsh).