Khutbah Jum’at Moderasi dalam Islam
Oleh: Jindar Wahyudi
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى اَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَكَفَا بِاللهِ شَهِيْدًا. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَاِركْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَاللهُ اُوصِيْكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَاالله اِتَّقُواللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى: وَكَذَالِكَ جَعَلْنَاكُمْ اُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُ شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam kesempatan khutbah jum’at ini marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada kita sehingga kita dapat melaksanakan shalat jum’ah ini. Sebagai wujud rasa syukur itu marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan taqwa yang sebenar-benarnya taqwa, agar kita mampu mewujudkan diri sebagai hamba yang terpilih oleh Allah sebagai hamba yang mulia di Sisi-Nya.
Firman Allah.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلۡنَٰكُمۡ أُمَّةٗ وَسَطٗا لِّتَكُونُواْ شُهَدَآءَ عَلَى ٱلنَّاسِ وَيَكُونَ ٱلرَّسُولُ عَلَيۡكُمۡ شَهِيدٗاۗ
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu (QS. Al Baqarah : 143)”
Kata al wasath dalam bahasa Arab bisa bermakna keadilan, kebaikan dan pertengahan antara dua ujung. Walaupun ayat tersebut terkesan berbicara dalam konteks kehidupan di akherat kelak tetapi banyak para ulama seperti Ibnu Jarir, Yusuf Qardhawi, Quraish Shihab dan beberapa ulama kontemporer saat lain, memberi makna umatan wasathan adalah umat yang adil, baik, tengahan dan seimbang atau moderat dalam konteks kehidupan di dunia sekarang ini. Mengingat adanya beberapa ayat Al Qur’aan dan sabda Nabi Muhammad SAW yang mendorong kepada kita untuk bersikap adil dan moderat dalam konteks kehidupan di dunia ini seperti; Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil (QS. Al Maidah; 8).
Hadirin jama’ah Jum’ah rahimakumullah
Dengan pilihan jalan tengah atau moderat ini diharapkan kita akan mampu menampilkan diri sebagai seorang muslim yang wajar. Tidak ekstrim dan tidak berlebihan (ghuluw) dalam mengaktualisasikan dan melaksanakan praktik-praktik ajaran Islam dalam kehidupan sosial kita sehari-hari.
Firman Allah:
وَٱبۡتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡأٓخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡيَاۖ وَأَحۡسِن كَمَآ أَحۡسَنَ ٱللَّهُ إِلَيۡكَۖ وَلَا تَبۡغِ ٱلۡفَسَادَ فِي ٱلۡأَرۡضِۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُفۡسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashash : 77)”
Dengan Ayat ini Islam benar-benar mengajarkan kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menghadapi dua faham yang sangat ekstrim. Antara faham materialisme (serba materi) dan faham spiritualisme (serba ukhrawi). Yaitu seraya menempuh jalan tengah (moderat) dengan berusaha meraih kemulyaan hidup di negeri akherat namun tetap harus berusaha untuk mendapatkan kemulyaan hidup di dunia. Tanpa menempuh jalan ini kita pasti akan mengalami kehidupan yang tidak wajar sehingga bisa menimbulkan kesulitan dan kesengsaraan baik secera pribadi, keluarga maupun orang lain.
Maka tidak ada jalan lain selain kita harus berbaur dan menyatu dengan sesama umat manusia dalam bentuk kerja sama, tolong menolong, saling menghormati, saling menyayangi dan saling bertoleransi antar sesama umat manusia. Karena tidak ada seorangpun yang bisa hidup dengan baik dan muliya tanpa bantuan dan kerja sama dengan orang lain.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahmakumullah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin) tidak hanya menyuruh untuk dapat membina hubungan yang baik dengan sesama umat Islam saja. Tetapi juga membina hubungan baik dengan sesama umat manusia pada umumnya walaupun berbeda keyakinan dan agamanya.
Namun menghormati dan bertoleransi perbedaan keyakinan dan agama bukan berarti kita mengakui kebenaran agama dan keyakinan mereka, walaupun kita juga harus mengakui keberadaan agama dan keyakinan mereka dalam realita kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sikap toleransi juga bukan berarti kita mengkompromikan beberapa ajaran agama yang berbeda menjadi ajaran bersama atau singkretisme dalam praktek ritual keagamaan dan keyakinan bersama. Tentu hal ini sangat tidak dibenarkan dengan dalih dan alasan apapun. Bahkan secara tegas praktek toleransi seperti ini harus kita tolak karena telah melenceng dari prinsip-prinsip toleransi itu sendiri.
Firman Allah.
لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.(QS. Al Kaafiruun : 1-6)”
Dengan pemahaman dan sikap moderasi yang dapat kita demonstrasikan sebagai seorang muslim ditengah-tengah kehidupan sosial kemasyarakatan itu, maka berarti kita telah mampu mengaktualisasikan dan menampilkan diri kita sebagai seorang muslim moderat. Yaitu membawa kedamaian, pencerahan dan rahmat bagi alam semesta atau rahmatan lil’alamin.
بَارَكَ الله ُلِى وَلَكُمْ فِي اْلقُرْاَنِ اْلعَظِيمِ وَنَفَعَنِى وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاَيَاتِ وَالذِّكْرِاْلحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ الله ُمِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَهُ هُوَالسَّمِيْعُ اْلعَلِيْمِ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : فَيَا اَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَمَلاَءِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا,
Demikian khutbah jum’at yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan menambah wawasan keislaman dan keimanan kita kepada Allah serta kita benar-benar mampu mengaktualisasikan diri kita sebagai seorang muslim dengan sikap dan perbuatan yang selalu berbuat baik yang diridhai oleh Allah SWT, sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada kita dan berupaya untuk menghindari dari perbuatan dan prilaku kerusakan di muka bumi ini, Amin.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَا بِهِ اَجْمَعِيْنَ, وَارْضَى عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُوءْمِنِيْنَ وَالْمُوءْمِنَاتِ اَلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ ِانَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ ِاذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً ِانَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب. رَبِّى اغْفِرْلِى وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِى صَغِيْرًا. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبّى اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُون وَالسَّلاَمُ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
Jindar Wahyudi, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kab. Boyolali Alumni Pondok Hajjah Nuriyah Shabran UMS 1990