BEIRUT, Suara Muhammadiyah – Lebanon merupakan negara Arab yang tidak seterkenal Arab Saudi atau Mesir. Maupun akhir-akhir ini Uni Emirat Arab (UEA) yang sangat progresif bukan hanya bidang sosial – budaya, melainkan telah menjadi ikon progresifitas Arab dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akan tetapi, Lebanon menyimpan berbagai kisah menarik sebagai negara Arab baik tentang geografis, masyarakat, budaya, politik, arsitektur dan lain sebagainya. Seperti yang dituliskan secara apik oleh Hajriyanto Y. Thohari, Dubes RI untuk Lebanon dalam Buku The Anthropology of The Arabs: Catatan-Catatan Etnografis dari Beirut.
Studi etnografis dengan cara mengamati, melihat, dan hidup bersama orang Arab diceritakan dalam buku ini. Salah satunya disebutkan bahwa Lebanon negara Arab yang sangat luar biasa bersih. “Masjid-masjid di Lebanon sangat bersih, bukan hanya di kota, melainkan juga samapai di kampung-kampung,” ungkap Hajriyanto Y. Thohari dalam Webinar Caknurian Urban Sufism With Komaruddin Hidayat bertajuk “Melihat dari Dekat Keberagamaan Orang Arab”, Jum’at (12/3/2021).
Hajriyanto Y. Thohari mengungkapkan Lebanon memiliki sistem politik confesionalism di mana pembagian kekuasaan dilakukan berdasarkan sekte agama. Ada 18 sekte agama di Lebanon. Sistem politik confesionalism merupakan peninggalan Perancis setelah berakhirnya perang dunia pertama.
Pembagian kekuasaan berdasarkan sekte tersebut meliputi Kristen Maronis jatahnya menjadi presiden, Perdana Menteri jatahnya muslim sunni, dan Ketua parlemen dari syiah. Setiap kabinet harus separuh dari kristen dan muslim yang kemudian dielaborasi ke masing-masing sekte. Begitu juga dalam parlemen. Panglima Tentara Lebanon harus dari Maronis, tetapi kepala Stafnya harus dari Druze. Kepolisian harus dari sunni dan seterusnya. Menjadikan Lebanon adalah negara sektarianistik yang terus terang, “tanpa tedeng aling-aling”.
Prof Komaruddin Hidayat menyampaikan buku The Anthropology of The Arabs karya Hajriyanto sebagai salah satu bacaan yang sangat menarik. Terlebih di Indonesia saat ini terdapat Arabisasi kebiasaan-kebiasaan masyarakat.
Sementara itu, Amich Alhumami mengapresiasi Hajriyanto sebagai tipikal Antropolog, baik Antropologis by training maupun Antropologis by experience. Menurutnya Hajriyanto merupakan pendongeng yang mahir, dan pandai menyisipkan humor segar khas intelektual dalam tulisan-tulisannya. (Riz)